Bisnis

Indonesia Target Penggunaan EBT 23% di 2025, Bisa Tercapai?

thedesignweb.co.id, Jakarta Pemerintah Indonesia telah meningkatkan target penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2030 untuk mendukung transisi Indonesia menuju ekonomi hijau.

Sebagai bagian dari komitmen tersebut, regulasi terkait energi surya terus dikembangkan, termasuk diterbitkannya Peraturan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS) oleh Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2024.

Untuk mendukung visi ambisius pemerintah Indonesia mengenai transisi energi, ATW Solar menjadi tuan rumah Forum Visi Surya Indonesia 2024 bekerja sama dengan Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI). Acara tersebut merupakan forum edukasi dan diskusi yang menyoroti berbagai aspek terkait Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI). PLTS Atap, mulai dari regulasi hingga finansial dan lingkungan.

Acara ini merupakan ajang berkumpulnya pemerintah, pelaku industri, dan penyedia teknologi tenaga surya untuk mendorong upaya kolaboratif menuju adopsi energi tenaga surya secara luas.

Forum dimulai dengan pembicaraan bertajuk “Mengganggu Lanskap Energi Surya Baru: Regulasi, Implementasi, dan Manfaat di Dunia Nyata”, dilanjutkan dengan makan malam dan pengenalan inovasi teknologi surya dari merek-merek terkemuka dan ruang interaktif yang santai bagi para peserta. Semua peserta.

Pada diskusi panel, para pembicara membahas berbagai aspek implementasi Peraturan Menteri ESDM No. 2/2024 dan dampaknya terhadap pengembangan PLTS Atap di Indonesia. Diskusi dibuka oleh perwakilan Otoritas Umum Energi Baru, Terbarukan, dan Efisiensi Energi (EBTKE), Muhammad Alhakurahman Issa, yang menjelaskan pokok-pokok perubahan aturan tersebut.

Dia menekankan sistem kuota untuk PLTS lebih fleksibel. “Pemerintah tidak akan membatasi kapasitas terpasang PLTS selama kuota sistem masih ada,” ujarnya.

 

Vice President Penjualan dan Pelayanan Pelanggan Ritel PLN Rahmi Handayani memaparkan pengalaman penerapan sistem kuota pertama pada Juli lalu dari sisi operasional. Dia menjelaskan tingginya animo masyarakat terhadap PLTS Atap dengan data menunjukkan dari kuota PLTS outdoor sebesar 900 MW, hingga akhir Juli hanya tersisa 85 MW atau kurang dari 10% dari kuota yang tersedia.

“Sisanya sebesar 85 MW akan dimajukan hingga tahun 2025,” jelas Rahmi

Dijelaskan Presiden AESI Mada Ayu Habsari, tingginya pemenuhan kuota ini menegaskan respon positif pelaku industri terhadap sistem PLTS atap terbaru. 

Ia juga menjelaskan bahwa inovasi pembiayaan seperti zero upfront investment plan menjadi pendorong utama dalam memfasilitasi transisi ke PLTS Atap bagi para pelaku industri. Mada mengatakan pendekatan ini tidak hanya akan meningkatkan daya tarik PLTS atap tetapi juga meningkatkan kepercayaan sektor industri terhadap potensi tenaga surya sebagai solusi jangka panjang.

 

Juan Davis, Direktur ATW Solar, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mendorong adopsi tenaga surya secara cepat di Indonesia.

“Transisi ke energi terbarukan memerlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan asosiasi. Kemitraan yang kuat dapat membantu kita mengatasi tantangan dan mencapai kemajuan nyata.”

Sebagai perusahaan fotovoltaik tenaga surya EPC terkemuka di Indonesia, ATW Solar berharap dapat terus terlibat dalam membantu mempercepat adopsi tenaga surya dan menciptakan sinergi yang kuat dalam upaya mencapai tujuan portofolio energi baru dan terbarukan. Forum-forum tersebut diharapkan dapat menjadi jembatan yang mempertemukan regulator, operator, dan pelaku industri untuk mendorong kolaborasi antar sektor demi mencapai masa depan energi berkelanjutan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *