Saham

WEB NEWS Austindo Harap Produksi TBS Kembali Membaik pada Semester II 2024

thedesignweb.co.id, Jakarta – PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) melaporkan penurunan produksi sebesar 9,1 persen pada paruh pertama tahun 2024.

Berdasarkan data yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu 28 Agustus 2024, Austindo Nusantara Jaya memproduksi 370.650 metrik ton (TBS) dari kebun primer pada semester I 2024. Produksi dasar ini lebih rendah 9,1 persen dibandingkan produksi. pada periode yang sama tahun lalu sebesar 407,560 juta ton.

Akibat penurunan produksi ini, hasil TBS per hektar menurun dari 9,2 juta ton per hektar menjadi 8,6 juta ton per hektar.

Terkait penurunan tersebut, Mohammad Fitriansyah, CEO ANJ Group, mengatakan produksi pada semester I 2024 mengalami penurunan, namun ia berharap siklus produksi TBS pada semester II dapat kembali meningkat.

“Namun Saat ini terdapat sejumlah tantangan terkait iklim. yang masih musim kemarau panjang Padahal produksinya semakin meningkat Namun peningkatan volumenya masih belum sesuai harapan,” kata Fitriansyah dalam Belitung Press Tour 2024, Kontribusi Sawit terhadap APBN dan Perekonomian, Selasa, 27 Agustus 2024.

Fitriansyah menambahkan, penyebab turunnya produksi lainnya adalah berkurangnya pasokan buah-buahan dari luar karena adanya pabrik kelapa sawit yang tidak memiliki perkebunan. Namun dari segi harga, Fitriansyah mengatakan ANJ Group masih stabil.

“Kami akan mencoba bicara soal keuntungan. Tapi kami akan tetap tekun dan optimis,” tutup Fitriansyah.

Sebelumnya, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mengumumkan hasil operasional dan keuangan tahun buku 2023.

Berdasarkan laporan tersebut, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk meraih kinerja positif dengan meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 4,8% menjadi 881.051 ton dibandingkan tahun lalu sebesar 840.581 ton.

Peningkatan produksi TBS ini terutama disebabkan oleh luas tanam di Pulau Belitung sebesar 254.579 ton yang didorong oleh tingginya produktivitas kelapa sawit muda hasil replanting.

Sementara itu Perkebunan muda di barat daya Papua menghasilkan total 120.445 ton TBS, meningkat 7,2% dibandingkan produksi TBS tahun lalu. Peningkatan produksi ini sejalan dengan tren peningkatan produksi dari tanaman muda yang baru berumur. Hal ini termasuk meningkatkan akses terhadap jalan dan infrastruktur.

Peningkatan produksi TBS menghasilkan peningkatan produksi minyak sawit mentah (CPO) sebesar 2,9% menjadi 283.659 ton. ANJ juga mengalami peningkatan produksi minyak inti sawit (PKO) sebesar 38,7% menjadi 1.459 ton pada tahun 2023, yang didorong oleh pabrik pengolahan kami di Papua Barat Daya.

Sementara itu Produksi inti sawit (PK) akan turun menjadi 52.432 ton pada tahun 2023. Hal ini disebabkan oleh susunan genetik dari kelapa sawit yang baru ditanam yang menghasilkan inti sawit atau PK yang lebih kecil.

CFO Austindo Nusantara Jaya Nopri Pitoy mengatakan, selain pertumbuhan positif produksi TBS dan CPO, ANJ mencatatkan peningkatan volume penjualan CPO sebesar 4,9% menjadi 288.941 ton, dibandingkan capaian penjualan tahun lalu sebesar 275.320 ton.

Austindo Nusantara Jaya juga menjual 1.049 juta ton PKO, naik 13,1% dibandingkan tahun lalu. Namun, volume penjualan PC menurun sebesar 4,4%, seiring dengan penurunan produksi PC.  Pada tahun 2023, ANJ mencatat total pendapatan sebesar $236,5 juta. dibandingkan tahun lalu  

 

 

“Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata (HJR) CPO, PK, dan PKO, serta penurunan volume penjualan PK, namun dalam keterangan resmi, dikutip Senin (3/4/2024).

Selain itu, HJR PK turun 36,0% menjadi US$358/ton dan HJR PKO turun 33,1% menjadi US$734/ton pada tahun 2023.

Dalam pemaparannya, Nopri menyebutkan laba bersih ANJ akan turun menjadi $1,9 juta pada tahun 2023, turun $21,2 juta dari tahun sebelumnya.

Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan HJR seiring dengan peningkatan beban penyusutan dan bunga pada tahun 2023.

“Selain itu, biaya operasional perkebunan yang baru menghasilkan di barat daya Papua Termasuk penanaman kembali lahan di lahan pertanian di Sumut 1 dan Pulau Belitung. juga meningkat,” tutupnya.

 

 

Sebelumnya diberitakan, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), emiten pangan yang bergerak di bidang agribisnis, Melalui anak usahanya, PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT), berkomitmen mengembangkan industri emame di Indonesia dan memperluas pasar ekspor.

Seperti diketahui, GMIT kembali menorehkan kesuksesan ekspor edamame pada kuartal II-2023 setelah mengekspor Edashi dan mukimami (edamame kupas) ke India pada Mei dan Juli 2023. Edashi merupakan merek edamame Jepang produksi PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT), anak perusahaan ANJ yang berpusat di Jember, Provinsi Jawa Timur.

Volume penjualan edamame beku merek Edashi selama 7 bulan tahun 2023 meningkat 7 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun 2022.

Teguh Imam Wahyudi, Chairman Gading Mas Indonesia, mengatakan dengan pencapaian ini, Austindo Nusantara Jaya membuktikan komitmen perusahaan dalam memproduksi pangan berkualitas tinggi yang tidak hanya memenuhi standar internasional. namun juga memberdayakan petani lokal melalui kemitraan berkelanjutan.

“Kami bangga bisa mengekspor emame ke India sekali lagi. Langkah penting ini bukanlah yang pertama bagi GMIT. Pada bulan Maret 2021, kami mulai mengekspor belimbing beku ke Jepang. Hal ini membuktikan kualitas produk kami mampu memenuhi standar ketat pasar internasional,” kata Imam dalam keterangan resmi, Senin (04/09/2023).

Menurutnya, India merupakan pasar potensial bagi produk edamame Indonesia. Ada peningkatan permintaan akan produk makanan sehat dari konsumen India. Oleh karena itu, ia meyakini produk edamame Indonesia mempunyai potensi besar untuk menembus pasar global.

“Kami berharap keberhasilan ini menjadi awal langkah selanjutnya dalam meningkatkan ekspor edamame berkualitas tinggi. serta menciptakan manfaat positif bagi perekonomian nasional,” ujarnya.

 

Kedepannya, perusahaan akan memasuki pasar di negara-negara Eropa dan kawasan Timur Tengah. Selain itu, pasar Asia masih menjadi target utama. Selain Jepang Tentu saja perusahaan juga akan melakukan ekspansi ke Singapura dan Malaysia.

Dengan lokasi pabrik seluas 1,7 hektar dengan fasilitas modern, GMIT memproduksi edamame berkualitas tinggi dan memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan sebesar 8.000 ton produk sayuran beku dengan kemampuan pembekuan cepat individual 3 ton per jam

Dalam kegiatan operasionalnya, GMIT menggunakan model kolaboratif dengan memberikan pelatihan pertanian dan pendampingan lapangan kepada petani lokal di Jember, Jawa Timur, untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil dan kualitas edamame.

Kami informasikan bahwa produk edamame yang diproduksi oleh GMIT telah melalui proses kendali mutu yang sangat ketat. Sesuai dengan standar internasional dan nasional, GMIT memiliki banyak sertifikasi bergengsi seperti BRC, ISO 22000, Kosher, FDA, BPOM dan MUI Halal, yang mencerminkan sertifikasi keamanan dan kualitas produk yang dihasilkan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *