Waspada Rekam Jejak Digital di Internet
thedesignweb.co.id, Jakarta – Sebagai bagian dari kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyelenggarakan lokakarya literasi digital secara offline di China Halmahera Regency Center, Maluku Utara pada 26 Oktober 2024 dengan tema “Waspadalah terhadap catatan pelacakan Internet Digital”.
Lokakarya ini merupakan wujud peran aktif Komdigi dalam pencegahan penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi serta Internet. Kegiatan yang dilaksanakan sehari itu menarik lebih dari 1.000 peserta yang mencakup warga dan masyarakat di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah.
Komdigi menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi berdasarkan empat pilar utama literasi digital, yaitu keterampilan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Kegiatan workshop diawali dengan sambutan dari CEO Aplikasi Informasi, Hokky Situngkir yang menjelaskan tentang urgensi Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia.
Hokky Situngkir menyampaikan empat pilar digital sebagai kurikulum literasi digital yang dapat memberikan kondisi bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Halmahera Tengah.
Tutor sekaligus Koordinator Nasional Aulia Putri mengatakan kompetensi digital lebih dari sekadar mampu mengoperasikan alat privasi dan mempraktikkan etika digital di bidang teknik. Digital sangat penting di era teknologi saat ini.
“Dengan memahami jenis data yang perlu dilindungi dan menerapkan 6 aturan etika digital, kita dapat melindungi diri dari berbagai ancaman kejahatan dunia maya dan menjaga privasi. Hal ini tidak hanya menguntungkan kita, tetapi juga dapat membangun kepercayaan dengan orang lain di ruang digital. Dan alasan mengapa kita perlu melindungi data pribadi kita adalah 3 hal Pertama, penjahat dapat memeras uang dengan berpura-pura menjadi orang yang kita kenal Kedua, penjahat dapat menyalahgunakan hak kita dan bahkan melakukan kejahatan atas nama kita: ” Rekening kami malah terkuras,” kata Aulia yang menguras tabungan kami.
Sementara itu, pakar literasi digital Bayu Sutjiatmo mempertimbangkan di mana kita belajar dan berkomunikasi, di mana anak kita tumbuh dan berkembang, serta di mana kita bersungguh-sungguh menampilkan diri sebagai sebuah bangsa.
“Dan selalu memberikan semangat kepada saudara-saudara kita untuk terus menggunakan media sosial tanpa meninggalkan budaya kita masing-masing karena budaya yang ada saat ini adalah apa yang kita persembahkan kepada anak cucu kita. Tentang betapa indahnya budaya kita, apalagi jika dipadukan dengan kecanggihan jejaring sosial. .” media. “Kita bisa cepat memperkenalkannya kepada teman-teman kita melalui kolom chat dll agar kita bisa memanfaatkan dunia digital dengan beretika,” kata Bayu.
Sementara itu, Aji Kresno, Ketua Program Riset Manajemen Pemasaran Politeknik APP Jakarta, menyatakan bahwa di dunia digital tidak ada yang 100% aman, yang bisa kita lakukan adalah meminimalkan risiko semaksimal mungkin, semakin banyak semakin baik, keamanan berbanding terbalik dengan kenyamanan, sedikit kegaduhan dan kewaspadaan akan membantu kita menjadi lebih aman di dunia digital, untuk selalu berpikir kritis dan tidak mudah percaya dengan segala hal yang kita terima.
“Banyak tantangan dalam keamanan digital, terutama kita perlu menyadari pentingnya menjaga keamanan data pribadi di jejaring sosial. Ini adalah hal utama yang harus disadari oleh kita masing-masing sebagai pengguna internet, termasuk jejaring sosial, kita harus berhati-hati untuk menjaga keamanan data pribadi kita. menjamin keamanan data pribadi kita sebagai pengguna berbagai layanan “Kami menyadari pentingnya upaya menjaga atau melindungi data rahasia yang tidak mudah diakses oleh publik, sehingga berdampak pada berbagai jenis perilaku kejahatan dan penyalahgunaan lainnya,” tutup Aji.