Bisnis

Celios: Program Makan Bergizi Gratis Berpotensi Jadi Lahan Basah Korupsi

thedesignweb.co.id, Jakarta – Program Pangan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program andalan Presiden Prabowo Subianto, namun dinilai memiliki potensi penyalahgunaan yang tinggi, termasuk korupsi.

Bakhrul Fikri, Peneliti Celios, mengungkapkan, meski program tersebut ditujukan untuk memberikan manfaat sosial karena terkait dengan pengadaan barang dan jasa, program tersebut rawan potensi penyimpangan, hingga skandal korupsi.

“Makanan bergizi gratis ini berpotensi atau berpotensi menimbulkan skandal korupsi karena sebenarnya program pangan bergizi gratis ini erat kaitannya dengan jenis program yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa,” Fikri. ungkapnya dalam diskusi publik, Senin (30 Desember 2024).

Fikri menuturkan, dalam hasil riset Celios terhadap program MBG, sebanyak 46% responden mengkhawatirkan adanya inefisiensi penyaluran program.

Alasannya berkisar dari keterlambatan pengiriman makanan hingga korupsi dalam pengadaan makanan dan layanan terkait. Bahkan, kekhawatiran tersebut diperparah dengan berkurangnya anggaran yang dialokasikan untuk setiap porsi makanan setiap harinya.

Misalnya, biaya yang semula Rp 15.000 per dokumen kini dipangkas menjadi Rp 10.000, dan dikhawatirkan anggarannya akan semakin berkurang.

“Sebenarnya yang terakhir Rp 15.000 harusnya diturunkan menjadi Rp 12.000. Ada juga tanggapannya, nanti diturunkan menjadi Rp 7.500, lalu ditetapkan menjadi Rp 15.000 dan harga akhir ditetapkan menjadi Rp 10.000,” jelasnya. .

 

Menurut data Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sektor pengadaan barang dan jasa mempunyai kontribusi besar terhadap kasus korupsi di Indonesia.

Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 791 kasus korupsi, sekitar 39% di antaranya terkait pengadaan barang dan jasa. Hal ini menunjukkan bahwa memang terdapat potensi korupsi yang tinggi di sektor ini, baik pada proyek infrastruktur maupun non-infrastruktur, termasuk kasus suap dan pencungkilan harga.

Fikri juga menegaskan, karena penyaluran program MBG mengandalkan birokrasi, maka potensi korupsi bisa besar.

Artinya, skema MBG di kemudian hari bisa disalahgunakan, artinya akan ada potensi korupsi yang besar di kemudian hari, ujarnya.

Ia meyakini sukses tidaknya program sangat bergantung pada cara kerja birokrasi dan bagaimana pengawasan agar tidak terjadi penyalahgunaan. Tanpa kontrol yang ketat, institusi yang terlibat dalam penyebaran program ini bisa menjadi sarang praktik korupsi.

Ia menyimpulkan: “Rantai birokrasi yang diberikan pemerintah dalam menyebarkan program MBG akan sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya kasus korupsi, dan institusi terkait kemungkinan besar akan menjadi lumbung atau rawa korupsi.”

 

Hal ini setelah Badan Gizi Nasional (BGN) menyatakan menyusul pemberitaan bahwa organisasi berbasis masyarakat (ormas) mengaku mempunyai kewenangan resmi untuk menjalankan skema makan siang bergizi gratis (MBG).

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Hukum dan Humas, Irjen Polisi Lalu Mohammad Ivan Mahadan. 

Kata dia, partainya tidak pernah mengeluarkan amanat atau surat keputusan (SK) kepada ormas mana pun terkait program makan siang bergizi gratis. Ia mengatakan pernyataan tersebut merupakan informasi palsu dan dapat menyesatkan masyarakat.

Yang dikhawatirkan partai tersebut adalah keberanian beberapa partai politik pada umumnya untuk mengklaim partainya sah karena telah mendapat surat keputusan dari Badan Komunikasi Nasional Perdesaan Indonesia (BKNDI) dan kemudian mengaitkan nama BGN untuk memperkuat klaim tersebut.

“Ini tidak hanya membingungkan masyarakat, tapi juga merusak nama baik lembaga kita. Kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi,” kata Lalu Ivan dalam keterangannya, Kamis (26 Desember 2024).

Oleh karena itu, Biro Gizi Nasional melalui Biro Hukum mengkonfirmasi bahwa masalah tersebut akan dibawa ke jalur hukum. “Kami tidak akan tinggal diam. Tindakan hukum perlu dilakukan agar tidak ada pihak lain yang menyalahgunakan nama lembaga resmi seperti ini,” tegasnya.

Di antaranya, partai mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan mengecek segala informasi, terutama nama-nama instansi pemerintah.

“Kami sangat berharap masyarakat bisa lebih kritis dan tidak mudah percaya pada pernyataan sepihak yang dipinjam nama-nama besar lembaga resmi,” ujarnya.

Ia memastikan pihaknya akan terus menjalankan program tersebut sesuai aturan yang berlaku untuk memastikan kredibilitas dan integritas lembaga tetap terjaga.

“Kami tidak akan pernah bermain-main dengan tanggung jawab yang diberikan kepada kami,” kata Lalu Iwan.

 

Wartawan : Siti Ayub

Sumber: Merdeka.com

 

Sebelumnya, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengumumkan 82 juta masyarakat akan mendapat distribusi makanan bergizi gratis (MBG). Jumlah tersebut ditargetkan dapat dicapai dalam 5 tahun ke depan.

Pakar Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Bappenas, Jalan Siliwanti, mengatakan program makan gratis bergizi berpotensi mencapai hal-hal besar, termasuk menjangkau 82 juta orang dalam lima tahun berjalannya program.

Untuk mencapai hal tersebut diperlukan pasokan yang besar dari pusat pengolahan makanan atau dapur. Setidaknya dibutuhkan 48.000 dapur untuk memberi makan 82 juta orang.

“Program MBG kini diperlukan dan setelah selesai teridentifikasi dibutuhkan kurang lebih 48.000 dapur atau unit layanan untuk menyediakan makanan bergizi kepada total 82 juta orang dalam 5 tahun,” kata Silivanti dalam Laporan Ekonomi dan Keuangan 2024, Rabu. . Laporan dari Jakarta (18 Desember 2024).

Melihat besarnya kebutuhan, ia melihat potensi program MBG dalam mendongkrak perekonomian nasional. Sebab skala sebesar itu akan melibatkan rantai pasok yang cukup besar.

Dampak ekonomi dari program MBG diperkirakan akan berdampak dari hulu hingga hilir. Mulai dari petani, nelayan hingga industri kecil menengah (UKM).

Oleh karena itu, program MBG berpotensi menjadi pengungkit perekonomian nasional dengan menciptakan rantai pasok pangan yang besar, ujarnya.

“Sektor ketenagakerjaan juga akan terkena dampak positif, mulai dari petani, peternak, nelayan hingga usaha kecil dan menengah,” tambah Silivanti.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *