Kesehatan

Dampak Ngeri Bila Anak Kerap Lihat Orangtua Lakukan KDRT

thedesignweb.co.id, Jakarta Belum lama ini, banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga (DVD) yang dialami selebriti Cut Intan Nabila. Suami Armor Toreador mengatakan, kekerasan terhadap istrinya terjadi di depan anak-anaknya.

“Ada (kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak), tapi kebanyakan bersama-sama,” kata Armour dalam keterangannya kepada media di Polres Bogor, baru-baru ini.

Kisah Cut Intan Nabila dan anak-anaknya hanyalah puncak gunung es dari sekian banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia. 

Lalu apa dampaknya bagi anak jika melihat orang tuanya di-bully? Menurut psikolog klinis Efni Indriani, dampak yang bisa terjadi berbeda-beda tergantung latar belakang anak.

“Efeknya berbeda-beda, tergantung,” kata Efni kepada Health thedesignweb.co.id melalui telepon.

Apabila anak menerima perilaku kekerasan yang dilakukan salah satu orang tuanya, maka hal tersebut dapat ditiru. Anak bisa saja bersikap kasar kepada orang-orang di sekitarnya, termasuk calon pasangannya.

Lalu, dampak lain yang bisa terjadi adalah anak membenci orang yang sering melakukan tindakan kasar. Misalnya, jika seorang anak di masa kecilnya melihat ayahnya memarahi dan memukuli ibunya hingga menyakitinya, hal ini mungkin membuat anak perempuan tersebut berpikir bahwa dia membenci citra laki-laki karena melihat tingkah laku ayahnya.

“Apa yang telah terjadi?” Alhasil, ketika gadis itu tumbuh besar dengan wanita yang penuh kasih sayang, orientasi seksualnya pun berubah,” kata perempuan yang juga dosen Universitas Kristen Maranatha Bandung itu. 

Kemudian, terjadi pula anak-anak yang dianiaya oleh salah satu orang tuanya sejak kecil dan lama kelamaan menyadari dalam benaknya bahwa pernikahan adalah hal yang tidak menyenangkan. Alhasil, ketika dewasa, ia memutuskan untuk tidak menikah. 

“Saya juga menemukan situasi serupa di ruang latihan,” kata Efni. “Ternyata memang ada kejadian kekerasan dalam rumah tangga yang dia saksikan.” sudah bahagia, tidak perlu menikah, – kata Efni.

 

Jadi, sekali lagi, dampaknya pada anak bisa berbeda-beda. Hal ini tergantung pada pengalaman individu dengan internalisasi di masa kanak-kanak.

“Efeknya ada apa-apa, bisa mengerikan. Dampaknya tidak bisa diprediksi,” pungkas Efni.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *