IHSG Sentuh Rekor Baru, Simak Deretan Emiten Orang Kaya Indonesia dengan Kapitalisasi Jumbo
thedesignweb.co.id, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor tertinggi baru dan menguat 0,18% menjadi 7.812.131 dari tertinggi sebelumnya 7.798.154 pada Kamis 12 September 2024.
Selain itu, kapitalisasi pasar pada hari Jumat tercatat sebesar Rp 13,390 triliun atau meningkat 4,46%, melampaui rekor sebelumnya sebesar Rp 13,384 triliun pada Kamis 12 September 2024.
Di antara saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo itu ada dua emiten milik Prayogo Pengestu. Pertama, saham Barito Renewables Energy Tbk (BREN) memimpin dengan kapitalisasi pasar Rp 1,575 triliun. Kemudian PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) di posisi keempat dengan kapitalisasi pasar Rp 779 triliun.
Di antara kedua saham tersebut, terdapat saham yang dimiliki oleh Hartono bersaudara, yakni Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA. Kapitalisasi BBCA pada 13 September 2024 tercatat sebesar Rp 1,272 triliun menempati posisi kedua saham dengan kapitalisasi terbesar di Bursa. Emiten milik Grup Salim, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menyusul di peringkat kelima dengan kapitalisasi pasar Rp 749 triliun.
Emiten milik taipan Indonesia Low Tuck Kwong, Bayan Resources Tbk (BYAN) berada di posisi ketujuh dengan kapitalisasi pasar Rp 550 triliun. Emiten milik grup Sinarmas, Dian Swaistika Sentosa Tbk (DSSA) berada di posisi ke-8 dengan kapitalisasi Rp 319 triliun. Kecuali saham konglomerat Indonesia, saham dengan kapitalisasi pasar lain adalah milik BUMN. Berikut daftar emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar per 13 September 2024: BREN – Rp1,575 triliun BBCA – BBRI Rp1,272 triliun – TPIA Rp795 triliun – AMMN Rp779 triliun – Rp729 triliun BY550 Rp – triliun DSSA – TLKM Rp 319 triliun – BBNI Rp 308 triliun – Rp 208 triliun
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,17 persen pada periode 9-13 September 2024. Analis menilai kenaikan IHSG selama sepekan didorong oleh sentimen global, khususnya harapan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika. Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (FED).
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ditulis Sabtu (14/09/2024), IHSG menguat 1,17% menjadi 7.812,13 dari posisi pekan lalu 7.721,84. Di luar IHSG, kapitalisasi pasar juga naik 1,31% menjadi Rp13,390 triliun dari Rp13,217 triliun pada pekan lalu.
Peningkatan terbesar terlihat pada rata-rata nilai transaksi harian sebesar 40,10% menjadi Rp14,98 triliun dari Rp10,69 triliun pada pekan lalu. Selain itu, rata-rata volume perdagangan harian bursa naik 10,79% menjadi 23,34 miliar lembar saham dari 21,97 miliar lembar saham.
Rata-rata frekuensi perdagangan harian pasar saham naik 1,66 persen menjadi 1,14 juta perdagangan dari 1,12 juta perdagangan.
Selain itu, dalam sepekan, saham energi turun 0,05 persen, saham bahan dasar turun 0,34 persen, dan saham industri turun 1,18 persen. Kemudian, saham sektor konsumen yang bersifat siklis turun 0,96 persen, saham sektor kesehatan turun 0,02 persen, dan sektor keuangan turun 0,06 persen.
Sedangkan sektor konsumen non-siklikal naik 1,25 persen, sektor real estate dan real estate naik 3,12 persen, sektor saham infrastruktur naik 0,46 persen, sektor transportasi dan logistik naik 2,31 persen. Sektor saham teknologi melonjak 16,85 persen dan menjadi pencetak keuntungan terbesar.
Investor asing memborong saham senilai Rp 20,41 miliar pada pekan ini. Pekan lalu, pembelian investor asing hanya Rp 3,26 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Vitsaksana mengatakan, IHSG menguat 1,17% diiringi peningkatan volume pembelian, secara teknikal pergerakan IHSG masih dalam fase penguatan. Sementara dari sisi sentimen, Herditya mengatakan IHSG terutama dipengaruhi oleh rilis data inflasi dan neraca perdagangan Tiongkok.
Kedua, indeks kepercayaan konsumen dan penjualan ritel Indonesia masing-masing naik menjadi 124,4 dan 4,5% (dari 123,4 dan 2,7%), ketiga adalah rilis data inflasi AS. Keempat, penguatan nilai tukar rupee terhadap dolar AS.
“Kami perkirakan untuk minggu depan konsolidasi IHSG relatif terbatas dengan support di 7.654 dan resistance di 7.858,” kata Herditya saat dihubungi thedesignweb.co.id
Herditya menambahkan, pada pekan depan, IHSG akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain rilis neraca perdagangan dan BI rate. Kedua, suku bunga The Fed diperkirakan turun menjadi 5,25%. Ketiga, rilis suku bunga China yang diperkirakan akan tetap di 3,35%.
Sementara itu, pengamat pasar modal Desmond Wira mengatakan kenaikan IHSG didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Hal ini membuat pelaku pasar mencari aset berisiko, termasuk saham.
“Hal ini menyebabkan pasar saham global mengalami tren penguatan yang pada gilirannya menyebabkan IHSG terus mencetak rekor,” kata Desmond.
Dia mengatakan, konsolidasi IHSG akan terjadi sambil menunggu keputusan suku bunga The Fed. The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin atau bps. “Jika keputusan penurunan suku bunga The Fed sesuai ekspektasi atau di bawah ekspektasi, pelaku pasar mungkin akan cenderung melakukan aksi ambil untung,” kata Desmon.
Dia menambahkan, jika penurunan suku bunga melebihi ekspektasi, pasar saham kemungkinan akan terus menguat.