Global

Penemuan Baru Aliran Magma dan Air Asin di Permukaan Asteroid Vesta

thedesignweb.co.id, Jakarta – Asteroid Vesta menjadi salah satu benda langit yang menarik perhatian para astronom dan ilmuwan. Asteroid ini pertama kali ditemukan oleh Heinrich Wilhelm Olvers pada tanggal 29 Maret 1807.

Para astronom yakin asteroid Vista bisa menjawab teka-teki asal usul planet di luar angkasa. Melansir laman Live Science, Rabu (30/10/2024), Asteroid Vesta merupakan asteroid terbesar kedua dan satu-satunya yang terlihat dengan mata telanjang.

Asteroid Vesta memiliki orbit ellipsoidal dengan dimensi radial 283x279x223 kilometer. Asteroid ini termasuk dalam kelompok asteroid yang dikenal sebagai “asteroid dekat Bumi” (NEA), yang memiliki orbit dekat dengan Bumi.

Asteroid ini berputar setiap 5,34 jam sekali dan mengorbit Matahari dalam waktu 3,63 tahun. Karena ukuran asteroid ini sangat besar, tubuh Vesta diyakini berbeda dengan inti dan mantelnya yang mirip Bumi.

Asteroid Vesta adalah satu-satunya asteroid lengkap yang menunjukkan diferensiasi lengkap dengan inti logam, mantel silikat, dan kerak basaltik tipis. Permukaannya kaya akan mineral seperti basal, yang menandakan bahwa Lusta pernah memiliki aktivitas vulkanik.

Asteroid ini pertama kali dikunjungi oleh pesawat luar angkasa Dawn milik NASA pada tahun 2011. Saat diamati oleh pesawat luar angkasa tersebut, asteroid ini memiliki sejarah geologi yang lebih kompleks dari perkiraan sebelumnya.

Terdapat banyak kawah di permukaan Vesta, dan yang terbesar memiliki diameter 500 kilometer, yang menunjukkan kayanya sejarah dampak. Tanda-tanda aktivitas geologi seperti aliran lava juga ditemukan.

 

Permukaan Vesta memiliki variasi warna yang mencolok, dari gelap hingga terang, karena adanya mineral yang berbeda. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Geochimica et Cosmochimica Acta, sekelompok peneliti mampu menganalisis lebih lanjut sampel meteorit vulkanik yang terpelihara dengan baik yang ditemukan di Antartika.

Sampelnya diambil dari asteroid Vesta yang jatuh ke Bumi. Analisis ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih jauh tentang asteroid ini.

Data menunjukkan asteroid Vesta aktif secara vulkanik setidaknya selama 30 juta tahun setelah pembentukan aslinya, yakni terjadi sekitar 4,565 juta tahun lalu. Para ilmuwan memperkirakan bahwa kantong magma seharusnya ada di Vesta dan mungkin terhubung dengan lautan magma yang didinginkan sebagian yang terletak di dalam kerak asteroid.

Selanjutnya, mereka memeriksa data untuk memahami apa yang terjadi lebih dalam di dalam asteroid dengan menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan kerak Vesta untuk mendingin. Banyak meteorit yang jatuh ke bumi diperkirakan berasal dari Vesta, seperti Howardite, Eucritus, dan Diognite.

Studi menunjukkan bahwa komposisi kimia dan isotop meteor-meteor ini mirip dengan permukaan Vesta. Meteor-meteor ini kemungkinan berasal dari tabrakan di Vesta yang cukup kuat untuk melontarkan material ke luar angkasa.

Proses ini memungkinkan material dari Vesta terlempar ke orbit, dan akhirnya mencapai Bumi.

 

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa asteroid Vesta, yang merupakan salah satu asteroid terbesar di sabuk asteroid, mungkin pernah memiliki aliran air asin di permukaannya. Analisis data dari pesawat luar angkasa Dawn menunjukkan adanya mineral yang terbentuk dari penguapan air asin, serta jejak erosi yang menunjukkan aktivitas fluida masa lalu.

Dikutip dari situs Science News, Rabu (30/10/2024), penelitian tambahan menunjukkan bahwa keberadaan air asin tersebut mungkin disebabkan oleh proses geologi yang menciptakan kondisi air menumpuk dan menguap. Mineral yang teridentifikasi juga menunjukkan bahwa Lostat pernah memiliki suhu dan tekanan yang cukup untuk mendukung keberadaan air cair.

Selain itu, pengamatan terhadap kawah dan struktur permukaan lainnya menunjukkan pola erosi yang dapat dikaitkan dengan aliran fluida, mendukung teori bahwa Vesta telah mengalami perubahan lingkungan yang signifikan. Temuan ini menambah pemahaman tentang bagaimana kondisi di planet kecil dapat berubah seiring waktu dan meningkatkan kemungkinan bahwa Luesta, meskipun saat ini sangat kering, dulunya merupakan lingkungan yang lebih beragam.

(berbelok)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *