Global

Pengamat Ungkap 4 Tantangan dalam Hubungan China-ASEAN

 

thedesignweb.co.id, Batavia – Salah satu pendiri FPCI Devi Fortuna Anwar, peneliti di Institut Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan ada banyak tantangan dalam hubungan antara Tiongkok dan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi tantangan dalam menumbuhkan hubungan masyarakat di kedua negara.

Devi Fortune Anwar menilai masyarakat harus mempertimbangkan hal ini sebelum melaksanakan misi tersebut.

“Perlu visi yang jelas dalam membangun hubungan people to people,” kata Devi pada ASEAN-China Forum yang digelar di Batavia, Jumat (1/11/2024) bekerja sama dengan FPCI.

“Penting untuk mengklarifikasi masalah ini, bukan menyembunyikannya, untuk menemukan solusi yang memuaskan kedua belah pihak. Jadi menurut saya kita harus bisa mengetahui dan memahami situasi di sana. Sudah jelas.”

Devi menjelaskan beberapa permasalahan utama yang perlu diatasi sebelum mencoba meningkatkan hubungan masyarakat.

Pertama, ceritanya. Meski Tiongkok dan kawasan Asia Tenggara telah menjalin hubungan selama ribuan tahun, sejarah memiliki sisi negatif.

“Dulu negara-negara Asia Tenggara cenderung melihat Tiongkok sebagai ancaman,” jelas Devi. “Kita tidak boleh melupakan sejarah itu, tapi kita harus berhati-hati agar tidak terbawa olehnya.”

Kedua. Dahulu kala, Tiongkok dan Asia Tenggara tidaklah setara.

“Tiongkok adalah Kerajaan Tengah,” katanya. Negara-negara Asia Selatan dianggap sebagai negara anak sungai. “Banyak negara di Asia Timur mengirimkan aliansi ke Tiongkok.”

Meskipun hubungan antara ASEAN dan Tiongkok saat ini sangat berbeda, penting untuk dicatat bahwa Tiongkok masih merupakan negara terbesar dalam hal ekonomi, populasi, dan total sumber daya.

“Bahkan jika kita menggabungkan semua negara ASEAN, Tiongkok, anggota ASEAN, masih lebih kecil,” kata Devi. Sekaligus, ia menegaskan, negara-negara anggota ASEAN mempunyai rasa percaya diri dan percaya diri dalam menjalin kerja sama dengan negara-negara besar seperti Tiongkok.

Tantangan ketiga adalah keberagaman.

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Selatan (ASEAN) masih dalam tahap pengembangan. Oleh karena itu, Devi mengatakan hubungan masyarakat Tiongkok dan ASEAN juga harus mengembangkan hubungan antar warga negara ASEAN.

“Kemampuan membangun hubungan komunitas ASEAN-Tiongkok harus mempunyai tujuan ganda,” ujarnya.

Keempat.

Dalam hubungan antar masyarakat yang lebih baik, Devi menekankan harus ada titik temu inklusi.

“Masyarakat harus inklusif, termasuk perempuan, generasi muda, penyandang disabilitas, dan anak di bawah umur,” jelasnya.

“Fakultas mengadakan percakapan, tapi terkadang lebih sulit untuk menunjukkannya.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *