DESIGN WEB Dampak Fenomena Supermoon 18 September 2024, Ini Penjelasannya
thedesignweb.co.id, Jakarta – Fenomena supermoon akan terlihat pada 18 September 2024. Supermoon adalah bulan purnama yang mendekati ekuinoks September setiap tahunnya.
Fenomena ini juga merupakan yang pertama dari tiga supermoon tahun ini. Bulan akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi dan mungkin tampak sedikit lebih besar dari biasanya.
Dikutip Senin (16/09/2024) dari Space, supermoon merupakan istilah yang mengacu pada fenomena bulan purnama yang terjadi saat bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi, yakni perigee. Saat itu, bulan tampak lebih besar dan terang di langit dibandingkan saat bulan berada pada jarak rata-rata dari bumi.
Salah satu dampak paling penting dari supermoon adalah terhadap pasang surut air laut. Saat Bulan berada pada titik perigee, tarikan gravitasinya semakin kuat karena jaraknya yang lebih dekat dengan Bumi.
Hal ini menyebabkan pasang surut air laut semakin meningkat, yang dikenal sebagai “perigee spring tide”. Pasang surut ekstrem ini dapat menyebabkan permukaan air laut naik saat fase bulan purnama.
Saat supermoon, air pasang penuh bisa mencapai ketinggian lebih tinggi dari biasanya. Artinya, air laut akan terus naik di sepanjang pantai sehingga dapat menyebabkan banjir di wilayah yang biasanya tidak terkena banjir biasa.
Meskipun tarikan gravitasi Bulan sedikit lebih kuat saat terjadi supermoon, pengaruhnya terhadap Bumi secara umum tidak terlalu signifikan. Perubahan gravitasi Bulan saat supermoon sangat kecil dibandingkan dengan gravitasi total.
Oleh karena itu, dampak terhadap aktivitas geologi seperti gempa bumi atau aktivitas gunung berapi sangat rendah.
Supermoon yang terjadi pada 18 September 2024 akan semakin istimewa dengan adanya fenomena astronomi gerhana bulan sebagian yang akan terjadi pada 17 September 2024. Gerhana bulan sebagian akan terlihat dari sebagian besar Amerika Utara dan seluruh benua Amerika. dari selatan, Eropa. , Afrika kecuali bagian timur, Asia bagian barat dan Rusia serta sebagian Antartika.
Gerhana bulan pada 17-18 September merupakan gerhana bulan sebagian, karena hanya bagian atas Bulan yang masuk ke bagian paling gelap dari bayangan bumi yang disebut umbra. Berbeda dengan gerhana bulan total yang menutupi Bulan seluruhnya dan membuatnya tampak merah, pada gerhana Bulan sebagian hanya sebagian permukaan Bulan yang tampak gelap.
Fenomena astronomi ini menimbulkan efek menggigit pada bulan. Namun gerhana bulan sebagian memberikan gambaran perbandingan yang menarik tentang kawah dan fitur lain di permukaan bulan.
Kecuali titik gelap kecil di permukaan piringan Bulan, sebagian besar bagian piringan Bulan yang terlihat akan berada di belahan bumi. Sedangkan bagian terang dari bayangan planet tidak menghalangi sinar matahari sepenuhnya.
Hal ini membuat sebagian besar bulan berwarna coklat kemerahan dan sedikit “berbintik”. Waktu terjadinya gerhana bulan sebagian bergantung pada lokasi Anda. Beberapa pengamat akan melihat gerhana lebih terang dibandingkan yang lain.
Sayangnya, Indonesia bukanlah salah satu daerah yang bisa menikmati fenomena langit tersebut. Gerhana bulan sebagian akan dimulai pukul 20.41 Waktu Musim Panas Bagian Timur (EDT) pada 17 September 2024 atau 01.41 GMT pada 18 September 2024.
Puncak gerhana yang ditandai dengan munculnya “gigitan” di Bulan akan paling terlihat pada pukul 22.44 EDT atau 03.44 GMT pada 18 September.
Dikutip dari laman Britannica, Senin (16/9/2024), gerhana bulan terjadi saat Bumi melintas di antara Matahari dan Bulan sehingga bayangannya jatuh pada satelit alami kita. Gerhana ini juga merupakan pengingat sederhana akan bentuk bumi yang bulat bagi kita di Bumi, karena umbra membentuk lengkungan pada piringan bulan yang terlihat.
(Tiffany)