Bangun 3 Juta Rumah, Perumnas Butuh Suntikan PMN
thedesignweb.co.id, Jakarta Perum Perumnas menyatakan siap mengikuti proyek pembangunan 3 juta rumah per tahun, namun perusahaan pelat merah itu membutuhkan dana berupa penyertaan modal masyarakat (PMN) untuk mendukungnya Presiden Proyek Prabowo Subianto
Direktur Utama Perumanas Budi Sadeva Sudero mengatakan pihaknya tidak akan menerima suntikan PMN pada 2024, bahkan mendapat alokasi Rp 1 triliun pada 2025 atas persetujuan DPR. Namun jumlah tersebut digunakan. Sebagai modal kerja untuk menyelesaikan pembangunan unit yang ada.
“Kalau untuk Perumanas belum ada PMN, agak sulit. Tahun ini tidak ada PMN. Mudah-mudahan tahun depan (bisa)”, Rabu (27/11/2024), saat ditemui di Stasiun Mangarai, Jakarta .
Dalam membangun perumahan lahan bersubsidi, Budi mengatakan tantangannya ada pada pemerintah. Hal ini terutama terjadi pada subsidi KPR melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Namun, untuk pembangunan perumahan vertikal, Perumanas harus menanggung biayanya sebelum penyerahannya.
“Tantangan bagi pengembang untuk proyek bertingkat adalah arus kas. Karena memerlukan modal yang besar. Kami sebagai pengembang akan menerima uang untuk rumah bertingkat bersubsidi setelah proyek selesai. Artinya selesai,” dia menjelaskan.
Jadi tidak ada pemasukan selama perjalanan pembangunan. Susah kalau pakai modal banyak, kata Budi.
Meski demikian, Perumnus siap menerima usulan bantuan pembangunan 3 juta rumah per tahun karena perseroan memiliki banyak pilihan lahan.
Lahannya relatif luas, kalau di Bekla kita kerja sama dengan PTPN. Lahannya PTPN, tapi lahannya kita korporasi dengan PTPN. Sekarang yang ada di Bekla sudah kita garap 241 hektare dari 800 hektare yang ada di Bekla, jelasnya.
Kemudian di Palembang, Tlang Keramat (Kabupaten Banivasin) ada sekitar 100 hektare yang siap dibangun. Bontwa (Kabupaten Marus) di Makassar sekitar 90 hektare, kata Bodi.
Sebelumnya, Menteri Perumahan dan Permukiman (PKP) Marar Serit atau akrab disapa Ara mengusulkan pembelian kereta ekspres untuk meningkatkan kenyamanan dan efisiensi perjalanan masyarakat.
Usulan itu disampaikan Ara saat mengunjungi Menteri BUMN Erik Thohar meninjau proyek apartemen yang dikelola Perumanas. Kedua menteri menggunakan KRL untuk merasakan transportasi umum sehari-hari.
Menurut Ara, keberadaan kereta ekspres akan memudahkan masyarakat dengan jalur perjalanan jarak jauh menuju tujuan tertentu, seperti Stasiun Maja hingga Stasiun Tanah Abang.
Dia menjelaskan, saat ini para komuter yang tinggal di luar Jakarta menghadapi perjalanan jarak jauh yang memerlukan 10 hingga 12 pemberhentian sebelum mencapai tujuan.
“Penumpang kereta api banyak yang rumahnya kecil. Mereka naik kereta sekitar 12 sampai 10 stasiun di luar Jakarta sampai di Jakarta, padahal penumpangnya ribuan. Saya usulkan dibangun kereta ekspres, kata Ara Jakarta, Rabu (27). /11).
Ditambahkannya, jika ada kereta ekspres ini maka waktu pemberangkatan bisa diatur seperti pukul 06.00 WIB dan pukul 18.00 – 19.00 WIB sehingga perjalanan menjadi lebih efisien karena tidak diperlukan kereta api. Perlu berhenti di banyak stasiun.
Misalnya dari Maja hingga Tanah Abang. Ada kereta ekspres setiap pagi jam 06.00, WIB jam 06.00 atau 07.00 sore, jadi keretanya harus diefisiensikan dulu karena tidak perlu berhenti dan make up. . Konsumen lebih bahagia karena lebih cepat tiba di kantor dan lebih cepat pulang untuk bertemu keluarga,” jelas Ara.
Menanggapi hal tersebut, Menteri BUMN Eric Thohar menyambut baik usulan tersebut. Ia menilai gagasan tersebut sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan angkutan umum, namun Eric menekankan pentingnya memastikan ketersediaan gerbong yang cukup sebelum membeli KA ekspres.
“Kami akan lihat apakah kendaraannya cukup. Kami akan memasukkan proyek-proyek lain. Sekarang dan di masa depan, di bawah pemerintahan Prabowo, proyeknya mungkin kurang dari itu,” kata Eric.
Ia juga mengatakan, kereta ekspres tersebut akan menggunakan pengadaan jenis baru untuk memenuhi permintaan di masa depan.
“Pembelian baru dan yang akan datang jika jumlah kendaraan tidak mencukupi akan menjadi tidak tepat,” pungkas Erick.
Reporter: Sitti Ayuratchama
Sumber: Merdeka.com