DESIGN WEB Bukan Cuma Soal Kecepatan, Intip Perjalanan Lahirnya Koneksi 5G di Indonesia
thedesignweb.co.id, Jakarta Sebuah mobil berwarna merah diparkir di dekat Gelora Bung Karno di Jakarta. Adegannya istimewa. Namanya minibus, tapi ukurannya lebih panjang. Saya ingin menyebutnya bus, tapi terlalu pendek. Mobil berwarna merah jelas menonjol dari mobil lainnya.
Mobil tersebut dipamerkan jelang Asian Games 2018 di Jakarta. Namanya Navya. Separuh bodi mobil menggunakan kaca dengan rok berwarna hitam. Kamera 360 derajat mirip kamera CCTV dipasang di atap mobil. Selain itu, bodi mobil dilengkapi dengan beberapa sensor.
Alat ini membantu Navya tanpa driver. Tak heran jika pintu masuknya berada di tengah-tengah mobil. Ini terbuka seperti lift berayun. Berbentuk seperti bus, kabin ini dapat menampung 11-15 orang sekali jalan.
Dari tampilannya, fitur-fitur canggih dan kelincahannya, pengunjung akan mengetahui bahwa Navya bukanlah mobil biasa. Navya adalah bus mandiri. Operator Telkomsel didatangkan untuk mendemonstrasikan teknologi masa depan berupa komunikasi menggunakan teknologi jaringan 5G.
Navya bekerja dengan mengandalkan Global Navigation Satellite System (GNSS) yang menggabungkan sensor LiDAR dan kamera resolusi tinggi untuk memantau lingkungan. Menggunakan teknologi 5G Telkomsel, Navya berjalan lancar di sekitar GBK. Meski baru diuji coba, teknologi tersebut efektif membantu seluruh sensor di bus berkomunikasi cepat dengan komputer atau “otak”.
Bus otonom Navya hanyalah salah satu contoh pengujian perangkat yang menggunakan teknologi 5G. Di sinilah inovasi teknologi VR juga diperlihatkan. Seluruh konektivitas internet pada perangkat ini terkoneksi dengan jaringan BTS 5G yang khusus dikembangkan untuk Asian Games 2018.
Dengan kecepatan internet hingga 20 Gbps, teknologi 5G mampu melakukan transmisi dan pemrosesan data lebih cepat. Tingkat latensi hanya 1 milidetik membuat pengiriman dan penerimaan data menjadi cepat. Dengan kata lain, pengguna Internet 5G tidak akan merasa aksesnya diblokir.
Sejak eksperimen Telkomsel enam tahun lalu, teknologi 5G sudah tidak mengejutkan lagi. Tanyakan saja pada pemilik ponsel pintar. Perangkat terbaru dengan teknologi 5G menggunakan akses internet yang sangat cepat. Lebih cepat dari 4G, terutama terhadap generasi bawah.
Niat memperkenalkan teknologi 5G di Indonesia sudah dimulai sejak sembilan tahun lalu. Hal ini dimulai pada bulan Desember 2015 ketika Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Komunikasi dan Informatika mengumumkan studi pendahuluan tentang 5G di Indonesia.
Kajian awal ini mengungkap tren beberapa negara yang mulai menjajaki kelayakan penerapan teknologi 5G. Sebuah proyek kerja yang terdiri dari telekomunikasi, akademisi dan manajer berusaha menemukan teknologi yang dapat memenuhi persyaratan teknologi generasi ke-5.
Isu teknologi 5G mengemuka pada Mobile World Congress (MWC) 2015 di Barcelona. Saat itu, konferensi MWC menegaskan bahwa teknologi 5G masih berada pada tahap persyaratan kritis. Namun teknologi ini pasti akan tersedia pada tahun 2020.
Kementerian Komunikasi dan Informatika yang tak mau lepas dari pesatnya perkembangan teknologi pun turut bersiap. Saat itu, operator telekomunikasi di Indonesia baru saja memperkenalkan teknologi 4G.
Pada pertengahan tahun 2016, Badan Penelitian dan Pengembangan Kepegawaian Kementerian Komunikasi dan Informatika melanjutkan kajian awal secara detail. Saat itu, fokusnya adalah pada teknologi, regulasi, dukungan industri, dan pengembangan masyarakat.
Kementerian Komunikasi dan Informatika juga membentuk Indonesia 5G Forum yang terdiri dari empat kelompok kerja, yaitu Pokja Riset Teknologi, Pokja Riset Bisnis dan Regulasi, Pokja Riset Penunjang Industri, dan Pokja Penelitian Pengembangan Masyarakat.
Dua tahun kemudian, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengumumkan rencana pengembangan 5G Indonesia pada Konferensi Telekomunikasi Pasifik tahunan ke-4 yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand pada 17-18 Juli 2018. Indonesia dua kali diminta memaparkan peta jalan 5G Indonesia 2017-2022 pada forum yang dihadiri seluruh negara anggota International Telecommunication Union (ITU) kawasan Asia-Pasifik.
Pada tahun yang sama, Indonesia mendemonstrasikan perkembangan teknologi 5G di Asian Games 2018. Ini merupakan salah satu dari 12 uji coba jaringan teknologi yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan beberapa perusahaan telekomunikasi antara tahun 2017 hingga 2020.
Untuk mengefisienkan layanan 5G, Kementerian Komunikasi dan Informatika membagi spektrum frekuensi menjadi tiga tingkatan: pita rendah, pita menengah, dan pita tinggi. Sebagai teknologi yang fleksibel, 5G dapat diterapkan pada mobile broadband atau fixed broadband atau fixed wireless access (FWA).
Pita frekuensi pada pita rendah dan menengah seperti 700 MHz, 2,6 GHz, dan 3,5 GHz digunakan untuk layanan mobile broadband 5G. Layanan ini diprioritaskan dengan perkembangan 5G di Indonesia.
Layanan fixed broadband 5G juga dilakukan sesuai standar global dengan menggunakan pita spektrum di lapisan atas pita tersebut, seperti pita frekuensi bandwidth tinggi 28 GHz.
Berbekal puluhan uji coba, teknologi 5G hadir di Tanah Nusantara pada 27 Mei 2021. Tiga hari lalu, (24 Mei 2024), Kementerian Komunikasi dan Informatika resmi menerbitkan Surat Keterangan Hak Guna Usaha (SKLO) layanan 5G PT Telkomsel. sebagai penyedia pertama. Artinya jaringan 5G akan tersedia secara komersial di Indonesia.
Dengan mengakuisisi SKLO, Telkomsel tancap gas memperkenalkan layanan akses internet super cepat tersebut. CEO Telkom Hub, PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) yang berbasis di Jakarta, Setianto Hantoro secara resmi meluncurkan teknologi 5G. Saat itu cakupannya masih sebatas wilayah Jabodetabek, antara lain Kelapa Gading, Pondok Indah, Pantai Indah Kapuk, Bumi Serpong Damai, Vidya Chandra, dan Alam Sutera.
“Kami yakin kehadiran teknologi jaringan seluler generasi kelima di Indonesia akan membuka lebih banyak potensi bagi Indonesia untuk menjadi negara full digital yang berdaya saing internasional, khususnya kekuatan ekonomi digital. ,- kata Dirut Telkomsel. Disutradarai oleh Setianto Hantoro.
Setahun kemudian, teknologi 5G Indonesia memperkenalkan balap motor kelas dunia MotoGP di Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Perimeter jalan lingkar dan tepi jalan ditanami komunikasi serat optik. Untuk menjaga kehandalan, Telkomsel juga sedang membangun kabel bawah laut.
“Dunia nyata bisa dilihat di negara mana pun,” kata Zulhefi Abidin, Direktur Jaringan dan TI Telkom Group saat itu.
Sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2021, Indonesia sedang dilanda demam teknologi 5G. Penggerak komunikasi lainnya tidak mau kehilangan asal usulnya. XL Axiata dan Indosat Ooredoo Hutchison unjuk bakatnya di ajang Formula E 2022 di Jakarta.
Perusahaan telekomunikasi juga ikut serta dalam acara G20. Mereka hadir di hadapan kepala negara paling ekonomis di dunia tersebut dan menyatakan keyakinannya terhadap telekomunikasi Indonesia yang sudah mengadopsi teknologi 5G.
Segala upaya percepatan teknologi 5G Indonesia kini bisa dinikmati banyak masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, layanan 5G tersedia di 56 kota/kabupaten di Indonesia. Akses Internet berkecepatan tinggi tersedia di ibu kota kepulauan (IKN).
Open data menunjukkan rata-rata kecepatan internet pada tahun 2023 berkisar 15 hingga 22 Mbps, dengan bantuan teknologi 5G, pengguna dapat merasakan kecepatan 3-4 kali lebih tinggi dari kecepatan 4G saat ini dengan latensi yang lebih rendah, ujarnya. . Budi Ari Setiadi.
Ketersediaan teknologi 5G tidak terbatas pada akses internet cepat saja. Pada tahun 2020, hasil riset ITB, Qualcomm dan XL memperkirakan teknologi 5G akan menyumbang Rp 2,802 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2030. Nilai besar tersebut sesuai dengan kebutuhan APBN saat ini.
Penggunaan teknologi 5G semakin meluas tidak hanya untuk kebutuhan Internet pribadi. Situs 5gnow.id menyebutkan bahwa teknologi 5G telah digunakan di bidang manufaktur, smart city, smart home, kesehatan, pertanian, transportasi, peternakan, dan pendidikan. Masyarakat Indonesia di mana pun merasakannya.
Simak kisah Susyanti. Ia merupakan siswi SMKN 1 Universitas Gangga Lombok Utara, NTB. Sebelum Internet secepat sekarang, membaca selalu sulit. Tugas guru dalam mencari bahan ajar seringkali menimbulkan kebingungan. “Kami disuruh cari online, jadi bingung carinya di mana,” kenangnya.
Sekolah tempat Susyanti belajar tidak memiliki internet sama sekali. SMKN 1 Gangga menggunakan akses internet modem. “Kadang ada kendala kecepatan sehingga membuat frustasi,” kata Andi Munif, Kepala SMKN 1 Gangga.
Perjuangan Susyanti kini akan menjadi sejarah bagi anak-anaknya kelak. Kini akses internet di kawasan itu mudah, kecepatannya memuaskan. “Kami merasa sangat beruntung,” kata Susyanti.