Begini Cara Astronom Menghitung Umur Bintang
thedesignweb.co.id, Jakarta – Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya dan panas akibat reaksi fusi nuklir yang terjadi di intinya. Benda langit ini seperti bola gas raksasa bercahaya yang disatukan oleh gravitasinya sendiri dan tersusun dari hidrogen dan helium.
Semua bintang di alam semesta lahir pada waktu yang berbeda dan bintang tertua kira-kira seusia dengan alam semesta. Lantas, bagaimana cara para astronom menghitung usia bintang?
Dikutip dari Laman Berita Sains untuk Pelajar, Kamis (29/8/2024), para astronom menggunakan beberapa cara dan metode untuk menghitung umur bintang sebagai berikut.
1. Gyrokronologi
Para astronom telah mengembangkan metode baru, yaitu gyrochronology. Gyrochronology ditemukan oleh astronom Andrew Schumanich pada tahun 1972.
Teknik ini paling baik digunakan untuk menghitung usia bintang yang lebih muda dari Matahari. Teknik ini mampu menghitung umur suatu bintang dari kecepatan rotasinya.
Kecepatan sebuah bintang terus berubah seiring bertambahnya usia. Selain kecepatan rotasi, teknik gyrochronology menggunakan warna bintang sebagai bagian dari umur bintang.
Teknik ini mampu menghitung umur bintang dengan kesalahan estimasi sebesar 15 persen.
2. Seismologi Bintang
Data yang diperoleh dari teknik kecepatan rotasi bukanlah data yang paling akurat untuk mengetahui usia suatu bintang. Oleh karena itu, teleskop luar angkasa Kepler digunakan.
Kepler terbiasa mengamati bintang dalam waktu yang sangat lama. Metode ini dapat menentukan umur suatu bintang dengan mengetahui perubahan deskripsinya.
Data ini merupakan petunjuk mengenai apa yang terjadi di bawah permukaan bintang dan dapat digunakan untuk memperkirakan usia bintang. Tidak hanya teleskop Kepler, teleskop lain seperti TESS milik NASA dan CHEEOPS milik Badan Antariksa Eropa juga digunakan untuk mengamati bintang.
Oleh karena itu, kita dapat menghitung usia sebagian besar bintang dan juga mempelajari evolusi galaksi dan pembentukan planet.
3. Diagram Hertzsprung-Russell
Diagram Hertzsprung-Russell adalah cara mudah untuk menentukan umur bintang. Diagram H-R ditemukan oleh dua astronom, Eznar Hertzsprung dan Henry Norris Russell pada awal abad ke-20.
Para astronom menentukan usia bintang dengan mengamati spektrum, kecerahan, dan geraknya. Informasi ini kemudian dibandingkan dengan bintang lain untuk mengetahui berbagai karakteristik bintang tersebut.
Termasuk umur bintang dan berapa lama bintang tersebut hidup. Cara ini disebut-sebut memiliki tingkat kesalahan hanya 10 hingga 20 persen.
Cara ini mudah dilakukan karena hampir semua bintang menghabiskan sekitar 90 persen hidupnya pada fase primer. Fase pertama adalah saat bintang terus-menerus mengeluarkan energi dan radiasi, yang merupakan hasil pembakaran nuklir pada inti bintang.
Fase pertama ini memberikan banyak informasi, seperti bintang biru menjadi bintang terpanas. Bintang masih memiliki banyak bahan bakar di dalam bintangnya.
Semakin terang, semakin kecil bintangnya. Hal ini terkait dengan teori yang diusung para ilmuwan bahwa jika bahan bakar di pusat bintang mati, maka bintang tersebut menjadi tidak stabil.
(Tiffany)