Bisnis

Alasan Prabowo Bentuk Satgas Hilirisasi: Kejar Oknum yang Menghambat

thedesignweb.co.id, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjelaskan alasan Presiden Prabowo Subianto membentuk kelompok kerja. Salah satunya adalah dengan menghukum orang yang menghalanginya.

Diketahui, Prabowo telah menandatangani Perpres Pertama Tahun 2025 tentang Kelompok Kerja Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional. Tim bottom-up dipimpin oleh Bahlil Lahadalia, yang beranggotakan kementerian terkait.

Bahlil menyarankan, salah satu tujuan organisasi ini adalah menyelesaikan permasalahan tumpang tindih izin terkait perampingan.

“Untuk menyinkronkan persoalan kebijakan bawah air, jangan sampai ada konflik perizinan apa pun,” kata Bahlil dari Kementerian Energi dan Pertambangan DKI Jakarta, Sabtu (11/1/2025).

Ia mengatakan, masih ada pihak yang menghambat proses dan tidak mematuhi instruksinya. Menurut Prabowo, kami ingin mengidentifikasi substansi-substansi tersebut dan memberikan sanksi.

Kadang menterinya baik, kadang anak buahnya masih begitu, Papun ngomongnya beda, mainnya beda, mainnya begini, makanya Presiden juga minta laporan mendesak dan usulkan sanksi bagi sebagian orang, ujarnya.

Inilah salah satu dari empat poin membangun tim ketahanan energi nasional dan akselerasi menurun. Poin lainnya, tim diminta membuat proposal dan mencantumkan lokasi serta sumber bahan baku terkait keruntuhan tersebut. Baik di bidang ESDM maupun di bidang kehutanan, perikanan, dan pertanian.

 

Tim tersebut kemudian bertugas mengidentifikasi, mengidentifikasi dan merekomendasikan apakah pembiayaan juga dapat dilakukan di sektor perbankan atau non-perbankan seperti APBN. Dukungan finansial ini diharapkan dapat meningkatkan aliran ke bawah di Indonesia.

Bahlil mengatakan banyak kritik terhadap penurunan tersebut, namun tidak berdampak pada Indonesia. Menurut dia, kelompok kerja tersebut dibentuk untuk menanggapi kritik tersebut.

“Presiden dari dulu melihat ingin sub-DAS yang ada bisa memberikan manfaat nyata bagi Indonesia. Jadi beliau ingin ada manfaat yang memberi nilai tambah bagi Indonesia,” ujarnya.

“Banyak pihak yang mengkritik penurunan ini di masa lalu, namun dari segi nilai tambah di Indonesia, mereka tidak terlalu optimis. Oleh karena itu, berdasarkan Perpres jelas bahwa manfaat dari penurunan tersebut harus ditingkatkan di Indonesia,” lanjut Bahlil.

Misalnya, proyek-proyek berikut mendapat dukungan APBN melalui penyertaan masyarakat (PMN) atau pembiayaan dari lembaga perbankan dan non-perbankan.

Terakhir, tim diminta untuk melaporkan kemajuan berikut setiap 6 bulan atau sesuai kebutuhan.

 

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sempat mengatakan pembiayaan penurunan peringkat bisa bersumber dari APBN atau pinjaman perbankan. Meski demikian, dia tak ingin terlalu membebani keuangan negara.

Bdia menjelaskan opsi penggunaan APBN, misalnya dengan penyertaan modal negara (PMN) di perusahaan pelat merah. Untuk bahan tambang, berikut cara yang bisa ditawarkan ke Holding BUMN industri pertambangan, MIND ID.

Berbicara di kantor Kementerian ESDM, Bahlil mengatakan, “Dalam Perpres misalnya PMN PMN dari APBN. Kalau tanggung jawabnya dialihkan ke BUMN, disebutkan BUMN membutuhkan penyertaan modal yang cukup, harus ada. sebuah PMN.” katanya. Di Jakarta. Dikutip pada Sabtu (11/1/2025).

Ketentuan yang dimaksud mengacu pada Perintah Eksekutif Nomor 1 Tahun 2025 yang ditandatangani Presiden Prabowo Subianto pada 3 Januari 2025. Sedangkan Bahlil ditunjuk sebagai Ketua Subkomite Regulasi.

 

Meski berpeluang menggunakan dana pemerintah, Bahlil enggan proyek-proyek selanjutnya mengandalkan sumber pendanaan tersebut. Sebab, banyak program prioritas seperti Pemberian Makan Gratis (MBG) yang memerlukan alokasi dana besar dari Pemerintah.

“Tapi pilihannya sangat kecil. Kami sebagai tim menganggap kerugiannya sekecil mungkin, sehingga kita hindari penggunaan dana APBN,” ujarnya.

“Kita perlu menciptakan sumber pendanaan karena IRR bagus, jadi biarkan APBN fokus pada lapangan kerja rakyat, gizi, kesehatan, dan infrastruktur,” tambah Bahlil.

Ketua Satgas meminta pihak bank turut serta membiayai uang muka tersebut. Baik bank pemerintah maupun bank swasta nasional.

“Tapi kalau subkonteksnya persoalan ekonomi, kita harus melihat semuanya, asalkan dia mau bekerja, kita harus berinovasi, kita harus menghasilkan uang dari pihak swasta, baik itu dari pasar modal. atau bank. Di Republik Indonesia, mengikuti aturan persaingan di Republik Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *