Lifestyle

Bahasa Bunga Didiet Maulana dalam Puspa Senandika

thedesignweb.co.id, Jakarta – IKAT merayakan 12 tahun emasnya dengan jalan-jalan ke Indonesia membawakan “Puspa Senandika” atau “Say It With Flowers” karya Didiet Maulana. Judul koleksi ini berarti monolog dengan medium bunga.

Kenapa bunga, karena bunga itu bagian yang tidak terpisahkan dari hidupku, kata Didit saat jumpa pers jelang pertunjukan tahunannya yang digelar Jumat, 15 November 2024 di Jakarta Selatan. “Di studioku banyak sekali bunganya. Di rumahku selalu ada bunga, entah melati atau umbi-umbian.”

“Waktu saya kecil selalu ada bunga melati di samping rumah. Jadi sebenarnya malam ini penuh kenangan, termasuk kenangan saya dan nenek yang selalu membawa bunga kemanapun dia pergi,” imbuhnya. Sang desainer juga mengatakan bahwa setiap kali dia melihat bunga, hatinya selalu “sejuk dan bahagia”.

Ia melanjutkan: “(Koleksi yang dihadirkan) malam ini terinspirasi dari bunga Indonesia. Terdapat ylang-ylang, sempaka, anggrek, mawar, dan melati.” Elemen bunga dapat ditemukan dalam aplikasi seperti bordir, payet, dan motif detail yang hadir dalam berbagai bahan termasuk organza, sutra, beludru, dan brokat.

DDiet juga memperkenalkan unsur bunga melalui literatur yang ia kurasi. “Ada beberapa tekstil dari pelatihan PT Kupuk yang sebenarnya mereka pelatihan untuk UMKM, yaitu Gedog Batik,” jelas Didit.

“Kemudian ada kain dari Jawa Tengah yang sebagian besar adalah Batik Sogan. Kebetulan perajinnya sedang membuat kain untuk mendiang nenek saya,” imbuhnya. “Ada juga batik karya perajin Lasem yang sudah sekitar tujuh tahun saya datangi.

Selain itu ada beberapa lagu dari Batik Cirebon serta Jambi, Palembang dan Padang. Penyajian koleksinya terdiri dari tiga rangkaian yang dimulai dari tampilan tradisional yang tidak hanya tercermin pada pakaiannya.

Make-up juga fantasi,” kata DeDyte. “Make-up terlihat seperti kita sering berjemur atau beraktivitas di luar ruangan. Jadi dia terinspirasi dari perempuan dan laki-laki tahun 1920-an, kalau saya lihat mereka banyak melakukan aktivitas di luar ruangan.

Visualnya menampilkan banyak rambut model yang ditata dalam tampilan basah. “Kemudian pada sekuen kedua kami ingin menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki mengadaptasi tampilan sebelumnya. Begitu banyak kabaya yang dipadukan dengan celana berpotongan lebar,” kata sang desainer.

Hingga akhirnya pertunjukan ditutup dengan “tampilan suci”. “Kami menghadirkan outfit yang selalu menjadi ciri khas Swarna, yaitu kabaya,” kata Didiet seraya menambahkan 95 penampilannya di runway.

Koleksinya menampilkan warna-warna tanah yang hangat serta beberapa palet pastel sebagai penghormatan terhadap eksplorasi budaya emas. Didit menjelaskan, koleksinya menampilkan siluet Kartini kabaya, kutu kabaya baru, tempat garmen dan kamar kerja untuk wanita, serta kemeja berkerah tinggi dan outerwear semi mulia untuk pria.

Siluet modern juga dipadukan melalui potongan gaun, outerwear, dan rompi dengan kulot dan rok yang tetap mempertahankan unsur fesyen khas Indonesia. Perpaduan detail yang dihadirkan mencerminkan ekspresi kebebasan dalam aset budaya.

Tak berhenti sampai disitu saja, koleksi busana pengantin istimewa juga dihadirkan dalam peragaan busana kali ini. Didit mengatakan, peragaan Puspa Senandika bukan sekadar peragaan busana, melainkan pemaparan cerita. “Jadi, setiap rangkaian diawali dengan Andes membacakan sebuah cerita,” ujarnya.

Mengkoordinasikan keseluruhan tampilan dengan bunga sebagai DNA inti, Didit mengatakan dia terlibat dalam pemilihan musik latar. Bahkan jubahnya pun ada bunganya, tambahnya.

Menghasilkan hampir 100 views dalam waktu hampir tiga bulan jelas bukan tugas yang mudah. Diet menemukan bahwa koordinasi adalah tantangan tersulit dalam proses kreatif.

Ia berbagi: “Kalau ide, kita punya banyak, tapi secara teknis harus dipilah. Bagaimana mengatur antara apa yang kita inginkan dalam sketsa lalu menjadikannya indah dalam kenyataan. Apa yang perlu ditambahkan, apa yang perlu dilakukan untuk memperkuat tampilan.”

 

Menurutnya fase yang paling menantang adalah ketika cerita sedang dikonstruksi. “Bagaimana koleksi ini bisa menyampaikan sesuatu yang ingin kami wakili. Salah satunya tentang bunga yang kelopaknya seperti kehidupan manusia. Jadi setiap kelopaknya terbuka, melihat kami tumbuh hari demi hari dalam prosesnya.”

Menambah unsur kejutan dalam penyajiannya, Swarna menghadirkan penampilan istimewa anak-anak dengan kostum bunga-bunga diiringi sastra lokal. “Kami berharap gaya fashion show yang berbeda ini bisa diterima,” Asha Ddit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *