Teknologi

Gelaran Techsauce Global Summit 2024 Perkuat Ekosistem Startup Asia Tenggara

thedesignweb.co.id, Jakarta – KUMPUL bekerja sama dengan Techsauce menyelenggarakan Techsauce Global Summit 2024 di Bali. Acara ini diadakan untuk memperkuat ekosistem startup di kawasan Asia Tenggara.

Techsauce Global Summit 2024 disebut-sebut menjadi platform bagi para pelaku industri teknologi, investor, dan pengambil kebijakan untuk bertukar ide dan berkolaborasi.

Fokus utama acara ini adalah untuk mendorong kerja sama antar negara, khususnya Indonesia dan Thailand. Oleh karena itu, kedua negara telah menunjukkan pertumbuhan pesat dalam ekosistem startup.

“Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami pertumbuhan digital yang pesat, dengan 79 persen penduduknya terhubung ke Internet,” kata Direktur Jenderal Aplikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Hokky Situngkir.

Dalam keterangan resmi yang diterima, Sabtu (5/10/2024), salah satu topik utama yang dibahas dalam pertemuan ini adalah pentingnya kemitraan strategis antara startup dan CVC (Corporate Venture Capital).

Menurut Ketua KUMPUL Faye Wongso, salah satu hal penting yang juga diperlukan adalah menciptakan platform untuk memperkuat ekosistem startup dan ekonomi digital daerah.

“Kami melihat masa depan di mana para pendiri negara-negara ASEAN dapat bekerja sama secara efektif,” ujarnya.

Setelah Faye, CEO Techsauce Oranuch (Mimee) Lerdsuwankij juga menekankan pentingnya peran CVC dalam mendorong pertumbuhan startup di wilayah tersebut.

“Prioritas utamanya adalah mendorong CVC meningkatkan investasi di startup teknologi ASEAN,” kata Mimee.

Meskipun pertumbuhan ekosistem startup di Asia Tenggara cukup menjanjikan, masih terdapat beberapa tantangan yang harus diatasi. Salah satunya adalah minimnya investasi CVC di beberapa negara ASEAN.

Namun para peserta pertemuan berharap jika ada kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak, maka tantangan tersebut dapat diatasi.

Misalnya, dalam satu dekade terakhir, pertumbuhan berbasis teknologi di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Thailand, menunjukkan keberhasilan yang signifikan.

Pada tahun 2022, meski masih tergolong negara berkembang, Indonesia dan Thailand berhasil mencatatkan diri sebagai penyumbang startup unicorn terbesar di Asia Tenggara, setelah Singapura di peringkat pertama.

 

Di sisi lain, menurut kanal Bisnis thedesignweb.co.id, Koordinator Kementerian Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan persaingan digital Indonesia dikabarkan meningkat menjadi peringkat 45 dunia.

Hal ini berdasarkan pada kompetisi penelitian berbasis web tahun 2018. Penelitian ini dilakukan oleh IMD (International Institute for Management Development) dari Swiss.

 “Indonesia menunjukkan perkembangan pesat dalam ekosistem dan perekonomian digital, hal ini tercermin dari meningkatnya persaingan digital di dunia pada tahun 2019, kita masih berada di peringkat 56 dan akan masuk peringkat 45 pada tahun 2023. Jadi, peringkat ke-11,” kata Airlangga pada Pembukaan Karya Kreatif Indonesia (KKI) dan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital (FEKDI) 2024, di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Sebagai informasi, riset IMD WCC 2023 membandingkan peringkat daya saing digital 64 negara. Riset menyebutkan lima negara teratas persaingan digital pada tahun 2023 adalah Amerika Serikat, Belanda, Singapura, Denmark, dan Swiss.

Dalam riset tersebut, Indonesia juga tercatat menunjukkan daya saing digital yang tinggi dibandingkan negara Asia lainnya, seperti India (peringkat 49), Filipina (peringkat 59), dan Mongolia (peringkat 63).

Namun di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara tetangga, seperti Singapura (peringkat 3), Malaysia (peringkat 33), dan Thailand (peringkat 35).

Dari meningkatnya kompetisi digital ini, jumlah startup Indonesia pun menduduki peringkat 6 dunia dengan startup baru terbanyak atau peringkat 1 di ASEAN, bahkan Indonesia lebih tinggi dari Jerman.

Airlangga mengatakan, saat ini jumlah perusahaan unicorn di Indonesia sebanyak 15 unicorn, dan terdapat 2 decacorn yang sudah memasuki kancah internasional, antara lain Goto dan J&Texpress.

“Kami juga memiliki 15 unicorn dan 2 decacorn yang bersifat internasional yaitu Goto yang beroperasi di Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, India dan China. Serta pengiriman logistik J&Texpress di 13 negara,” tutupnya. 

Ekonomi digital mengacu pada aktivitas ekonomi yang terutama didorong oleh teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dalam perekonomian ini, penggunaan Internet, perangkat digital, dan teknologi canggih lainnya sangat penting dalam produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa.

Ekonomi digital mencakup berbagai sektor seperti e-commerce, fintech, media sosial, dan layanan berbasis digital. Misalnya, e-commerce memungkinkan konsumen membeli produk secara online, sedangkan fintech menyediakan solusi keuangan melalui aplikasi dan situs digital.

Peran teknologi dalam ekonomi digital tidak hanya terbatas pada bisnis dan jasa keuangan. Teknologi juga berdampak pada sektor pendidikan dengan terciptanya e-learning, sektor kesehatan dengan telemedicine, dan sektor transportasi dengan hadirnya peningkatan layanan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *