Fenomena Sehat FOMO: Olahraga Rutin karena Tren atau Kesadaran?
LIPUTAN6.com, Jakakarta – Tren kehidupan sehat telah menjadi lebih populer dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu efek adalah lebih banyak orang yang mulai berlatih, terutama di gym. Apakah ini fenomena murni murni menyadari pentingnya kesehatan atau hanya mengikuti tren -alias fomo (ketakutan akan kekurangan)?
Di berbagai kota besar, gym lebih banyak jamur dengan konsep dan layanan yang berbeda. Beberapa menawarkan layanan kepada Trainers Pribadi (PT), kelas kebugaran, 24 jam di gym untuk menarik lebih banyak anggota. Tren ini juga diperkuat oleh media sosial, penuh dengan pengaruh kebugaran dengan tips pendidikan, makan sehat dan perubahan tubuh yang menginspirasi banyak orang.
Menurut beberapa gaya hidup, banyak orang mulai berlatih karena mereka melihat lingkungan melakukannya. Desirelba untuk menjatuhkan tren seringkali merupakan pengemudi paling penting untuk didaftarkan dalam keanggotaan gym atau untuk berpartisipasi dalam kelas kebugaran. Pertanyaan: Bisakah ini menjadi cara jangka panjang atau hanya tren instan? Karena tren yang sehat, itu salah?
Latihan Fomo tidak sepenuhnya negatif. Banyak orang yang awalnya bergabung dengan mereka pada akhirnya mengetahui manfaat nyata dari olahraga dan menjadikannya kebiasaan. Aktivitas fisik telah terbukti meningkatkan hormon dopamin dan serotonin yang berperan dalam sumur mental.
Salah satu contoh konkret adalah Nadia K. Puters, 29, seorang aktivis angkat besi. Awalnya, ia mulai berolahraga untuk meningkatkan massa otot dan daya tahan, tetapi kemudian ia menyadari efek positifnya pada kesehatan mentalnya.
“Saya didiagnosis menderita gangguan besar depresi (MDD) dan olahraga membantu saya merasa lebih bersemangat dan berpikir lebih positif,” katanya kepada LIPUTAN6.com pada hari Sabtu (2.8.2025).
Bagi sebagian orang, Shomo bisa menjadi titik awal untuk gaya hidup yang lebih sehat. Namun, ada yang bertahan hanya sesaat sebelum mereka berhenti karena kurangnya motivasi alami.
Bagi Nadia, olahraga bukan hanya tren instan, tetapi investasi kesehatan jangka panjang, fisik dan mental. “Olahraga dapat meningkatkan hormon dopamin dan serotonin yang penting dalam kesehatan mental. Dalam posisi dengan depresi hebat seperti saya, ini sangat berguna,” kata Nadia.
Dia juga mencatat bahwa kecenderungan ADHD -nya sering menyebabkan dia kehilangan konsentrasi. “Olahraga membantu saya lebih sadar dan sadar akan gerakan yang saya lakukan untuk membuatnya terstruktur untuk pendidikan.”
Menurutnya, rekan -rekan dengan tampilan olahraga dan tugas yang sama juga dapat membantu seseorang yang lebih termotivasi. “Tapi itu masih harus selektif, bukan hanya bergabung atau Jomo. Konsistensi adalah kuncinya,” tambahnya.
Jadi olahraga bukan hanya tren instan, penting untuk membangun cara permanen. Berikut adalah beberapa tahapan yang dapat membantu: menetapkan tujuan nyata. Tentukan tujuan yang jelas, seperti pertumbuhan daya tahan, pembentukan otot atau pemeliharaan kesehatan mental. Pilih olahraga yang tidak semuanya tepat di gym. Cobalah berbagai jenis olahraga, seperti berlari, yoga atau bersepeda, untuk menemukan yang paling nyaman dan menyenangkan. Bergabunglah dengan komunitas yang mendukung olahraga dengan teman atau komunitas dapat meningkatkan motivasi. Namun, rekan dengan visi dan olahraga yang sama dalam olahraga adalah penting, bukan hanya FOMO. Jangan takut untuk memulai yang paling sederhana yang tidak siap untuk mencurahkan ke gym, memulai latihan ringan di rumah, seperti menonton video pelatihan YouTube atau aplikasi kebugaran. Fokus pada proses, tanpa hasil langsung, banyak orang berhenti berlatih karena mereka tidak melihat hasilnya segera. Ingatlah bahwa perubahan fisik dan kesehatan membutuhkan waktu dan konsistensi.