Anak Usaha Bukit Asam Kantongi Pinjaman Rp 20 Triliun dari Bank Mandiri, untuk Apa?
Liptan6.com, Jakarta – PT Huadian Bukit Assam Power (HBAP), anak usaha PT Bukit Assam Tbk (PTBA), telah mendapat pinjaman senilai Rp 20 triliun dari Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Pinjaman tersebut diambil dari China Ekspor-Impor Bank (CEXIM). Fasilitas pendanaan ini akan dialokasikan pada proyek PLTU Mulut Tambang.
Proyek ini berperan penting dan mendukung salah satu tujuan Navasita dalam mencapai kemandirian ekonomi dengan menggerakkan bidang-bidang strategis khususnya kedaulatan energi.
Total investasi dalam dolar adalah $1,68 miliar dan kapasitasnya 2 x 660 megawatt atau sekitar 1.320 megawatt atau setara dengan kurang lebih 20 triliun rupiah, kata Arsal Ismail, Presiden Direktur PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Senin. ). Pada tanggal 30 September 2024, dia mengatakan kepada wartawan:
Berbicara pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Mandiri Dharmawan Junaidi mengatakan kerjasama keuangan ini merupakan langkah strategis untuk mewujudkan sinergi bisnis antara Bank Mandiri dan Huaden Bukit Asam Power. Apalagi, Bank Mandiri senantiasa ingin mewujudkan sinergi tersebut lebih erat dengan China Huatian Group dan Bukit Asam Tebik.
“Dengan pendanaan yang sangat besar sebesar $1,27 miliar ini, kami berharap dapat mendukung ekosistem ini dengan solusi inovatif yang kami miliki,” kata Darmavan.
Penandatanganan pinjaman tersebut disaksikan Menteri BUMN Eric Thohir. Ia mengapresiasi langkah Bank Mandiri yang menawarkan opsi pembiayaan yang kompetitif, terutama dari segi suku bunga, dibandingkan bank-bank di seluruh dunia.
“Proyek ini sebelumnya dibiayai oleh dana asing, sehingga suku bunganya sedikit lebih tinggi, sehingga kami menemukan bahwa kami dapat memperoleh pembiayaan yang lebih baik,” kata Eric.
Ia mengatakan, langkah tersebut sejalan dengan tujuan Bank Mandiri untuk menjadi salah satu bank terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2032.
Sebelumnya, dua anak perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga uap menyepakati nota kesepahaman (MoU) tentang kewajiban perdagangan karbon preferensial. Kedua emiten tersebut adalah PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) dan PT Bukit Pembangkit Inovatif (BPI).
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arsal Ismail mengatakan kesepakatan tersebut merupakan langkah strategis yang mencerminkan komitmen PTBA dalam mendukung tujuan MIND ID dan Kementerian BUMN. Hal ini juga memfasilitasi interaksi dengan anak perusahaan dan afiliasi PTBA.
“Penandatanganan MoU ini merupakan wujud nyata komitmen PTBA dalam mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan bertanggung jawab. Kami berharap PTBA dan afiliasinya terus berbuat lebih banyak lagi. berperan aktif dalam mendukung pemanfaatan lingkungan hidup secara rasional,” kata Arsal dalam keterangan resmi, Selasa (17 September 2024).
Pak Arsal mengharapkan kerjasama antara HBAP dan BPI dapat memperkuat pengelolaan karbon di area bisnis seluruh anak perusahaan dan afiliasi PTBA.
MoU tersebut juga memperkuat upaya PTBA dan afiliasinya untuk mematuhi peraturan perdagangan karbon di Indonesia. Hal ini merupakan langkah nyata dalam mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan memperkuat pengelolaan karbon dalam proses bisnis.
“Melalui langkah ini, PTBA menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung agenda pembangunan berkelanjutan nasional sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi sejalan dengan prinsip ESG (Environmental, Social, dan Governance),” tambah Arsal.
Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengumumkan kinerja semester I tahun ini yang berakhir 30 Juni 2024. Bukit Asam mencatatkan pertumbuhan positif dari sisi pendapatan selama periode ini.
Pada semester I-2024, pendapatan perseroan mencapai Rp 19,64 triliun, berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan dalam pemberitahuan Bursa Efek Indonesia (BEI). Pendapatan ini meningkat 4,16% dibandingkan semester I-2024 yang tercatat sebesar Rs 18,86 crore. Satu triliun.
Akibat peningkatan pendapatan tersebut, nilai pendapatan pada semester I 2024 meningkat dari Rp 14,76 triliun pada semester I 2024 menjadi Rp 16,24 triliun. Dampaknya, laba kotor perseroan turun menjadi 3,4 triliun rupiah. Total pendapatan pada semester I-2024 sebesar 4,1 triliun rupiah.
Pada semester I 2024, beban umum dan administrasi sebesar Rp 929,34 miliar dan pendapatan lain-lain sebesar Rp 407,76 miliar.
Sementara keuntungan finansial sebesar Rp 119,42 miliar, dan pembagian keuntungan cabang dan perusahaan patungan sebesar Rp 182 miliar.
Setelah memperhitungkan beban pajak perusahaan, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 2,03 triliun yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk usaha. Laba tersebut turun 26,76 persen dibandingkan laba semester I tahun lalu sebesar Rp 2,78 triliun.
Per 30 Juni 2024, aset PTBA turun menjadi 38,39 triliun rupiah dari akhir tahun lalu sebesar 38,77 triliun rupiah.
Utang pun meningkat menjadi Rp 18,87 triliun dari akhir tahun lalu Rp 17,2 triliun. Sedangkan ibu kota per 30 Juni 2024. turun menjadi Rp 19,52 triliun dari Rp 21,57 triliun pada akhir tahun lalu.
Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meluncurkan pilot project konversi batubara menjadi grafit sintetis dan anoda sebagai bahan baku baterai lithium-ion (Li-ion). Ini adalah pengolahan batubara pertama di dunia menjadi grafit buatan dan lembaran elektroda negatif.
Grafit buatan merupakan bahan utama pembuatan anoda. Lembaran anoda merupakan elektroda (elektroda positif) tempat berlangsungnya reaksi oksidasi dan merupakan salah satu komponen penting baterai litium-ion.
Hari ini, Senin 15 Juli 2024, soft launching pilot project produksi grafit sintetik dan anode sheet di Kawasan Industri Tanjung Enim dihadiri oleh Dila Seno, Direktur Portofolio dan Pengembangan Bisnis MIND ID sekaligus CEO PT Bukit Asam Tbk -. Antara lain Bapak Vidaguda (PTBA), Arsal Ismail, Direksi PTBA, Direktur Riset Industri dan Pemanfaatan Inovasi BRIN Mulyadi Sinung Harjon.
Pilot project ini diharapkan dapat berlanjut ke tahap komersial. Ia menegaskan, keberlanjutan proyek ini sangat membutuhkan dukungan dan kajian aspek keekonomian yang matang.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Bisnis MIND ID Dila Seno Widagud mengatakan seluruh perusahaan yang tergabung dalam grup MIND ID senantiasa berupaya mengoptimalkan nilai tambah sumber daya mineral dan batubara Indonesia.
Hal ini mencakup kewenangan untuk mengelola sumber daya dan inventaris strategis, menjalankan proses hilir, dan memastikan kepemimpinan pasar untuk menjadi perusahaan kelas dunia.
“Oleh karena itu, MIND ID fokus mendukung ekosistem baterai EV. Proyek ini akan membantu PTBA mendiversifikasi posisi bisnisnya dalam “rantai pasokan baterai kendaraan listrik masa depan” PTBA, kata Dilo dalam keterangan resmi, Senin (15 Juli 2024).
Sementara itu, Direktur PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail mengatakan pengembangan batubara menjadi grafit buatan dan lembaran anoda mendukung kebijakan pemerintah untuk lebih mempromosikan batubara dan menjaga ketahanan energi nasional.