Indonesia Bakal Gabung BRICS, Sugiono: Sudah Mulai Proses
thedesignweb.co.id, Jakarta Indonesia telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan kelompok negara ekonomi BRICS, yang terdiri dari negara-negara berkembang besar yang menyumbang 35% output perekonomian global.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Luar Negeri Sugiono. Ia mengatakan proses untuk bergabung dengan grup tersebut telah dimulai.
“Masuknya Indonesia ke dalam BRICS merupakan wujud politik luar negeri Indonesia yang independen dan aktif,” kata Sugiono, Jumat (25/10/2024), dikutip Channel News Asia.
Sugiono juga menegaskan bahwa masuknya Indonesia ke dalam kelompok BRICS bukan berarti bersekutu secara politik dengan negara-negara blok tertentu, melainkan memperluas kehadiran Indonesia di forum-forum ekonomi utama.
“Ini tidak berarti kami menyelaraskan diri dengan blok tertentu, tetapi kami berpartisipasi aktif di setiap forum,” jelasnya.
Seperti diketahui, Indonesia, negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, menganut kebijakan luar negeri yang netral.
Presiden Prabowo Subianto juga berulang kali menegaskan akan membangun kemitraan dengan semua negara, baik China maupun Amerika Serikat, dan Indonesia tidak akan bergabung dengan blok militer mana pun.
Sugiono menambahkan, BRICS sejalan dengan program utama pemerintahan Prabowo.
“Khususnya yang berkaitan dengan ketahanan pangan dan energi, pengentasan kemiskinan dan pengembangan sumber daya manusia,” katanya seraya menambahkan bahwa Indonesia memandang kelompok tersebut sebagai “instrumen” untuk memajukan kepentingan negara-negara di Belahan Bumi Selatan.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan lebih dari 30 negara telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan BRICS, meskipun belum ada kejelasan mengenai bagaimana ekspansi tersebut akan berhasil.
Anggota BRICS saat ini meliputi Brasil, Tiongkok, Mesir, Ethiopia, India, Iran, Rusia, Afrika Selatan, dan Uni Emirat Arab.
Yohanes Sulaiman, guru besar hubungan internasional Universitas Jenderal Achmad Yani, mempertanyakan manfaat keanggotaan BRICS bagi Indonesia. Ia mengatakan manfaat tersebut dapat diperoleh dari hubungan bilateral, namun hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak mau ketinggalan.
“Lebih baik mengikuti daripada tertinggal,” katanya, seraya menambahkan bahwa hal ini tidak berarti kebijakan luar negeri Prabowo lebih condong ke arah timur dibandingkan ke arah barat.
Dalam upaya untuk menarik lebih banyak kesepakatan investasi dan perdagangan dari para anggotanya, Indonesia mengatakan awal tahun ini, sebelum Prabowo menjabat, bahwa negara tersebut berencana untuk mengakhiri keanggotaannya untuk bergabung dengan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang berbasis di Paris. ) dalam waktu dua hingga tiga tahun.