Inovasi SGLT-2 Inhibitor Enavogliflozin, Bantu Pasien Diabetes Tipe 2 Keluarkan Glukosa Lewat Urine
thedesignweb.co.id, Jakarta – Pengobatan diabetes melitus tipe 2 sudah menunjukkan kemajuan. Salah satunya adalah pengembangan obat inhibitor Natrium-Glucose Cotransporter-2 (SGLT-2).
Inhibitor SGLT-2 adalah obat yang efektif untuk diabetes melitus tipe 2. Salah satu inhibitor SGLT-2 terbaru adalah Enavogliflozin, inhibitor SGLT-2 pertama yang dikembangkan secara independen dari Korea.
Enavogliflozin bekerja menurunkan gula darah dengan mencegah ginjal menyerap kembali glukosa, yang menyebabkan glukosa dikeluarkan melalui urin.
Mekanisme ini tidak hanya mengurangi beban pada ginjal dan jantung, tetapi juga mengurangi risiko gagal ginjal dan jantung mengeluarkan natrium dan glukosa secara bersamaan.
“Kami sangat senang bisa memperkenalkan pengobatan diabetes yang dikembangkan secara mandiri oleh Daewoong,” ujar Deskhilandi Nugroho, MD., Tim Klinis Global Daewoong Pharmaceutical, di Jakarta Diabetes Meeting (JDM) pada 23 November 2024.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak kelima di dunia. Yaitu 19,5 juta orang dewasa pada tahun 2021 dengan angka prevalensi 10,8 persen dan diperkirakan meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2045.
“Enavogliflozin, dengan dosis serendah 0,3 mg – kurang dari 1/30 inhibitor SGLT-2 yang ada – telah menunjukkan kemanjuran yang sama atau bahkan lebih tinggi. “Obat ini lebih baik daripada dapagliflozin, inhibitor SGLT-2 pertama di dunia. ucap pria yang akrab disapa Desky itu.
Indikator utama manajemen diabetes menunjukkan perbaikan yang signifikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang menggunakan enavogliflozin.
Indikator terpenting penatalaksanaan diabetes meliputi kadar glukosa plasma puasa (fasting plasma glucose), hemoglobin terglikasi (HbA1c), ekskresi glukosa dalam urin (laju ekskresi glukosa urin), dan indeks resistensi insulin (HOMA-IR).
Setelah 24 minggu pengobatan, 78,1 persen pasien yang menggunakan enavogliflozin mencapai tingkat HbA1c di bawah 7 persen, dibandingkan dengan 65,7 persen pasien yang menggunakan dapagliflozin. Enavogliflozin juga lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah puasa dan meningkatkan ekskresi glukosa urin sebesar 31 persen, dengan peningkatan resistensi insulin hampir 60 persen.
Berdasarkan hasil baik dari Enavogliflozin, CEO Daewoong Pharmaceutical, Seongsoo Park berharap dapat memberikan pilihan pengobatan yang sangat baik bagi pasien diabetes tipe 2 di Indonesia.
“Kami terus berkolaborasi dengan para ahli ternama di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk mendorong adopsi Enavogliflozin sebagai pengobatan diabetes terbaru,” jelas Seongsoo Park.
Selama dua dekade, Seongsoo Park telah melihat Indonesia tidak hanya sebagai pasar internasional, tetapi juga sebagai mitra kerja sama penting bagi pembangunan sejak pembukaan cabangnya di Jakarta pada tahun 2005.
Pada tahun 2009, Daewoong mulai menawarkan program beasiswa dan magang bagi mahasiswa di berbagai universitas di Indonesia.
Pada tahun 2012, Daewoong mendirikan fasilitas biofarmasi pertama di Indonesia, Daewoong Infion, yang memfasilitasi transfer teknologi untuk produksi biofarmasi dan menyediakan perawatan seperti eritropoietin (EPO) untuk anemia dan faktor pertumbuhan epidermal (EGF) untuk ulkus kaki diabetik.
Selain itu, sejak tahun 2018, Daewoong telah memperluas infrastruktur penelitiannya dengan membuka tiga laboratorium: Pusat Penelitian Bioteknologi pada tahun 2022 Universitas Indonesia (UI) Laboratorium Sistem Pengiriman Obat Daewoong (DDS) Pusat Bio Analytics di Institut Teknologi Bandung. (ITB), dimulai pada Juni 2024.
Selain itu, Daewoong telah bekerja sama dengan ahli gastroenterologi terkenal sejak Agustus untuk memimpin uji klinis pengobatan GERD dengan Fexuprazan.