Bisnis

Prabowo Subianto Bidik Pertumbuhan Ekonomi 8%, Bisa Didorong Lewat Cara Ini

thedesignweb.co.id Jakarta Presiden terpilih Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen pada masa pemerintahannya. Institute for Essential Services Reform (IESR) menyatakan percepatan transisi energi melalui pengembangan sumber energi terbarukan dapat mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. 

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan, untuk memenuhi komitmen Indonesia meratifikasi Perjanjian Paris untuk menurunkan kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat Celcius, percepatan transisi energi sangat diperlukan. Menurutnya, peluang pertumbuhan ekonomi dari transisi energi dapat dicapai melalui tiga jalur pengembangan energi terbarukan. 

“Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan transisi energi, hal ini dapat dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan diversifikasi industri energi ramah lingkungan. Perkembangan industri energi terbarukan akan merangsang sektor industri kita dengan menciptakan peluang rantai pasokan dan manufaktur energi terbarukan, seperti sel surya dan energi terbarukan. modul, turbin angin dan komponen mobil listrik serta industri rantai pasok.

Ketiga, pengembangan ekowisata yang ramah lingkungan, misalnya inisiatif Bali Net Zero Emission (NZE) 2045. Jika berhasil menjadikan Bali sebagai pulau energi terbarukan maka akan menambah nilai pariwisata Bali, lanjut Fabby.

Fabi mendorong pemerintah untuk menerapkan setidaknya tiga reformasi kebijakan untuk membuka peluang investasi di bidang energi terbarukan. Pertama, mereformasi subsidi energi fosil dan penetapan harga karbon, menghapuskan subsidi energi fosil yang mendistorsi pasar sehingga menyulitkan energi terbarukan untuk bersaing, dan menetapkan kebijakan penetapan harga karbon yang efektif.

Kedua, reformasi pembiayaan infrastruktur, melalui penggunaan instrumen pembiayaan publik untuk menarik investasi dan pengembangan instrumen pembiayaan campuran dan pembiayaan ramah lingkungan, seperti obligasi ramah lingkungan untuk mendukung proyek energi terbarukan dan efisiensi energi, serta mengoptimalkan dana untuk iklim, seperti penggunaan karbon. pajak untuk membiayai transisi energi. Ketiga, membangun kemitraan dan kolaborasi internasional.

 

Menurutnya, sebagai negara dengan perekonomian terbesar di ASEAN, Indonesia harus menjadi pemimpin dalam kemitraan energi ramah lingkungan secara global dan di Asia Tenggara serta bekerja sama dengan negara-negara yang telah menguasai teknologi energi ramah lingkungan untuk mendorong transfer teknologi dan pembiayaan proyek energi ramah lingkungan.

Selain itu, IESR menekankan bahwa proses transisi energi harus adil dan inklusif guna mengurangi kesenjangan pendapatan. Selain itu, manfaat transisi energi harus dirasakan seluruh lapisan masyarakat.

Koordinator Riset Sosial dan Riset Ekonomi IESR Martha Jesica menegaskan, pemerintah sebaiknya merumuskan kebijakan fiskal yang mendukung perekonomian rendah karbon dan bermanfaat bagi perekonomian daerah, misalnya melalui alokasi belanja pemerintah untuk program investasi badan usaha terkait dengan energi terbarukan. dan ekonomi hijau.

“Transisi energi yang berkeadilan adalah tentang keterlibatan dan keterlibatan masyarakat terhadap program pengembangan ekonomi dan energi di sekitarnya,” tambah Martha.

 

Ali Mundakir, Anggota Dewan Pakar Prabowo-Gibran, mengatakan fokus pembangunan ekonomi Indonesia kini tertuju pada sektor pertambangan dan pariwisata yang kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masing-masing hanya 8% dan 5,8%. Sedangkan pendapatan terbesar di Indonesia berasal dari sektor industri dan sektor pertanian yang secara bersama-sama menyumbang sekitar 30 persen terhadap PDB.

Ali menjelaskan, pemerintahan Prabowo-Gibran akan memperbaiki situasi industri nasional, antara lain dengan membangun mesin ekonomi baru di sektor digital, semikonduktor, dan ekonomi hijau.

Ali mengatakan pemanfaatan energi terbarukan mempunyai potensi besar untuk mencapai swasembada energi di Indonesia. Optimalisasi sumber energi terbarukan secara signifikan dapat mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) dan LPG. Saat ini pemanfaatan sumber energi terbarukan masih rendah, namun memberikan peluang besar untuk eksplorasi dan pengembangan lebih lanjut. 

“Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah memperbaiki iklim investasi di sektor ini, agar semakin menarik minat pihak-pihak yang berminat untuk berinvestasi. Kemudian, pengembangan smart grid juga menjadi tujuan penting dalam lima tahun ke depan, guna mengoptimalkan produksi energi surya dan angin. “Selanjutnya, peningkatan pasokan listrik dari sumber energi terbarukan memerlukan inovasi yang lebih bersih dan bebas karbon serta dapat ditingkatkan dengan biaya yang terjangkau,” kata Ali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *