Bank Sentral Rusia Akui Pakai Kripto Buat Hindari Sanksi Barat
thedesignweb.co.id, Jakarta – Bank sentral Rusia menyatakan harus menggunakan kripto dan aset digital lainnya untuk memfasilitasi pembayaran dengan mitra asing guna memenuhi sanksi Barat yang dijatuhkan atas konflik Ukraina.
Peningkatan perdagangan antara Rusia dan Tiongkok, India, Uni Emirat Arab, Turki, dan negara-negara lain yang belum menerapkan sanksi mengalami kemunduran besar dalam beberapa pekan terakhir.
Sanksi Barat baru-baru ini ditujukan kepada lembaga-lembaga keuangan besar Rusia, termasuk Bursa Efek Moskow dan transisi domestik Rusia ke sistem SWIFT global.
Gubernur bank sentral Rusia Elvira Nabiullina mengakui krisis finansial menjadi salah satu tantangan utama perekonomian Rusia. Menurut Nabiullina, mitra bisnis Rusia di berbagai negara berada dalam tekanan.
“Teknologi keuangan baru memberikan peluang bagi program-program yang sebelumnya tidak ada. Inilah sebabnya kami melunakkan posisi kami terhadap penggunaan cryptocurrency dalam uang internasional, sehingga penggunaan aset digital dalam pembayaran tersebut,” kata Nabiullina seperti dikutip Yahoo Finance. Jumat (5/7/2024).
Nabiullina juga mengatakan, sistem pembayaran global baru yang tidak menyertakan organisasi Barat secara bertahap akan muncul di banyak negara yang menggunakan satu sistem internasional dan tidak ada cara lain.
Menurut Nabiullina, Rusia dan negara-negara lain yang tergabung dalam kelompok BRICS termasuk di antara negara-negara yang membahas sistem pembayaran BRICS Bridge, yang akan dirancang untuk menghubungkan sistem keuangan negara-negara tersebut.
Penafian: Semua keputusan investasi ada di tangan pembaca. Teliti dan analisis sebelum membeli dan menjual Crypto. thedesignweb.co.id tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Sebelumnya, Operator Jaringan Listrik Rusia menyatakan bahwa permintaan listrik spesifik untuk penambang kripto di negara tersebut akan meningkat menjadi 6.9 gigawatt (GW). Jumlah ini sangat besar jika dibandingkan dengan yang digunakan saat ini.
Kantor berita TASS menulis bahwa Direktur Jenderal Pasar Energi dan Hubungan Eksternal di Operator Sistem Tenaga Rusia Andrey Katayev mengatakan bahwa pusat data yang dikendalikan oleh perusahaan penambangan kripto Rusia tersebut menggunakan daya sebesar 2,7 GW.
“6,9 GW lainnya akan segera beroperasi.” ujarnya Dikutip dari cryptonews.com, Senin (1/7/2024).
Jumlah tersebut, tambah Katayev, pusat data berkapasitas 2,5 GW tersebut sudah memiliki kebutuhan khusus untuk terkoneksi dengan jaringan listrik Sistem Tenaga Rusia.
Pejabat itu berbicara pada pertemuan Komisi Tenaga Listrik Persatuan Industrialis dan Pengusaha Rusia.
Meskipun para penambang akan menyambut baik berita tersebut, gagasan bahwa kapasitas jenis ini akan tersedia secara online mungkin membuat marah banyak orang di Moskow.
Kataev mengatakan, rencana ketenagalistrikan terbaru yang disetujui Kementerian ESDM tahun 2024-2029 menyebutkan total kapasitas akan meningkat rata-rata 2% yakni 3,4 GW dalam setahun.
Dengan berkembangnya bisnis di Rusia dapat menimbulkan masalah ketenagalistrikan. Produksi industri meningkat 3,5% tahun lalu di Rusia.
Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun ini. Ia mengatakan beberapa wilayah di Rusia, seperti Siberia di tenggara, masih mengalami kekurangan energi.
Namun, ia juga menyatakan bahwa secara umum para penambang cukup mobile dan dapat berpindah dari daerah yang terdapat konsumsi listrik jika diperlukan.