Seleb

Alasan G-Dragon Populer dari Generasi ke Generasi, Bukan Cuma soal K-Pop!

thedesignweb.co.id, Jakarta Tahun 2024 adalah tahun kebangkitan G-Dragon dan grupnya, BIGBANG. Terbaru, penampilan grup yang kini berada di level tiga ini adalah di MAMA Awards 2024 yang digelar di Jepang pada 23 November di Osaka, Jepang.

Di acara populer tersebut, G-Dragon atau GD membawakan banyak lagunya seperti “Untitled, 2014”, “Power”, dan “Home Sweet Home”, serta dua single hit grupnya, “Bang Bang Bang” dan ” Fantastic Baby.” Penampilan panggungnya langsung menimbulkan kehebohan di Kyocera Dome.

Mnet yang menyelenggarakan acara tersebut juga membagikan video penampilan seru para idola K-Pop seperti AESPA, (G)I-DLE, Seventeen, bahkan aktris Kim Tae Ri menari selama penampilan mereka.

Kemeriahan panggung MAMA Awards memang menjadi perbincangan warganet. Dengan membanjirnya pujian terhadap G-Dragon dan Bigbang, banyak K-Popers baru yang bertanya-tanya kenapa pria ini dikenal dengan nama asli Kwon Ji Yong.

Alasan pertama tentu saja karena statusnya sebagai anggota BIGBANG. Padahal, sebelum bergabung dengan BIGBANG, pria kelahiran Seoul, 18 Agustus 1988 ini pertama kali debut di dunia entertainment pada usia delapan tahun dalam grup bernama Little Roo’ra, sang “adik” dari BigBANG. Istirahat. Sebuah kelompok.

Dalam wawancara radio pada tahun 2015, anggota Ruora Kim Ji Hyun dan Chae Ri Na mengira dewa kecil itu sudah memiliki aura bintang.

Meski usianya masih muda, namun ia memiliki bakat untuk menjadi seorang bintang. Sangat menarik dan spesial, kata Kim Ji Hyun, dilansir Soompi.

Che Ri Na menambahkan, “Bahkan ketika orang mengatakan (GD) ‘Kamu cantik,’ ekspresinya tidak berubah.”

Setelah Little Roo’ra dibubarkan, Little Roo’ra kembali menjadi trainee di SM Entertainment. Seperti dilansir Yahoo Korean News, terinspirasi dari Klan Wu Tang, ia belajar rap dan juga ikut serta dalam pembuatan album kompilasi bergenre ini pada usia 13 tahun. Hal ini membuat YG senang dan akhirnya ia melakukannya terlebih dahulu bersama Taeyang. , Daesung, dan pasangan pertama BIGBANG, Seungri dan T.O.P, pada tahun 2006 – periode yang dikenal sebagai generasi kedua K-Pop.

Leader BIGBANG ini juga sering dipuji karena kesukaannya dan kemampuannya memimpin panggung. Tak heran, ia sering disebut sebagai “Raja K-Pop”. Selain Bigbang, ia terus berkarya sebagai artis solo. 

Kemampuan GD dalam menulis lirik dan mengarang lagu membawa Bigbang meraih hit yang membesarkan nama mereka, “Lay”. Soompi mengatakan lagu tersebut juga menjadi titik balik perjalanan G-T sebagai seorang penulis.

“Haru Haru”, “Heartbreaker”, “Fantastic Baby”, “Loser”, dan “Fxxk It” adalah beberapa film yang menjadi tanggung jawabnya untuk diproduksi.

Tak hanya idola K-Pop dan penulis, GD juga dikenal sebagai ikon fashion. Gaya penampilannya yang agresif melanggar aturan dan batasan gender, menjadikannya pusat perhatian publik dan media. Dia sering terlihat mengenakan jaket wol, rok, perhiasan menakjubkan, rambut hitam, kuku, kardigan, dan bahkan detail renda dan bunga.

Tatler Asia menyebutnya sebagai seorang revolusioner dalam politik Korea. Sementara itu, L’Officiel mengatakan dia adalah seorang pedagang manusia yang melanggar batas-batas praktik normal. Namun bagi masyarakat umum, ada istilah “G-dragon effect”, ketika seseorang berusaha menunjukkan keberanian seperti di lagu “Krume”.

Tak heran, ia bekerja dengan banyak brand besar seperti Converse, Nike, dan juga menjadi duta Chanel.

Bagi para penggemar, salah satu hal paling unik dari G-Dragon adalah kemandiriannya terhadap dirinya sendiri. Bukan hanya cara pandang anda saja, tapi juga kreatifitas dalam berkarya, ide dan perencanaan karya anda. Hal ini termasuk bergabung dengan agensi Galaxy Corporation, dan bekerja sama dengan label rekaman independen yang didirikan oleh artis Palestina Ghazi Shami.

Atas semua alasan tersebut, tak heran jika G-Dragon tetap bertahan pada posisinya di dunia K-Pop, meski nama-nama baru terus bermunculan. Dan rupanya sang pemimpin sendiri memahami hal ini. Yuk simak makna dari cuplikan lagu bertajuk “Power” yang dirilis akhir Oktober lalu.

“Edisi generasi kedua, mahakarya abad ini.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *