Bisnis

Ekonom Paparkan Kelemahan Kebijakan Kuota Impor, Bakal Tekan Daya Saing

LIPUTAN6.com, Jakarta. Pemerintah berencana untuk menghapus kuota impor dari beberapa barang Indonesia. Salah satu tujuannya adalah mengurangi risiko menggunakan kuota yang diberikan.

Jadi apa kuota impor yang disediakan oleh pemerintah? Ronny P Sasmita, seorang ekonom untuk strategi dan aksi ekonomi Indonesia, berkomentar. Dia melihat bahwa kuota impor bisa menjadi tanah bagi para pejabat dan pengusaha.

Ronnie (LIPUTAN6.com) mengatakan pada hari Selasa (4/22/22/22) bahwa “Ada juga masalah di tingkat ekonomi politik. Ini adalah negara pengusaha, institusi, fasilitas, kutipan, institusi, institusi.

Dia mengatakan kuota yang diberikan adalah batasan, sehingga beberapa negara akan mendapat manfaat sampai yang lain hilang. Belum lagi ada perjanjian lain untuk kuota impor.

Dia menjelaskan: “Pemerintah telah memperhatikan A dan kami tidak tahu transaksi apa yang harus dilakukan. Kami tidak tahu transaksi apa yang telah mereka akhiri atau mengimpor pemasok dan sebagainya. Jadi sulit dikendalikan.”

Menurut Ronny, kelemahan kuota impor adalah kesulitan kontrol pemerintah. Termasuk perkiraan inventaris internal, kuota impor perlu ditambahkan untuk dijawab.

Tinjauan Ronny tentang korupsi (tekad untuk takut pada kuota impor) akan mengurangi tingkat daya saing produk domestik.

“Masalah kedua dari korupsi ini juga merupakan tanah bumi. Manajemen yang buruk adalah penyebab daya saing korupsi yang belum terpecahkan ini,” jelasnya.

 

Sebelumnya, Presiden Prabow Subiano mengungkapkan rencana mengejutkan yang menghilangkan kuota impor untuk banyak komoditas. Jadi apa tujuannya?

Wakil Menteri Pertanian menyusun niat untuk menghapus kuota impor. Misalnya, sebelum tindakan yang tidak bertanggung jawab.

Dia tidak ingin beberapa partai politik bermain dengan kuota impor. Ketika ada industri yang membutuhkan impor bahan baku, ia dapat segera mengirimkannya kepada pemerintah sebagai regulator.

“Misalnya, dia perlu mengimpor daging beku yang membutuhkan industri, jadi itu hanya mengimpor industri. Presiden mengatakan tidak harus memberikan kuota kepada negara -negara tertentu, dan itulah angka peraturan, yang merupakan hak istimewa, dan presiden mengatakan itu tidak jujur, tidak jujur,” katanya.

Dia khawatir ada beberapa orang bahkan ketika kuota impor dijual. Namun, kesimpulannya sejauh ini belum menyatakan misinya.

“Jika kuota yang diberikan kemudian, mengingat bahwa dia menjual kuota lagi, maka pengguna akhir mungkin turunan ketiga keempat, yang merupakan harga tambahan. Nah, karena semua impor dianggap tidak valid.”

 

Demikian pula, Prasettyo Adi, kepala Administrasi Makanan Nasional (Bapan), menyampaikan niat Presiden Prabo untuk mengimpor dari pihak mana pun.

“Ya, itu berarti mudah. ​​Jadi jika sudah ada angka, yang didasarkan pada saldo tentu saja, maka keseimbangan seimbang.

Dia menambahkan: “Jadi, ada neraca barang. Ada angka yang dapat dihitung. Ini hanya masalah impor kemarin. Ini berarti membuka seluas mungkin, bukan hanya 1-2 perusahaan. Itu berarti presiden.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *