Beli Oleh-Oleh dan Jajan Kuliner Lokal Sekitar Hotel Kini Bisa Langsung Diantar ke Depan Kamar
thedesignweb.co.id, Jakarta – Mencicipi masakan lokal dan membeli oleh-oleh menjadi dua rencana utama sebagian wisatawan, dan untuk mendukung kebiasaan tersebut, kini hadir Aplikasi Jajanan Lokal (JJL) yang akan tersedia pada Senin, 23 Desember 2024. by Platform ini merupakan hasil kerja sama Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf), Olsera, dan Artotel Group.
Dijelaskan, aplikasi ekonomi kreatif (ekraf) JJL dikembangkan untuk memudahkan pengiriman produk dari pelaku usaha hingga tamu hotel, dimulai dari jaringan Artotel Group. Oleh karena itu, wisatawan dapat memesan makanan dan berbagai oleh-oleh, termasuk produk kerajinan tangan dan fashion, untuk kemudian diantar langsung ke kamar hotelnya.
Deputi Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif Kementerian Ekonomi Kreatif Sisep Rokindi mengatakan saat jumpa pers di Kawasan Tamrin, Jakarta Pusat, Jumat, 20 Desember 2024, pemesanan sudah bisa dilakukan untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. (UMKM) 15 km dari Shrek Hotel.
Pemesanan aplikasi JJL sedang dibahas mulai Juli 2024. Co-founder dan CEO Olsera, Novendy Chen, dalam kesempatan yang sama mengatakan: “Sejak awal, kami berencana untuk menyertakan setidaknya 10 mitra UMKM tetangga (dalam aplikasi JJL.).”
“Saat ini sudah banyak mitra yang bergabung dalam platform ini,” lanjutnya. “Jadi seiring berjalannya waktu, kami merencanakan target sekitar 30 hingga 50 per (a) lokasi hotel.” Tetangga (hotel) yang berdekatan justru akan diajak untuk berkumpul agar lebih sejahtera.
Dalam sambutannya, Nuwandi menyampaikan: “Kami meyakini sesuai dengan adat istiadat setempat di Indonesia bahwa setiap bisnis yang berkembang secara berkelanjutan akan saling menguntungkan, bukan saling bersaing, namun saling melengkapi.”
“Jadi bukan hanya untuk kita saja, tapi kita membawa manfaat bagi masyarakat sekitar,” imbuhnya. “Dengan hadirnya JGL, para pelaku industri perhotelan dapat memberikan pengalaman menginap yang lebih unik dan berkesan bagi para tamunya. Ini juga merupakan peluang baru bagi hotel untuk menghasilkan sumber pendapatan tambahan.”
Kendati demikian, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Waman Akraf), Irene Omar menegaskan, proses tersebut tidak hanya soal tambahan margin pendapatan bagi hotel. “Kalau (biaya pengolahan) bisa ditekan, yang penting dari keseluruhan, dari tetangga, semua bisa hidup dan bersama-sama kita bisa maju,” ujarnya.
Chief Operating Officer Artotel Group, Edward Rudolph Pangcrigo mengatakan jaringan hotel mereka yang berjumlah sekitar 100 properti, mulai dari Banda Ashiya hingga Jayapura, pasti dapat membantu pengembangan aplikasi JJS. “Pada minggu pertama, latihannya akan difokuskan terlebih dahulu di hotel-hotel kita di Jakarta, Bandung, dan Bali,” ujarnya.
Edward mengatakan: “Program ini (aplikasi JGL) dibahas dengan sangat cepat hingga tahap implementasi. Ini contoh bahwa birokrasi tidak memakan banyak waktu.”
Dia mengakui bahwa di awal perjalanan aplikasi JJL masih ada risiko bug, namun dia akan “memperbaikinya” dengan cepat. “Lebih baik kita menilai diri sendiri sebagai non-walker daripada berjalan dan berakhir hanya ngobrol,” ujarnya.
Cecep mengatakan, aplikasi JJL terutama membantu tidak hanya dalam pemasaran tetapi juga membuka akses pasar bagi para pelaku kreatif dan kreatif. “Akses pembiayaan juga terbuka bagi mereka,” ujarnya. “Karena nanti kalau ordernya bertambah, modalnya akan berkurang karena dia sudah dipercaya, dia sudah menjadi mitra, dia bisa mengakses modal bahkan dengan berpartisipasi di platform ini.”
Mitra UKM didasarkan pada beberapa kriteria. Salah satunya, Nwandi mengatakan, pihaknya telah memilih pelaku ekonomi kreatif yang sudah lama menjadi mitra platformnya agar kualitas produk merek lokal bisa diperhitungkan.
Melanjutkan hal tersebut, Edwards mengatakan, pembuatan aplikasi JJL oleh mitra UMKM juga didasarkan pada feedback dari tamu hotelnya. “Kami mendengarkan masukan dari para tamu, apa yang mereka inginkan. Kami sekarang memiliki data (produk) yang banyak diminati (di setiap lokasi hotel).
“Makanannya harus enak dan higienis, serta harganya harus masuk akal,” katanya. Wamen Besi melanjutkan, dalam aplikasi penyiapan makanan yang dilakukan oleh UMKM juga memperhatikan keamanan pangan.
Untuk memesan, tamu hotel dipersilakan untuk memindai kode QR di kamar, memilih makanan atau souvenir yang diinginkan, membayar dan menunggu produk diantar langsung ke kamar. Dikatakan bahwa aplikasi ini akan terus diperbarui berdasarkan masukan dari para pelaku dan pengguna ekonomi kreatif.
Jika perlu, fungsi-fungsi baru akan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas layanan dan meningkatkan manfaatnya. Meski awalnya diluncurkan dengan bantuan jaringan hotel Artotel Group, aplikasi ini rencananya akan lebih banyak tersedia bagi masyarakat dan pelaku usaha lainnya.