Bisnis

Indonesia Termasuk ke Negara Paling Korup di Dunia, Ini Buktinya!

LIPATAN6.COM, Jakakarta – Kasus korupsi di Indonesia benar -benar tak terbatas, dan baru -baru ini mencuri perhatian publik dengan menemukan korupsi skandal pertamine.

Kasus ini juga menambahkan daftar panjang korupsi besar yang telah terjadi di Indonesia. Selain itu, kasus -kasus seperti itu hanya menunjukkan bahwa sistem yang buruk untuk pengawasan dan penegakan hukum di Indonesia dalam memberantas korupsi.

Ini tercermin dalam Laporan Internasional Transparansi dalam Korupsi (CPI) dalam indeks yang menunjukkan bahwa korupsi adalah masalah berbahaya di setiap bagian dunia.

Penelitian juga menemukan bahwa korupsi adalah ancaman utama kegiatan iklim. Korupsi telah meningkatkan kemajuan dalam mengurangi emisi dan adaptasi yang pasti berdampak pada pemanasan global.

CPI menempati urutan 180 negara dan wilayah di seluruh dunia berdasarkan persepsi tingkat korupsi sektor publik. Hasilnya diberikan pada skala 0 (sangat korup) hingga 100 (sangat bersih).

Karena Indonesia berada di urutan ke -99 dengan skor (peringkat) 37. Gambar ini menunjukkan bahwa tingkat korupsi di Indonesia tetap relatif tinggi dan membutuhkan lebih banyak perhatian untuk meningkatkan integritas sektor publik.

Meskipun ada beberapa langkah di mana pemerintah dan masyarakat mengatasi korupsi, nilai ini menunjukkan bahwa masih ada banyak tantangan.

 

Dibandingkan dengan negara -negara tetangga, Indonesia berada di posisi yang lebih rendah. Sebagai contoh, Vietnam memiliki nilai CPI 40 dan peringkat 88, yang juga menunjukkan masalah korupsi sektor publik, meskipun sedikit lebih baik daripada Indonesia.

Di sisi lain, Malaysia memiliki nilai CPI 50 dan peringkat 57, yang menunjukkan kemajuan dalam memberantas korupsi di negara ini, meskipun korupsi masih merupakan tantangan.

Sementara itu, Singapura telah melakukannya dengan sangat baik dalam hal mengelola korupsi dengan CPI yang sangat tinggi, yang 84 dan peringkat 3 di dunia.

Negara ini telah lama dikenal karena upayanya yang berat untuk mempertahankan integritas sektor publik dan memberantas korupsi. Singapura adalah contoh yang baik dari kebijakan anti -korupsi yang dapat diterapkan ke negara lain.

 

Indeks Persepsi Korupsi (CPI) yang terdiri dari langkah -langkah internasional transparan di tingkat persepsi korupsi sektor publik di berbagai negara.

CPI tidak hanya mengamati korupsi, tetapi juga lebih fokus pada persepsi dan penilaian tuduhan masyarakat dan internasional mengenai prevalensi praktik korupsi.

Beberapa jenis manifestasi korupsi di sektor publik yang diukur dalam CPI meliputi:

1. Mito (prima mita)

Gangguan adalah salah satu bentuk korupsi yang paling umum. CPI Meri Mito sebagai indikator integritas lembaga pemerintah yang terlibat dalam pembuatan keputusan yang bersih dari intervensi pribadi.

2 Transfer Dana Publik (dana publik yang salah)

Transmisi dana publik yang tidak teratur adalah praktik yang membahayakan negara dan masyarakat. Ini terjadi ketika dana yang akan digunakan untuk penyalahgunaan kepentingan publik atau dialihkan ke kelompok pribadi atau tertentu. CPI telah mencatat bahwa tingkat penyalahgunaan anggaran publik ada di pemerintahan.

3. Penyalahgunaan orang publik untuk keuntungan pribadi (penyalahgunaan fungsi publik untuk citra pribadi)

Ini terjadi ketika pegawai negeri menggunakan pandangan mereka untuk keuntungan pribadi, seperti memperkaya diri mereka sendiri atau kelompok mereka. Dalam CPI, fenomena ini dipertimbangkan ketika menilai keandalan dan integritas pegawai negeri.

4. Kemampuan pemerintah untuk menempatkan korupsi (kesempatan pemerintah untuk mengendalikan korupsi)

Ini berlaku untuk seberapa efektif pemerintah dalam menangani dan mencegah korupsi sektor publik. Kemampuan ini terlibat dalam upaya legislatif dan eksekutif untuk menerapkan kebijakan dan reformasi anti -korupsi yang dapat mengurangi kemungkinan korupsi.

 

5. Birokrasi berlebihan yang meningkatkan peluang korupsi (birokrasi berlebihan yang meningkatkan risiko korupsi)

Struktur birokrasi yang rumit dan tidak efektif sering kali menciptakan peluang bagi korupsi, karena semakin banyak langkah atau negara asing yang terlibat dalam proses administrasi. Ini dapat memfasilitasi praktik korupsi, karena para pejabat dapat menggunakan celah ini untuk mengambil kegiatan yang tidak valid.

6 Annity dalam penunjukan pegawai negeri (nepotisme dalam penunjukan sektor publik)

Persatuan terjadi ketika pegawai negeri menunjuk anggota keluarga atau teman -teman mereka di posisi pemerintah yang penting, terlepas dari kualifikasi. Ini dapat merusak integritas sektor publik dan meningkatkan praktik korupsi.

7.

Negara -negara yang memiliki undang -undang yang mewajibkan pegawai negeri untuk menemukan dana dan potensi konflik kepentingan dapat mengurangi kemungkinan korupsi. CPI mempertimbangkan seberapa besar hukum ini diterapkan dan efektif dalam mencegah perilaku korup.

 

8 Perlindungan Hukum untuk Perlindungan Hukum untuk Pelapor)

Negara -negara yang memiliki mekanisme perlindungan hukum bagi mereka yang melaporkan korupsi biasanya lebih berhasil dalam mengurangi perilaku korup. Perlindungan wartawan memfasilitasi transparansi dan tanggung jawab di sektor publik.

9. Kontrol negara atas kepentingan sempit (kepentingan sempit penangkapan negara)

Kontrol negara bagian dari kelompok atau individu dengan kepentingan ketat yang menggunakan kekuatan untuk manfaat pribadi atau kelompok adalah bentuk korupsi yang sangat merusak. CPI mengukur apakah negara lebih terkontrol oleh elit politik tertentu atau kelompok bisnis yang menjadi kepentingan publik.

10. Akses ke Informasi Publik (Akses ke Informasi Publik)

Keterbukaan dan akses ke informasi publik adalah elemen penting dalam mengurangi korupsi. Negara -negara yang menjamin akses ke informasi publik memberikan pemantauan yang lebih baik terhadap kegiatan pemerintah dan mengurangi peluang korupsi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *