Lifestyle

Integrasi BGCE dan Penerapannya dalam Pariwisata Ramah Lingkungan dengan Mengadopsi Artificial Intelligence

thedesignweb.co.id, Jakarta – Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) menunjukkan tren positif pada paruh pertama tahun 2024. Kegiatan ini diprediksi akan meningkat jika Indonesia mencapai pariwisata berkelanjutan. 

Bertambah pada Januari hingga Agustus 2024 mencapai 9,09 juta atau meningkat 20,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan selain wisatawan nusantara periode Januari-Agustus 2024, jumlah wisatawan nusantara mencapai 5,99 juta orang. Angka tersebut meningkat 19,20 persen dibandingkan periode yang sama.

Peningkatan tersebut diperkirakan akan terus terjadi seiring dengan perlunya pariwisata berkelanjutan sebagai masa depan sektor pariwisata, kata Menteri Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi dan Teknologi (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno yang hadir secara online di Indonesia. Seminar Pariwisata 2025 di Jakarta Pusat, Kamis, 10 Oktober 2024. 

Menurut Sandiaga, hal tersebut akan berjalan seiring dengan revolusi digital dunia yang harus dirangkul oleh para pelaku pariwisata Indonesia. Ia juga mendorong seluruh aspek Pentahelix yaitu: akademisi, bisnis, masyarakat, pemerintah, dan media untuk bekerja sama mengembangkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.

Hal ini penting, kata Sandiaga Uno, karena tren pariwisata terus mengarah pada pariwisata yang cenderung personal, customized, localized, dan berskala kecil. “Integrasi konsep Blue-Green-Circular Economy (BGCE) dan teknologi AI untuk menciptakan pariwisata ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan harus dilakukan sejak dini,” pungkas pria yang akrab disapa Sandi ini.

 

Laporan World Economic Forum (WEF) yang dirilis pada 21 Mei 2024 menunjukkan Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan kinerja TTDI terbaik mulai tahun 2019 dengan peningkatan poin sebesar 4,5 persen. Indonesia saat ini berada di peringkat 22 dari 119 negara di atas Belgia, peringkat 6 Asia-Pasifik, dan peringkat 2 ASEAN.

“Keberhasilan ini merupakan hasil kolaborasi pentahelix seluruh pemangku kepentingan di bidang pariwisata,” kata Sandiaga Uno.

Oleh karena itu, lanjut Sandiaga, tidak ada kata tidak menerima teknologi Artificial Intelligence (AI) sebagai salah satu revolusi digital saat ini. Dengan demikian, konsep ekonomi berkelanjutan yang mencakup Ekonomi Hijau, Ekonomi Lingkungan, dan Ekonomi Sirkular juga menjadi penting.

Sementara itu, Direktur Kajian Teknik Departemen Pariwisata dan Ekonomi Teknis Ibu Agustini Rahayu yang sekaligus menjadi narasumber menyampaikan bahwa dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, Pengembangan kawasan pariwisata berkualitas dilakukan seiring dengan pemilihan pasar yang sedang mengembangkan pariwisata berkelanjutan dan terbarukan.

“Hal ini untuk meningkatkan pariwisata yang ditujukan pada Blue, Green, dan Circular economy. Termasuk pembangunan infrastruktur hijau pada infrastruktur utama dan penunjang pariwisata serta peningkatan sumber daya manusia (SDM),” jelas Ayu seraya menambahkan implementasi Kebijakan BGCE memiliki banyak cara untuk pariwisata berkelanjutan. . 

 

Lebih lanjut Agustini menyampaikan bahwa BGCE mempunyai tantangan, yaitu belum banyak pemangku kepentingan pariwisata yang konsisten menjalankan kegiatan BGCE. Selain itu, belum banyak pemangku kepentingan pariwisata yang mengukur aktivitasnya berdasarkan BGCE.

Namun pelaksanaannya sudah memiliki peraturan yang jelas. Peraturan sebagai landasan pelaksanaan BGCE sangat diperlukan untuk memudahkan pencapaian tujuan. Meski demikian, tetap perlu dilakukan upaya penyempurnaan terhadap regulasi yang ada, khususnya Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Profesi Nomor 9 Tahun 2021 agar bisa lebih memenuhi regulasi BGCE. 

Prinsip pariwisata berkelanjutan juga tertuang dalam Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2021 tentang Program Penilaian Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ada pula Perpres Nomor 83 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Laut. 

Agustini menambahkan, pariwisata berkelanjutan dapat dicapai melalui regulasi yang mendukung, edukasi dan kesadaran masyarakat, kolaborasi dengan pemangku kepentingan, dan dukungan finansial. Tidak ada yang lebih penting daripada meningkatkan kapasitas SDN, produktivitas atau transparansi destinasi, menjamin keselamatan, memberdayakan masyarakat lokal, perlindungan lingkungan yang komprehensif, dan penegakan hukum dan peraturan.

Jika BGCE sendiri lebih luas maka ekonomi hijau akan fokus pada konservasi ekonomi dan lingkungan dalam konteks wilayah laut dan pesisir. Kemudian ekonomi hijau akan menekankan pada ekonomi, alam, dan kepedulian.

Kemudian ekonomi sirkular akan mengutamakan kegiatan ekonomi dan kelestarian lingkungan melalui penggunaan proses dan sirkulasi material guna meningkatkan fungsi ekosistem dan kesejahteraan manusia. Saat ini, meski minat wisatawan terhadap pariwisata berkelanjutan sudah terlihat dan baik, lanjut Agustini, isu keberlanjutan itu sendiri belum masuk akal bagi masyarakat, khususnya dunia usaha.

Dikatakannya, pariwisata itu benar-benar industri yang memanfaatkan apa yang sudah ada, sehingga kedepannya bisa terus berjalan, destinasinya harus dilestarikan. “Tempat yang dituju sudah diberikan, jadi bagaimana pengelolaannya, harus ditingkatkan kewaspadaannya,” jelas Ayu lagi.

Guru Besar Universitas Udayana Bali, I Nyoman Sunarta, mengatakan penerapan isu keberlanjutan di setiap destinasi pariwisata akan berbeda-beda. Seperti halnya Bali, menurutnya, tindakan tersebut terlambat dilakukan karena sebagian besar alam sudah rusak sejak adanya pariwisata massal di pulau tersebut. Sementara beberapa tempat seperti Banyuwangi dan Labuan Bajo hanya sekedar dinikmati wisatawan yang datang dan bisa dilestarikan alamnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *