Indeks Nikkei 225 di Jepang Tersungkur 12,4%, Bursa Saham Asia Kompak Rontok
thedesignweb.co.id, Jakarta – Pasar saham Asia Pasifik pada Senin (8/5/2024) melanjutkan aksi jual pada pekan lalu sehingga membebani indeks saham acuan. Indeks Nikkei 225 dan Topix bahkan turun lebih dari 12%.
Patokannya turun lebih dari 20% dari puncaknya pada 11 Juli 2024, menurut CNBC.
Nikkei turun 12,4 persen menjadi 31.458,42. Indeks acuan tersebut mencatatkan hari terburuknya sejak Black Monday pada tahun 1987. Kerugian indeks saham sebesar 4.451,28 poin juga merupakan kerugian terbesar sepanjang sejarah.
Nikkei telah menghapus semua kenaikannya pada tahun 2024, sehingga diperkirakan akan mengalami kerugian pada tahun 2024. Indeks Topix turun 12,23% menjadi ditutup pada 2,227.15. Saham-saham termasuk Mitsubishi, Mitsui and Co, Sumitomo dan Marubeni turun lebih dari 14 persen. Saham Mitsui telah anjlok hampir 20 persen dari kapitalisasi pasarnya.
Pasar saham Jepang terkoreksi lebih rendah pada hari Jumat, 2 Agustus 2024, dengan Nikkei 225 dan Topix Jepang masing-masing turun lebih dari 5% dan 6%. Indeks saham Topix mencatatkan kinerja terburuknya dalam delapan tahun terakhir.
Awal pekan ini, yen menguat ke level tertinggi terhadap dolar AS sejak Januari, terakhir diperdagangkan di 142,09.
Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 8,77% menjadi 2441,55. Indeks Kosdaq turun 11,3% menjadi 691,28. Karena upaya penjualan yang besar, bursa menghentikan perdagangan indeks Kospi pada pukul 14:14 di Seoul dan indeks Kosdaq pada pukul 13:56. Penghentian perdagangan berlangsung selama 20 menit. Perdagangan dihentikan jika harga saham naik atau turun sebesar 8%.
Indeks Taiwan turun lebih dari 8 persen, dipimpin oleh saham-saham teknologi dan real estate. Sedangkan ASX 200 turun 3,7% menjadi 7.649,6. Di Hong Kong, Indeks Hang Seng turun 1,61%. Sementara indeks CSI 300 melemah 0,48 persen membukukan koreksi tipis pada saham Asia.
Di sisi lain, investor minggu ini menunggu data perdagangan penting dari Tiongkok dan Taiwan, serta keputusan bank sentral dari Australia dan India. Sektor jasa Tiongkok tumbuh lebih cepat pada bulan Juli, dengan PMI negara tersebut meningkat menjadi 52,1 pada bulan Juli dari 51,2 pada bulan Juni.
Menurut survei Caixin, percepatan pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan bisnis baru yang lebih cepat, “didukung oleh kondisi permintaan yang terus membaik dan perluasan layanan.”
Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus berlanjut. IHSG anjlok 4% setelah membuka sesi kedua perdagangan Senin (8/5/2024).
Berdasarkan data RTI, per pukul 14:18 WIB Senin 5 Agustus 2024, IHSG melemah 4,18 persen ke level 7.002. Indeks LQ45 turun 3,94 persen dan menempati posisi 883. Seluruh indeks saham acuan berada di bawah tekanan.
Pada awal pekan, IHSG sempat mencatatkan tertinggi 7.308,12 dan terendah 6.998,81. Sebanyak 600 saham berada di zona merah dan underweight di IHSG. 51 saham menguat dan 128 saham stagnan. Total frekuensi perdagangan sebanyak 1.011.344 kali dan volume perdagangan sebanyak 18,2 miliar lembar saham. Volume perdagangan hariannya Rp 9,9 triliun. Posisi dolar AS terhadap rupee berada di kisaran 16.194.
Seluruh sektor kompak berada di bawah tekanan. Sektor dana energi turun 5,56 persen, sektor dana tetap sebesar 5,76 persen, sektor dana industri sebesar 4,08 persen, dan sektor dana non-siklus sebesar 2,52 persen.
Selain itu, sektor dana siklis turun 3,97 persen, sektor kesehatan turun 1,4 persen, sektor dana keuangan turun 3,2 persen, dan dana real estate turun 3,99 persen.
Selain itu, sektor dana teknologi turun 3,67 persen dan sektor dana transportasi turun 4,47 persen.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Vichaksana mengatakan, revisi IHSG sejalan dengan laporan Senin pagi. Jika IHSG gagal menembus resistan 7.354, IHSG masih rentan koreksi perdana.
“Secara sentimental, kami melihat perlambatan output NFP dan pengangguran AS meningkat menjadi 4,3% (vs 4,1%). Dari segi pergerakan, sebagian besar saham Asia terkoreksi sangat dalam, ujarnya saat dihubungi thedesignweb.co.id.
Ia menambahkan, pertumbuhan PDB Indonesia secara triwulanan sangat baik. Namun cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. “Kami pikir sentimen global akan sangat kuat dan tekanan jual akan terus kuat,” katanya.