Cendekiawan Muslim Indonesia Harap Masyarakat Tak Sembarangan Lakukan Boikot Produk
thedesignweb.co.id, Jakarta – Teknologi terkini semakin memudahkan masyarakat dalam mencari informasi dan melakukan berbagai tugas. Media sosial dan kecerdasan buatan (AI) telah menjadi alternatif bagi masyarakat, khususnya Gen Z dan generasi selanjutnya, sebagai platform untuk mengakses informasi.
Fasilitas-fasilitas tersebut membuat arus informasi menjadi lebih cepat dan sering kali bias. Di tengah derasnya arus tersebut, generasi yang tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi harus lebih skeptis dan kritis dalam menyikapi segala informasi.
Profesor Nadirsia Hossain, seorang cendekiawan Muslim di Indonesia, memberikan contoh isu yang perlu dikritisi: seruan mogok di Indonesia. Menurut dia, mereka menekankan keakuratan data mengenai daftar produk yang beredar di masyarakat.
“Sebenarnya itu masalah, kami ingin memboikot karena kejahatan terhadap kemanusiaan dilakukan oleh Israel. Jadi, secara teori, boleh saja memboikot tapi jangan menyasar kejahatan.” / 12/2024)
Pengumuman tersebut disampaikan Nadirsia dengan tema Peluang dan Tantangan AI serta Integrasi Media Sosial dalam Globalisasi di Kampus UIN Sunan Gunung Jati Kota Bandung, Selasa, 3 Desember 2024.
Kemudian ia mengingatkan pentingnya mengetahui suatu produk dan berharap masyarakat lebih bijak sebelum membelinya.
“Fakta dan angka yang akurat itu penting agar boikot tepat sasaran dan tidak salah sasaran. Masyarakat diharapkan lebih paham setelah mengetahui produk-produk yang terkait dengan Israel.”
Nadirsia yang merupakan dosen di Monash University Australia, memohon untuk tidak bertindak berdasarkan perasaan sesaat karena menyadari pertemuan itu justru akan membahayakan negara kita. Kata dia, ada faktor ekonomi nasional yang perlu diperhatikan juga dalam gerakan boikot ini.
Nadirsiya kemudian menyinggung beberapa daftar produk yang beredar di masyarakat yang diterbitkan berbagai sumber nonpemerintah.
Dia mencatat bahwa sumber-sumber ini tidak merinci alasan penghentian produk yang ada, sehingga keakuratan informasinya dipertanyakan.
Lalu kalau disebar di media sosial, daftarnya bisa bertambah atau berkurang, begitu dikirim bisa diubah dulu, baru dikirim lagi. Jadi jadi bola liar, kata Nadirsia.
Profesor hukum tersebut mengungkapkan, PBB menerbitkan daftar perusahaan pro-Israel pada tahun 2023 dengan total 167 produk.
Terungkap bahwa PBB mengirimkan surat kepada perusahaan-perusahaan yang masuk dalam daftar tersebut.
Menurutnya, pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) perlu duduk bersama mencari solusi sekaligus mencari informasi akurat mengenai perusahaan terkait Israel di Indonesia.
Nadirsia melanjutkan, MUI harus memberikan daftar produk yang terkait dengan Israel, kemudian pemerintah akan membuat aplikasi yang dapat digunakan masyarakat untuk mengetahui produk mana yang diboikot.
“Dibuat aplikasi agar ketika masyarakat membeli tinggal scan saja. Ladies mau beli atau tidak tinggal scan barcode saja,” ujarnya.
Menurut sapaan akrabnya, Gus Nadir, dampak gerakan mogok kerja tersebut berdampak besar terhadap perekonomian Indonesia. Ia mengungkapkan, banyak perusahaan yang sudah melakukan PHK dalam jumlah besar karena omset yang terus menurun.
“(Dampaknya) lebih dalam negeri. Kenapa? Karena setahun kelihatannya perang terus, tidak ada efeknya, tapi produsen lokal kita yang kena. Apalagi perusahaan lokal kita punya franchise, ada masyarakat yang bermasalah. . Di perusahaan pusat,” jelas Nadirsia.
Jadi menurut saya dampaknya lebih ke kita (Indonesia). Kita ingin memukul Israel karena melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, tapi saudara kita sendiri yang terkena dampaknya, katanya.
Yuen Bandung, Dosen Departemen Sains dan Teknologi, Bishnu Uriawan dan Dekan Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yuen Bandung, Ahmad Ali Nardeen juga turut serta dalam seminar tersebut.