Global

THE NEWS Ini Alasan Kucing Kerap Meracau

thedesignweb.co.id, Jakarta – Kucing mengeluarkan berbagai macam suara untuk berkomunikasi dengan manusia dan hewan di sekitarnya, seperti mengeong dan mendesis. Panggilan yang ditujukan terutama kepada orang-orang adalah panggilan untuk meminta perhatian, misalnya ketika mereka lapar dan ingin makan. Sedangkan mendesis atau menggeram pada kucing atau hewan lain menandakan stres dan permusuhan.

Namun terkadang kucing juga mengeluarkan suara pelan yang unik saat melihat mangsanya. Suara ini disebut gosip atau babu. Namun, mengapa dan untuk tujuan apa mereka mengeluarkan suara tersebut?

Hingga Jumat Live Science (10/11/2024), belum ada penelitian yang meneliti secara langsung perilaku tersebut. Pasalnya, sifat mandiri kucing membuat mereka sangat sulit dipelajari di laboratorium.

Pakar perilaku kucing Mikel Delgado mengatakan: “Sangat sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi (saat kucing menjerit), tapi sepertinya kucing tersebut tidak berkomunikasi dengan kita atau dengan hewan lain.

Namun, pemilik dan peneliti kucing telah menemukan beberapa kemungkinan penjelasan atas suara kucing tersebut.

“Salah satu hipotesisnya adalah (balapan) adalah perilaku yang menandakan rasa frustrasi,” kata Delgado. “Mereka bisa melihat mangsanya, tapi ada penghalang di antara mereka,” lanjutnya. 

Sama seperti manusia yang menggeram atau mendengkur saat sedang kesal, suara yang tidak biasa ini bisa menjadi ekspresi emosi tertentu dari kucing. “Ini tidak berarti bahwa ini merupakan pengalaman negatif,” kata Delgado. “Itu bisa jadi pertanda kecemasan.”

Namun, selain teori tersebut, ada beberapa asumsi lain tentang alasan kucing berbicara.

Gagasan lain mengapa kucing berbicara adalah kucing membuka mulutnya untuk meningkatkan indra penciumannya. 

Jonathan Losos, ahli biologi evolusi di Universitas Washington di St. Louis dan penulis “The Cat’s Meow: How Cats Evolved from the Savannah to Your Couch,” menjelaskan bahwa mungkin saja “(kucing) mencoba membuka dan menutup mulutnya secara paksa. Udara ke dalam organ.” disebut organ vomeronasal atau organ Jacobson.”

Organ sensorik yang terletak di langit-langit mulut kucing ini berfungsi sebagai hidung kedua dan memungkinkan kucing mencium bahan kimia selain yang terdeteksi oleh hidung saja.

Dengan mengarahkan aliran udara ke organ tersebut, paruh kucing dapat membantu kucing memperoleh lebih banyak informasi sensorik tentang lingkungannya. Namun, merancang sebuah penelitian untuk menguji hipotesis ini secara efektif akan sangat sulit.

Penjelasan lain mengenai suara unik ini adalah karena kucing menirunya. Teori ini mendapat banyak dukungan ilmiah karena didasarkan pada penelitian sebelumnya. 

“Beberapa peneliti telah mencatat margai (Leopardus wiedii), kucing liar berbintik kecil dari Amerika Selatan dan Tengah, memanggil kelompok monyet kecil saat berburu,” kata Salmon. 

“Mereka menyatakan bahwa suara tersebut mirip dengan suara kera itu sendiri, dan masyarakat adat setempat mengatakan bahwa predator sering mengeluarkan suara yang mirip dengan mangsanya untuk menarik perhatiannya,” lanjutnya.

Panggilan kucing mirip dengan kicauan burung kecil yang biasa menjadi mangsa kucing peliharaan (Felis catus), sehingga kucing ini mungkin menggunakan suara tersebut untuk menarik perhatian mangsanya.

Namun, selain pengamatan pada kucing liar Margai ini, tidak ada laporan lain tentang perilaku mimikri pada kucing liar, dan bagi salmon, kurangnya informasi tentang keluarga burung yang lebih luas merupakan hambatan nyata untuk mempelajari perilaku ini pada kucing domestik. .

Salmon berkata: “Kebanyakan kucing kecil tidak diteliti dengan baik dan kita hanya mengetahui sedikit tentang mereka, termasuk nenek moyang kucing domestik, kucing liar di Afrika Utara.”

“Kunci untuk memahami kucing domestik adalah dengan lebih memahami kucing liar sehingga kita tahu apakah perilaku ini diwariskan dari nenek moyang mereka atau berevolusi setelah dijinakkan,” ujarnya.

Namun, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung teori ini, dan tidak mudah merancang eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut. “Pertama, Anda harus tahu apa yang membuat mereka marah dan apa yang membuat mereka marah,” kata Delgado. “Tapi yang jelas respons emosional kucing akan lebih sulit ditentukan, dan Anda mungkin harus memasukkan beberapa indikator fisiologis stres, seperti hormon stres.”

Meski alasan mengapa kucing menjerit masih menjadi misteri hingga saat ini, Delgado yakin pemilik kucing sendiri dapat memberikan informasi penting yang dapat membantu mengungkap penyebabnya. “Kita perlu memahami hewan atau mainan apa yang dimainkan kucing dan apakah mereka bermain di luar atau di dalam,” kata Delgado. Dia berkata: “Akan menarik untuk bertanya kepada pemilik kucing apa yang mereka amati dan apakah kucing mereka berbicara.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *