Kesehatan

Angka Stunting di Banyuwangi Terus Turun, Ini Jurus yang Dilakukan

Liputan6.com,Banyuwangi, Provinsi Jawa TimurBanyuwangi terus berupaya mengurangi keterlambatan. Berdasarkan data elektronik dari Daftar Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), jumlah anak stunting pada tahun 2024 akan berkurang sebesar 2,46 persen, dibandingkan tahun lalu sebesar 3,53 persen.

Berdasarkan jumlah tersebut, menurut Direktur Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Amir Hidayat, masih terdapat 2.171 anak stunting.

Amir mengatakan, stunting bisa ditekan seminimal mungkin karena semua pihak mulai dari pemerintah, masyarakat, tenaga kesehatan, dan perusahaan swasta telah menerapkan langkah-langkah baru untuk mengurangi angka permasalahan pertumbuhan dan pembangunan. Efek pada IQ.

“Kita mendapat restu dari Banyuwangi Respons Stunting yang mempunyai dua orang guru dan tiga orang pendukung,” kata Amir.

Ide pertama, kata Amir, tugas penurunan stunting melibatkan kolaborasi lintas sektoral, bukan hanya layanan kesehatan. Selain pihak swasta, Dinas Kesehatan Banyuwangi juga mengundang perguruan tinggi.

Dari dua alasan di atas, posko-posko tersebut dikurangi menjadi tiga posko untuk mengatasi keterlambatan.

1. Identifikasi anak tunagrahita berdasarkan nama, permasalahan dan alamat.

“Kalau kita tidak tahu siapa anak itu, di mana dia tinggal, apa masalahnya, kita tidak tahu bagaimana cara masuknya, sehingga kita perlu mendapatkan informasi tentang anak terlantar,” kata Amir di Gizi Program Penelitian 2024. Bersama Danone.

2. Mengatasi masalah apa pun yang menghambat pertumbuhan

Menurut Amir, ada berbagai masalah latensi. Dia mencontohkan kasus diare pada anak di salah satu kabupaten di Kabupaten Banyuwangi beberapa waktu lalu.

“Kita tahu, saat anak hamil, berat badannya cenderung lebih mudah turun,” kata Amir.

Setelah diketahui sumbernya, ternyata sumber penyakit di daerah tersebut disebabkan oleh pencemaran sumber air tawar.

“Saat itu kami meminta PUDAM (perumda air minum) Banyuwangi untuk mengirimkan air bersih ke daerah itu,” ujarnya.

3. Pengukuran pertumbuhan janin sampai dengan 2 tahun

Dinas Kesehatan Banyuwangi mendorong masyarakat untuk turut aktif melakukan penimbangan, khususnya anak di bawah dua tahun.

“Salah satu yang paling rentan adalah bayi berusia 0 hingga 2 tahun, karena pada masa tersebut organ penting otak sedang berkembang sehingga perlu diawasi secara rutin,” ujarnya.

 

Amir mengatakan, dalam dua tahun terakhir terjadi peningkatan tajam jumlah ibu hamil dan anak yang kurus, kurus, dan kelebihan berat badan.

Saat ini, terdapat sekitar 2.000 bayi stunting, stunting dan kekurangan berat badan, serta 1.000 ibu hamil dan keluarganya yang tidak mampu membayar PMT sebesar $15.000 per hari, kata Amir.

Oleh karena itu, kami memberikan kompensasi yang adil sebesar Rp 15.000 per hari untuk bekerja melalui makanan seperti daging, telur, ikan, dan ayam. Protein ini sangat penting untuk tumbuh kembang, terutama otak dan organ vital, lanjut Amir.

Amir mengapresiasi kenaikan anggaran PMT pemerintah dari Rp7 miliar pada 2023 menjadi Rp10 miliar pada tahun ini.

 

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi bertujuan memberikan PMT kepada anak-anak yang mengalami masalah gizi dan ibu hamil dengan menggunakan bahan pangan lokal. Amir mengatakan, sumber pangan lokal di Banyuwangi beragam, terutama protein hewani. Amir juga mengatakan, Banyuwangi kaya akan protein ikan karena garis pantainya sepanjang 176 km. Salah satunya adalah ikan lemur.

“Ikan kukang di banyuwangi banyak, jadi proteinnya lain. Jadi kita buat jadwal, tapi bukan ikan kukang, setiap hari lauknya ganti telur, daging, dan lain-lain,” kata Amir.

Nilai protein hewani ditopang oleh sistem pertanian yang beragam di banyuwangi. Ada banyak buah-buahan dan sayur-sayuran, termasuk sawah.

 

Banyuwangi sangat memahami bahwa bukan sekedar makanan dan makanan enak untuk anak-anak. Penyajian yang menarik dan membuat anak mau makan itu penting.

“Makanan yang ingin diberikan kepada anak itu makanan enak, tapi kalau tidak cantik anak tidak mau memakannya,” kata Amir.

Oleh karena itu, Banyuwangi bermitra dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), di mana para chef hotel mengajari ahli gizi dan profesional kesehatan cara memasak makanan yang menarik dan lezat untuk anak.

“Para koki di hotel mengajari anak-anak cara memasak makanan yang enak dan menarik,” ujarnya.

 

Profesor Ahmad Sulaeman, Guru Besar Ketahanan Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, memuji Banyuwangi yang mampu mengatasi kemunduran tersebut.

Menurutnya, Banyuwangi bisa memanfaatkan sumber daya alam sebagai pangan masyarakat.

“Saya tidak heran kalau Banyuwangi bisa menekan penundaan semaksimal mungkin karena pasokan pangan lokalnya luar biasa,” ujarnya.

Ditegaskannya, melimpahnya ikan di Banyuwangi merupakan sumber protein yang baik. Selain itu, ikan juga mengandung asam lemak yang penting untuk tumbuh kembang anak.

Dan di sana dia melihat buah-buahan yang berbeda. Buah dan sayur mengandung vitamin dan mineral yang membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh.

 

 

Danone Indonesia berupaya memberikan kesehatan kepada banyak orang melalui makanan dan minuman. Salah satunya adalah mengedukasi masyarakat Indonesia tentang nilai dan potensi pangan lokal melalui proyek Jelaja Gizi.

Direktur Komunikasi Korporat Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan, “Kami berharap proyek ini dapat mengedukasi masyarakat bahwa anak-anak dan keluarga dapat diberikan makanan setiap hari melalui makanan lokal yang cocok dan mudah ditemukan di masyarakat.” 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *