Ini yang Paus Fransiskus Suka dari Keluarga Indonesia, Bisa Dicontoh Negara Lain
Liputan6.com, Paus Fransiskus merangkum jumlah anak dalam keluarga Indonesia. Ia heran masih banyak keluarga di Indonesia yang memiliki anak hingga empat.
Menurut pria berusia 87 tahun ini, keluarga Indonesia yang masih ingin memiliki anak bisa meniru pasangan di negara lain.
Mendengar keluarga memiliki 3-4 anak adalah contoh yang baik bagi banyak negara, kata Paus Fransiskus pada Rabu, 4 September 2024 di Istana Merdeka saat bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka.
Menurut pria asal Argentina ini, banyak pasangan, terutama di negara maju, yang menahan diri untuk memiliki anak. Lebih banyak pasangan di negara maju memilih untuk memiliki hewan peliharaan dibandingkan anak-anak.
“Banyak pasangan di banyak negara tidak ingin punya anak, tapi punya kucing atau anjing,” kata Paus Fransiskus.
Beliau kemudian melanjutkan dengan membahas bagaimana orang-orang yang beriman kepada nikmat Tuhan dapat memperoleh berkah dengan mempromosikan bisnis mandiri mereka. Sedangkan yang frustasi justru berujung pada kegagalan.
“Ada kalanya keimanan kepada Allah terus-menerus dikedepankan, namun dimanipulasi untuk menciptakan perpecahan dan meningkatkan kebencian dan tidak mendorong perdamaian, akar, dialog, rasa hormat, kerja sama, dan persaudaraan,” ujarnya.
Beberapa negara mengatakan telah terjadi penurunan angka kelahiran. Di China misalnya, dilaporkan penutupan bagian obstetri dan ginekologi di banyak rumah sakit di negara tersebut menyebabkan 1,4 miliar orang.
Penutupan departemen ginekologi dan kebidanan diibaratkan seperti musim dingin di Negeri Tirai Bambu. Tiongkok saat ini sedang berjuang dalam hal perekonomian negaranya.
Rendahnya tingkat kelahiran di negara ini disebabkan karena kaum muda di Tiongkok cenderung menghindari pernikahan dan enggan memiliki anak, yang berarti prospek untuk menghidupkan kembali pertumbuhan penduduk di negara tersebut terlihat suram, menurut laporan Al Jazeera.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, tingkat kesuburan total penduduk Singapura berada di bawah 1,0. Perkiraan awal menunjukkan bahwa tingkat kesuburan total akan turun menjadi 0,97 pada tahun 2023.
Jumlah ini turun dibandingkan rekor sebelumnya yaitu 1,04 pada tahun 2022 dan 1,12 pada tahun 2021 yang dilansir CNA.
Beberapa juga khawatir mengenai biaya membesarkan anak, tekanan untuk menjadi orang tua yang baik atau kesulitan menggabungkan pekerjaan dan keluarga, tambahnya.
Menteri Indranee Rajah juga mencatat bahwa rendahnya tingkat kesuburan di Singapura adalah bagian dari tren global di mana prioritas individu dan norma sosial telah berubah.