Berita

Cuaca Hari Ini Jumat 4 Oktober 2024: Jabodetabek Berawan Seharian

thedesignweb.co.id, Jakarta – Hari ini dan Jumat (4/10/2024) Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek) diperkirakan cerah berawan, berawan, dan berkabut pada pagi hari. Ini adalah ramalan cuaca hari ini.

Badan Meteorologi, Meteorologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan cuaca di Jakarta diperkirakan cerah berawan pada siang nanti.

Malam ini di Jakarta diperkirakan berawan, kecuali hujan ringan di Jakarta Selatan dan mendung lebat di Jakarta Timur.

Wilayah sekitar bekasi, depok, dan bogor diperkirakan cerah berawan pada siang hari. Demikian pula, keadaan akan tetap berawan malam ini. Kecuali Bogor, hujan ringan akan terjadi pada malam hari.

Tak jauh berbeda dengan Tangerang dan Banten, BMKG juga memprakirakan siang hari berawan dan hujan ringan malam ini.

Prakiraan cuaca Jabodetabek dari situs resmi BMKG www.bmkg.go.id thedesignweb.co.id: Kota Pagi Sore                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        

Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) berpartisipasi dalam Pameran dan Konferensi Perubahan Iklim Indonesia (ICCEF) 2024 yang diselenggarakan pada tanggal 20-22 September 2024 di Balikpapan.

Berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, swasta, organisasi masyarakat sipil, akademisi dan masyarakat berpartisipasi dalam acara ini dan berdiskusi bersama mengenai isu lingkungan hidup.

Tahun ini, tema acaranya adalah “Praktik dan gaya hidup industrialisasi berkelanjutan di era perubahan iklim”. Acara tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (KLHK) bekerja sama dengan Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

Rwanda Agung Sugardiman, selaku ketua harian gugus tugas FOLU Net Sync 2030 Indonesia mengatakan, Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen terhadap penciptaan dan pengembangan NDC (Nationally Ditentukan Kontribusi) yang kedua. Tujuan ambisius tersebut tidak dapat tercapai tanpa kerja sama dan upaya semua pihak.

“Tujuan kedua NDC dapat dicapai melalui kerja sama dan partisipasi aktif para pengambil kebijakan, pemerintah pusat dan daerah, serta komunitas lingkungan hidup, tokoh masyarakat, akademisi, dunia usaha, media, dan generasi muda.” dikatakan.

Sebagai peserta booth pada acara tersebut, IBCSD memaparkan inisiatif keberlanjutan bisnis terkait tema acara dengan dukungan Grup APRIL. Stan IBCSD menampilkan solusi bisnis inovatif yang mendukung upaya Indonesia dalam mengurangi emisi dan mendorong praktik berkelanjutan.

Amal Fatullah Randi, Wakil Ketua Kelompok Pengembangan Masyarakat APRIL, menyoroti komitmen April dalam mendukung masyarakat menghadapi perubahan iklim melalui program berbasis masyarakat seperti Program Desa Iklim (ProClim) dan Program Desa Bebas Api.

Manajer Pengembangan Program dan Keterlibatan Eksternal IBCSD, Aloysius Wiratamo, mengatakan keterlibatan sektor bisnis dalam upaya keberlanjutan sangatlah penting. Sebagai organisasi yang mewakili kepentingan bisnis, IBCSD terus mendorong kolaborasi lintas sektor untuk mencapai target perubahan iklim nasional.

“Kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk mengatasi tantangan besar seperti perubahan iklim. Sebagai komunitas bisnis, IBCSD terus melibatkan sektor bisnis dalam diskusi dan memfasilitasi tindakan nyata untuk mencapai target wastafel bersih FOLU 2030 dan tujuan pembangunan berkelanjutan lainnya.” sangat senang bisa berpartisipasi dalam ICCEF 2024 dan menunjukkan kontribusi nyata dunia usaha terhadap lingkungan,” kata Aloysius.

Pameran dan Konferensi Perubahan Iklim Indonesia tahun 2024 di Kalimantan Timur diharapkan dapat menjadi motor penggerak peningkatan kerja sama antar pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat di tingkat regional untuk bersama-sama mewujudkan masa depan yang berkelanjutan dan berketahanan iklim. Mengubah

Survei yang dilakukan Center for Digital Society (CfDS) menemukan bahwa masih ada masyarakat yang tidak percaya adanya krisis iklim. Oleh karena itu, strategi untuk menghilangkan misinformasi mengenai krisis iklim harus dilaksanakan sesegera mungkin.

Pemerintah Indonesia sendiri telah memulai berbagai kebijakan dan strategi untuk mengatasi krisis iklim. Sayangnya masyarakat Indonesia masih belum memberikan perhatian penuh terhadap permasalahan ini. Konspirasi juga bermunculan yang mempercayai konspirasi tentang asal usul dan penyebab krisis iklim.

Faktanya, dampak krisis iklim sudah mulai terasa di masyarakat, seperti gagal panen, kekeringan, pemanasan global, dan permasalahan akibat ulah manusia lainnya yang terus menghasilkan karbon dioksida.

“Menurut survei CfDS, 24,2% responden percaya bahwa krisis iklim diciptakan oleh elit global. Orang-orang ini disebut sebagai Climate Change Deniers atau kelompok yang menolak percaya pada krisis iklim,” kata Off Social, pengajar di Departemen tersebut. Ilmu Komunikasi. dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Novi Kurnia melaporkan di UGM.ac.id.

Berdasarkan penelitian tersebut, ditemukan bahwa 98 persen misinformasi berasal dari media sosial. Jumlah tersebut mencakup berbagai bentuk misinformasi seperti konten palsu, parodi, kesalahan referensi, konten palsu, dll.

57,7% ditemukan memiliki koneksi palsu atau informasi yang salah tentang krisis iklim. Meskipun sebagian besar responden mampu menyangkal informasi yang salah mengenai krisis iklim, hanya 20 persen yang mampu menyangkal semua informasi yang salah.

“Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar dan tergolong makan malam perubahan iklim karena juga menyebarkan misinformasi. Pertumbuhannya belum tinggi, namun perlu segera diatasi,” tambah Novi.

Menurutnya, karena penyebaran informasi mengenai krisis iklim belum diketahui masyarakat, maka sebaiknya dilakukan penelitian dengan menganalisis informasi yang telah diverifikasi oleh pemeriksa fakta adalah informasi palsu. Namun jika masyarakat mulai menaruh perhatian terhadap krisis iklim, kemungkinan penyebaran informasi yang salah tentu akan meningkat. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *