Harga Emas Makin Perkasa Tersengat Ketegangan Rusia-Ukraina
thedesignweb.co.id, Jakarta – Harga emas menguat selama tiga sesi berturut-turut dan mencapai level tertinggi dalam sepekan pada Rabu, 20 November 2024. Kenaikan harga emas mendorong investor mencari perlindungan pada logam-logam safe haven karena logam tersebut menguat. Kekhawatiran geopolitik akibat meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina.
Pada Kamis (21/11/2024), emas spot naik 0,6 persen menjadi USD 2.647,43 per ounce setelah mencapai level tertinggi sejak 11 November 2024 di awal sesi, mengutip CNBC. Emas berjangka ditutup naik 0,8 persen pada US$2,651.70.
Di antara logam lainnya, perak turun 0,6 persen pada $31,03 per ounce, platinum turun 1,6 persen pada $958,79 dan paladium turun 1,5 persen pada $1,019.23.
Ketegangan geopolitik meningkat ketika Presiden Rusia Vladimir Putin menurunkan batasan serangan nuklir sebagai respons terhadap serangan konvensional.
“Jelas hal ini meningkatkan minat terhadap aset-aset safe haven,” Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Jenner Metals, seperti dikutip CNBC.
Dia mengatakan dia telah melihat kembalinya korelasi terbalik dalam beberapa pekan terakhir dan melihat kekuatan dolar AS sebagai hambatan kecil bagi emas untuk bergerak lebih tinggi.
“Dolar AS menguat, menghidupkan kembali reli perdagangan Trump setelah tiga hari mengalami penurunan, membatasi kenaikan emas terhadap dolar AS bagi pembeli asing, sehingga membuatnya lebih mahal,” katanya.
Setelah indeks dolar AS mencapai level tertinggi dalam satu tahun pada minggu lalu, emas mengalami penurunan terbesar dalam tiga tahun.
Perhatian investor juga tertuju pada beberapa pejabat Federal Reserve (Fed) yang akan menyampaikan pidato pada pekan ini. Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga pada bulan Desember telah turun secara signifikan dan kini berada pada angka 55,7 persen, turun dari 82,5 persen pada minggu lalu.
“Penangguhan sementara penurunan suku bunga oleh The Fed pada bulan Desember dapat memberikan tekanan pada harga emas dalam jangka pendek, namun siklus keuangan yang ringan, ketidakpastian makroekonomi dan geopolitik serta permintaan fisik yang sehat akan mempertahankan sentimen positif pasar emas,” tulis catatan ANZ. .
Selain itu, pelaku pasar juga menilai tarif yang diajukan Presiden terpilih AS Donald Trump akan meningkatkan tekanan inflasi dan menimbulkan ketidakstabilan di pasar global. Hal ini membatasi ruang bagi bank sentral utama untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Emas batangan dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, namun suku bunga yang tinggi mengurangi daya tarik untuk memiliki aset yang tidak memberikan imbal hasil.
Sebelumnya, harga emas mengalami tekanan yang signifikan dalam beberapa hari terakhir, dengan faktor utama antara lain sentimen risk-on pasca pemilu presiden AS, sikap Federal Reserve (Fed) yang dovish, serta penguatan. dolar AS.
Awal pekan ini, harga emas spot dibuka pada USD 2,683.02 per ounce dan bertahan di atas USD 2,660 sebelum mulai melemah. Setelah sempat merosot tajam pada Senin sore (11/11), harga emas anjlok ke kisaran USD 2.610 per ounce dan terus menurun hingga mencapai level terendah mingguan USD 2.592 per ounce pada Selasa pagi (12/11). Faktor Utama Penurunan Harga Emas
Tekanan terhadap harga emas terutama disebabkan oleh sikap dovish The Fed yang mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mengendalikan inflasi.
Tren ini mendorong investor untuk mengalihkan asetnya ke instrumen yang kurang berisiko seperti dolar AS yang menguat signifikan. Situasi ini berdampak pada melemahnya nilai emas yang secara tradisional dianggap sebagai safe haven. Prediksi pergerakan harga emas
Berdasarkan jajak pendapat Kitco News yang dikutip thedesignweb.co.id, Senin (17/11/2024), sebagian besar masyarakat memperkirakan harga emas akan semakin melemah dalam waktu dekat.
Sebanyak 50% memperkirakan penurunan lebih lanjut, 25% memperkirakan kemungkinan konsolidasi dengan bias ke bawah, dan hanya 25% yang optimistis harga emas akan naik.
Meski demikian, para analis mengatakan harga emas masih berpeluang stabil di kisaran $2.600 hingga $2.625 per ounce. Mereka memperingatkan bahwa penurunan signifikan ke level sekitar USD 2.400 per ounce dapat membawa harga turun ke rata-rata pergerakan 200 hari, yang dianggap sebagai titik support jangka panjang.
Kalender perekonomian minggu depan menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi pergerakan harga emas. Sejumlah data penting belum dirilis, termasuk laporan Perumahan Baru dan Izin Bangunan AS, serta Indeks Manufaktur Philly Fed, yang dapat memberikan wawasan mengenai keadaan perekonomian AS dan dampaknya terhadap pasar emas.
Pandangan seorang analis tentang tren emas
Alex Kuptsikevich dari FxPro melihat penurunan ini sebagai koreksi dan bukan akhir dari tren bullish jangka panjang emas. Sementara itu, Adam Button dari Forexlive.com mengatakan meskipun emas telah melemah dalam beberapa bulan terakhir, ada peluang untuk kembali ke kisaran USD 2.600 hingga USD 2.625.
Di sisi lain, Mark Chandler dari Bankburn Global Forex memperkirakan bahwa fase konsolidasi harga emas akan terus berlanjut, dengan potensi kenaikan yang terbatas. Namun, ia mengingatkan berbagai faktor eksternal, termasuk data perekonomian AS, dapat mempengaruhi dinamika harga emas dalam sepekan mendatang.
Kesimpulan
Meski harga emas masih tertekan, para analis optimistis emas akan menjadi alat investasi yang menarik dalam jangka panjang. Dukungan faktor fundamental seperti inflasi dan kemungkinan koreksi pasar bisa membuka peluang kenaikan harga emas.