Banyak Kasus Keuangan Terjadi Akibat Literasi Keuangan Minim, IFG Life Lakukan Ini
Liputan6.com, Jakarta Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Survei Literasi dan Inklusi Keuangan Nasional (SNLIK) Badan Pusat Statistik (BPS), indeks literasi keuangan penduduk Indonesia akan mencapai 65,43% pada tahun 2024.
Sedangkan indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen. Indeks ini menunjukkan bahwa meskipun literasi dan inklusi keuangan sangat baik, namun Indonesia masih menghadapi kesenjangan, artinya tingkat inklusi lebih baik dibandingkan literasi atau pemahaman yang memadai.
Menurut Gatot Haridi, Sekretaris Perusahaan IFG Life, Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan terus membaik, salah satunya didukung oleh kolaborasi dan komitmen bersama antara pelaku industri di sektor jasa keuangan, regulator, dan dunia pendidikan. Sebagai komunitas dalam masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) bersama pemangku kepentingan di bidang keuangan dan asuransi menggalakkan Festival Literasi Keuangan di Bekulu. Hal ini merupakan bentuk dukungan terhadap komitmen nasional untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan. Saat ini, IFG hidup
“Literasi dan inklusi keuangan secara nasional terus meningkat, namun kami melihat inklusi keuangan selalu lebih tinggi dibandingkan literasi, artinya masyarakat memiliki produk keuangan, namun literasi masih perlu lebih didorong agar masyarakat lebih memahami produk dan layanan keuangan yang mereka miliki. “Terus berperan aktif, termasuk membuka kolaborasi untuk mendorong dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan,” kata Gatot.
Benkulu sendiri menyebutkan data SNLIK tingkat literasi keuangan masih di bawah rata-rata nasional sebesar 30,39%. Di Bengkulu, seperti halnya di banyak daerah lain di Indonesia, permasalahan keuangan seperti investasi dan pinjaman ilegal juga banyak terjadi.
Oleh karena itu, Gatot menilai sangat penting diadakannya festival edukasi keuangan di Bekulu saat ini. Selain itu, masih banyak hal lain yang memerlukan perhatian para pelaku industri dan pemangku kepentingan di bidang jasa keuangan untuk meningkatkan literasi di Indonesia.
Banyak masalah keuangan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keuangan, katanya. Hal ini mencakup, misalnya, kurangnya kebijaksanaan dalam pengelolaan keuangan sehingga seseorang tidak mudah tergiur atau mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan keuangan tanpa mempertimbangkan tawaran secara cermat.
“Inilah mengapa sangat penting bagi IFG Life serta para pelaku industri dan pemangku kepentingan lainnya untuk bekerja sama meningkatkan pemahaman masyarakat kita terhadap keuangan,” ujarnya.
Gatot mengatakan berbagai upaya yang dilakukan IFG Life bekerja sama dengan BUMN dan pemangku kepentingan lainnya di sektor jasa dan keuangan, baik secara individu maupun kolektif, akan memotivasi literasi keuangan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik.
“(Kegiatan menulis) ini harus menjadi hal yang berkelanjutan dan berkesinambungan agar basis literasi keuangan masyarakat selalu diperkuat dan memiliki informasi yang cukup untuk mengambil keputusan keuangan yang buruk,” tutupnya.