WEB NEWS Detik-Detik Diskusi Din Syamsuddin Cs Dibubarkan Sekelompok Orang
thedesignweb.co.id, Jakarta – Native Forum (FTA) membatalkan diskusi “Pertemuan Diaspora Nasional dengan Tokoh dan Aktivis Nasional”. Sedianya sidang digelar pada Sabtu (28 September 2024) di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan.
Namun sekelompok orang datang ke lokasi dan membuat keributan. FTA sebagai inisiator memutuskan untuk mengakhiri sesi diskusi.
Tata Kesantra, Ketua MPR, mengatakan acara ini sebenarnya merupakan dialog rutin yang membahas permasalahan nasional seperti utang luar negeri dan permasalahan ekonomi lainnya. Seperti diketahui, pemerintahan akan segera berganti dari Joko Widodo atau Jokowi ke Prabowo Subianto.
“Kita saling bertukar pikiran untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan. Ide dan gagasan apa yang bisa kita berikan kepada pemerintahan baru,” kata Tata saat ditemui, Sabtu sore.
Narasumber yang diundang adalah Refli Harun, Ibrahim Samad, Said Didu, M. Din Syamsuddin, Rizal Fadhila dan Sunarko. Rencananya akan dimulai pada pukul 09:30 WIB. Sebanyak 100 orang diundang dan 70 persen di antaranya ikut serta.
Rupanya, sedang terjadi demonstrasi sekelompok orang. Sebagai penyelenggara, Tata pun mengatakan kepada polisi bahwa dirinya tidak keberatan jika menggelar aksi unjuk rasa. Menurutnya, kami warga negara mempunyai hak yang sama.
“Saya bilang ke polisi, saya bilang, itu tidak baik, mereka berhak berpendapat, kami juga berhak tidak mengganggu mereka.” – kata Tata.
Tata mengatakan, polisi meminta peserta percakapan tidak pergi. Saat itu Tata sudah siap mengikuti arahan tersebut. Ia menegaskan, peserta dan pembicara debat adalah kaum intelektual.
“Saya jamin tidak ada kekacauan di dalam,” ujarnya.
Menurut Tata, polisi memberikan jaminan keamanan kepada penyelenggara acara saat itu.
“Dia berkata, ‘Baik pak, kami akan pastikan tidak ada orang-orang ini yang mengganggu pembicaraan tentang acara kami.'” Akhirnya, saya kembali ke aula,” ujarnya.
Padahal, jaminan keamanan yang diberikan polisi hanyalah ilusi belaka. Betapa tidak, sekelompok orang asing masuk ke dalam obrolan.
“Setelah 5 menit mereka masuk dan merobek background, layar LCD rusak, background dan perangkat media rusak, jadi istilahnya provokatif,” ujarnya.
“Polisi tidak ada di sana (di dalam), polisi hanya berpatroli di depan,” lanjutnya.
Tata mengatakan polisi meminta penyelenggara menghentikan acara tersebut. Menurut polisi, situasinya saat itu tidak menguntungkan. Namun Tata awalnya menolak.
“Saya sudah bayar, kami berhak menggunakan aula sampai jam dua. Kami tidak akan membuat keributan, jadi beri kami waktu ini,” kata Tata.
Tata mengatakan saat itu acara tersebut dijadwalkan ulang. Namun, konsepnya berubah. “Kami hanya bertukar pandangan, tapi kami tidak mempertimbangkan serangan,” katanya.
Tata mengatakan, polisi kembali mendatangi penyelenggara. Pada saat yang sama, permintaan untuk menunda acara tersebut. Pasalnya, saat itu ada sekelompok orang tak dikenal yang terpaksa masuk untuk menyaksikan acara tersebut.
“Mereka mendatangi saya lagi. Sudah tidak tahan lagi, mereka minta bubar. Itu yang mereka katakan,” kata Tata menirukan suara polisi.
Tata kembali adu mulut dengan polisi. Namun, pada akhirnya, dia memutuskan untuk menyelesaikan acara tersebut. Menurut dia, hal ini akan mencegah terulangnya kejadian yang tidak diinginkan.
“Akhirnya kami minta peserta pulang,” ujarnya.
Tata mengatakan, sekelompok orang tak dikenal itu diduga berada di sana hanya untuk pengobatan kejut. Karena sasarannya bukan peserta atau pembicara.
“Mereka maju ke depan, langsung ke atas panggung, menarik semua orang, memukul mikrofon. Itu semacam terapi kejut dengan masuk dari luar, berjalan mengelilingi panggung, memukul meja, ‘keluar, keluar,'” katanya. dikatakan
Terkait hal itu, Tata merasa aneh dengan pengaturan keamanan yang dilakukan polisi. Karena tidak ada yang pergi ke ballroom. “Polisi tidak datang untuk mengamankan ballroom,” ujarnya.