Teknologi

Ini Temuan CISSReC Soal Dugaan Kebocoran Data BKN

LIPUTAN6.com, Jakarta – Tuduhan kebocoran informasi sekali lagi terlihat di kantor pemerintah. Saat ini, otoritas yang diduga terpapar peretasan BKN (Dewan Nasional Negara Swedia) adalah.

Penemuan informasi ini diketahui dari akun unggahan yang disebut Bksadade pada 10 Agustus 759 218 baris berisi banyak informasi.

Beberapa informasi ini adalah nama, tanggal lahir, pendaftaran dibree, pelayan, kantor, nomor telepon, nomor telepon, nomor ponsel, email, pelatihan, alamat, pada gelar.

Selain dokumen itu, ada beberapa dokumen lain dalam bentuk teks biasa dan dokumen yang telah diproses dengan metode kriptografi. Dokumen ini tersedia dengan harga USD 10 ribu.

Akun tersebut juga berbagi informasi tentang struktur 128 ASN dari berbagai organisasi di Aceh. Untuk memastikan hal ini, Cissrec Cyber ​​Security Secadity juga telah mencoba untuk mendapatkan bukti 13 ASN yang namanya terdaftar dalam model data.

Akibatnya, setelah dihubungi di WhatsApp, mereka mengkonfirmasi bahwa informasi itu valid. Namun, ada orang yang bercerita tentang tokoh -tokoh tertulis yang paling baru di bidang NIP dan Nik.

“Tidak ada konfirmasi dari BNK atau pihak lain seperti BSSN dan Fedgman Cissrec Pratgman Persadha pada hari Minggu (2024-11-8).

 

Tetapi menurut Pratama, BNK telah membuat kesepakatan dengan data ASN dan meningkatkan data perlindungan kualitas dan bisnis elektronik pada 3 Oktober 2022.

Namun, MOU hanya berlaku selama satu tahun dan akan berhenti pada Oktober 2023. Belum diketahui apakah BNKTP terhubung ke BSS atau tidak.

“Dengan yang paling aktif

Selain itu, menurut Pratama, aturan ketat harus diterapkan. PSE yang tidak dapat mengendalikan sistem harus dihukum sesuai dengan hukuman hukum, baik PSE publik maupun swasta. Karena jika tidak, PSE tidak akan terpengaruh dan memperkuat sistem keamanan cyber -nya.

 

Dia juga mengatakan sudah waktunya untuk semua kantor pemerintah, dua kantor regional, dua negara di wilayah tersebut untuk menguji sistemnya.

Jadi mereka dapat melihat keamanan sistem itu sendiri, karena peretas melihat sistem di luar sana. Dengan demikian, mereka dapat mengidentifikasi kesenjangan keamanan yang terkandung dalam sistem dan menutup keamanan, sebelum digunakan.

“Tindakan ini tidak dilakukan sekali, tetapi harus dilakukan untuk memastikan keamanan data, jadi kami percaya bahwa keamanan saat ini tidak aman untuk hari berikutnya,” kata Pratama.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *