Sembarangan Pakai Antibiotik Bikin Bakteri Kebal, Pengobatan Lebih Sulit
thedesignweb.co.id, Jakarta Penggunaan antibiotik yang tidak bijaksana menyebabkan munculnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Fenomena yang dikenal dengan resistensi antimikroba (AMR) ini membuat pengobatan menjadi lebih sulit dan berdampak pada perawatan pasien.
Dr. Azhar Jaya, SH, SKM, MARS, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, mengatakan sulitnya menangani pasien infeksi AMR karena beberapa alasan.
Pertama, pilihan obat terbatas. Obat yang efektif untuk pasien AMR mungkin tidak tersedia atau mahal, dan bakterinya mungkin menjadi kebal terhadap antibiotik yang ada.
Kedua, diagnosisnya lambat. Tes tradisional dan tes sensitif diperlukan untuk memastikan diagnosis pasien dengan infeksi kronis, dimana tes ini memakan waktu, menunda pengobatan yang tepat. Peningkatan kinerja laboratorium memerlukan komitmen pimpinan rumah sakit, katanya .
Alasan ketiga terkait dengan efek samping Pengobatan resistensi antimikroba memerlukan antibiotik yang berbahaya dengan efek samping yang serius atau toksik.
Keempat, penyebaran infeksi AMR Infeksi yang resistan terhadap antimikroba dapat menyebar dengan cepat, terutama di rumah sakit, sehingga memerlukan tindakan pengendalian infeksi yang ketat.
Kelima, biaya tinggi, karena pengobatan AMR membutuhkan waktu yang lama (lama tinggal/kehilangan yang lama) pengobatan AMR menjadi sangat mahal, menurunkan produktivitas pasien dan keluarganya, membebani pasien dan asuransi kesehatan, Azhar ungkapnya dalam keterangan tertulis. Diposting oleh thedesignweb.co.id, ditulis pada 19 September 2024
Mengingat dampak resistensi antimikroba pada pasien, maka sudah tepat untuk mengonsumsi antibiotik. Upaya harus dilakukan untuk mencegah risiko penularan AMR
Azhar berbagi tips menggunakan antibiotik untuk mencegah resistensi:
A. Gunakan antibiotik hanya jika diresepkan oleh dokter. Ikuti petunjuk dokter mengenai dosis dan durasi pengobatan
B. Jangan menggunakan antibiotik yang dijual bebas atau sisa pengobatan sebelumnya.
C. Jika dokter Anda meresepkan antibiotik untuk infeksi ringan, tanyakan alasan dan manfaatnya, serta pilihan pengobatannya.
D. Jika Anda memiliki hewan peliharaan, pastikan antibiotik yang diberikan pada hewan peliharaan juga digunakan dengan bijak karena dapat terjadi resistensi antara hewan peliharaan dan manusia.
E. Untuk menghindari risiko infeksi dan kebutuhan akan antibiotik, lakukan praktik kebersihan yang baik seperti mencuci tangan secara teratur. Dapatkan vaksinasi yang diperlukan untuk mencegah infeksi yang memerlukan antibiotik
F. Diskusikan kekhawatiran Anda dengan penyedia layanan kesehatan Anda tentang penggunaan antibiotik serta manfaat dan risikonya.
Azhar mengatakan, Strategi Nasional (STRANAS) Resistensi Antibiotik 2025-2029 mengatur bahwa kampanye penggunaan antibiotik tidak hanya ditujukan kepada masyarakat tetapi juga kepada tenaga kesehatan.
Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kapasitas dokter dalam penanganan penyakit menular serta memenuhi standar pelayanan dan pedoman dokter di Pusat Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang ditetapkan Menteri Kesehatan, kata Azhar.
Pemberian antibiotik harus dipantau dalam rekam medis elektronik (RME) yang digunakan oleh tenaga medis. Lalu, adanya kewajiban melaporkan penggunaan stok antibiotik pada pasien dan alasannya.
Azhar Jaya mengatakan, “Tenaga kesehatan selain dokter tidak diperbolehkan mengeluarkan resep.”