HFMD Apakah Sama dengan Flu Singapura? Kenali Gejala Khas, Cara Penularan, dan Pengobatannya
thedesignweb.co.id, Jakarta – Pernahkah Anda mendengar istilah flu Singapura? Anda mungkin mengira ini adalah penyakit flu biasa yang menyerang banyak orang.
Tapi tahukah Anda kalau istilah flu Singapura digunakan untuk HFMD (penyakit tangan, kaki, dan mulut) yang lebih parah dan disebabkan oleh EV71 atau Enterovirus 71?
HFMD merupakan penyakit yang menyerang anak-anak berusia 5 hingga 10 tahun, terutama pada musim tertentu.
Meski penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak, namun penyakit ini juga bisa menyerang orang dewasa. Namun yang perlu Anda perhatikan adalah kecepatan transfernya yang sangat tinggi.
“Virus ini menular dengan cepat, terutama di lingkungan yang tidak sehat,” kata Ketua Satgas ISPA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dr. Nani Rizkiati, M. Kasus Rabu 6 November 2024 saat diskusi media dengan Kalbe di Jakarta. Dampak buruk HFMD
Penularan HFMD telah meluas di berbagai negara. Menurut laporan tahun 2019 di Journal of Biomedical Science, beberapa negara di kawasan Asia-Pasifik pernah mengalami wabah HFMD.
Singapura menjadi berita pada tahun 2008 karena wabah besar ini, dengan 30.000 kasus dilaporkan. Ribuan kematian akibat penyakit ini juga telah dilaporkan di Malaysia, Taiwan, Tiongkok, dan Vietnam.
Pada tahun 2023, 23 anak di Vietnam akan meninggal karena virus EV71, sebuah pengingat betapa parahnya dampak HFMD jika tidak segera diobati.
Di Indonesia, kasus HFMD menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Pada awal tahun 2024, telah dilaporkan 6.500 kasus, dengan kasus suspek mencapai 27.417.
Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur menjadi wilayah dengan jumlah kasus tertinggi, dengan peningkatan prevalensi di Jakarta, Kalimantan, dan Bali.
Menurut Nani Rizkiati, penyebab utama meningkatnya penyebaran virus ini, terutama di kalangan anak-anak dan remaja, adalah meningkatnya pergerakan di rumah saat liburan dan berkurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan.
Kebersihan mainan anak yang buruk, serta ketidakpatuhan terhadap kebersihan tangan, memudahkan penyebaran virus ini.
HFMD atau penyakit tangan, kaki dan mulut merupakan penyakit yang sering menyerang anak-anak. Namun, ada yang menyangka, meski umum terjadi pada usia muda, penyakit ini juga bisa menyerang orang dewasa. Jadi kelompok usia manakah yang paling terkena dampak HFMD?
Menurut dokter anak Dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A, Kelompok umur yang paling banyak terkena HFMD adalah anak-anak di bawah 10 tahun, dengan kasus terbanyak terjadi pada anak-anak di bawah usia 3 tahun.
“Pada usia ini, daya tahan tubuh anak belum berkembang sempurna sehingga lebih rentan tertular virus penyebab HFMD,” ujarnya.
Gejala HFMD pada anak mungkin diawali dengan demam lebih dari 39 derajat yang berlangsung selama tiga hari. “Ini merupakan tanda awal yang harus diwaspadai oleh orang tua,” kata Kanya.
Tak hanya itu, munculnya sariawan di mulut, nyeri saat menelan, menurunkan nafsu makan anak dan melemahkan tubuhnya.
Kanya menambahkan, “Jika kondisi anak memburuk, PMK dapat menimbulkan komplikasi serius. Salah satunya adalah dehidrasi parah akibat gangguan menelan, serta risiko meningitis aseptik atau ensefalitis yang dapat mengancam nyawa.”
Jadi sangat penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter ketika gejala tersebut muncul.
HFMD mudah menular melalui droplet atau percikan air liur saat batuk atau bersin. Lebih lanjut, Kanya mengatakan penularan bisa terjadi melalui kontak langsung dengan penderita atau barang yang terkontaminasi, bahkan melalui makanan.
Penyakit tangan, kaki, dan mulut (HFMD) merupakan penyakit yang sering menyerang anak-anak, disebabkan oleh virus EV71 yang dapat menyebar dengan cepat.
Kanya dan Nani mengatakan penyebaran virus berdampak besar terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.
“Untuk itu, sangat penting melakukan tindakan preventif untuk mencegah penyebaran penyakit ini lebih lanjut,” ujarnya.
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir merupakan cara pertama dan paling efektif untuk mencegah penyebaran virus. Apalagi setelah mengganti popok, menggunakan toilet, atau sebelum menyiapkan makanan.
Ini adalah kebiasaan sederhana yang bisa mencegah virus menyebar ke orang lain, terutama anggota keluarga. Selain itu, jangan lupa untuk membersihkan berbagai permukaan, mainan, dan benda yang bersentuhan dengan anak.
Gunakan sabun dan air terlebih dahulu, lalu disinfeksi menggunakan bahan yang sesuai seperti klorheksidin atau hipoklorit untuk barang yang sulit dibersihkan.
Pencegahan tidak lepas dari pengobatan yang tepat. Umumnya pengobatan HFMD adalah dengan meredakan gejala seperti demam dan nyeri.
Antipiretik dapat membantu menurunkan demam, sedangkan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dapat mengurangi nyeri dan peradangan.
Yang terpenting, pastikan anak minum banyak air untuk mencegah dehidrasi, karena sakit mulut pada HFMD membuat mereka sulit makan.
Jadi, berikan dia makanan yang lembut dan pedas agar dia tidak marah-marah di mulutnya.
Meski gejalanya biasanya ringan, HFMD bisa menimbulkan masalah serius. Lalu adakah solusi untuk mencegahnya? Jawabannya adalah ya.
Kanya mengatakan, vaksin EV71 kini sudah tersedia dan disetujui BPOM sehingga memberikan harapan baru untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut.
Vaksin EV71 dirancang untuk melindungi terhadap infeksi virus penyebab HFMD. Vaksin ini tidak hanya membantu mengatasi gejalanya tetapi juga membantu mencegah komplikasi infeksi serta mengurangi risiko infeksi berulang dari virus lain yang dapat menyerang tubuh.
Vaksin ini aman untuk anak usia 6 bulan hingga 3 tahun dan melindungi hingga usia 5 tahun.
Lebih lanjut, melalui Calventis, Kalbe berkomitmen untuk mendorong pentingnya imunisasi melalui pendidikan intensif.
Melalui channel Instagram @whyhavevaksin, ia berupaya menyebarkan kesadaran tentang bahaya virus EV71 dan manfaat vaksin sebagai upaya pencegahan yang efektif.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang sadar akan pentingnya vaksinasi, diharapkan semakin banyak anak yang terlindungi dari HFMD.