Saham

Investor Asing Cetak Aksi Beli di Tengah Potensi Penurunan Suku Bunga, Saham-Saham Ini Dapat Dilirik

thedesignweb.co.id, Jakarta – Uang investor asing mulai mengalir ke pasar modal Indonesia. Selain itu, Analis Ekuitas Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani menyebutkan sentimen lain yang perlu diperhatikan pada minggu ini, yaitu inflasi tahunan AS pada bulan Agustus dan PPI bulanan AS (Agustus) dan PPI bulanan AS (Agustus).

Pekan lalu, investor asing dikabarkan mencatatkan aliran masuk ke IHSG senilai Rp 3,4 triliun dari pasar umum. Jumlah nosional tersebut tergolong besar menurut standar historis dan pembeliannya tersebar di beberapa saham penting bagi IHSG seperti BMRI, BBNI, dan BBRI.

Menariknya, investor asing mulai terus membeli IHSG sejak Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi underweight pada Juni lalu.

“Secara historis, ketika investor asing mulai mencatatkan arus masuk dalam jumlah besar ke IHSG, ini menunjukkan tren yang meningkat,” kata Dimas dalam keterangan resmi, Senin (9 September 2024).

Data yang ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar dan Federal Reserve terkait sentimen inflasi tahunan AS bulan Agustus akan dirilis Rabu ini. Inflasi tahunan di Amerika Serikat pada bulan Agustus diperkirakan meningkat kurang dari 2,6% dibandingkan bulan sebelumnya (2,9%).

Dimas mengatakan, data yang dirilis Rabu ini, jika sesuai dengan konsensus, kemungkinan besar akan menjadi katalis positif bagi pasar karena pencapaian inflasi tahunan pada Agustus semakin mendekati target The Fed sebesar 2%.

Namun jika inflasi terlalu lemah di bulan Agustus, hal tersebut akan meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap perlambatan perekonomian AS, kata Dimas.

 

Terakhir, sidang bulanan PPI AS (Agustus). Data inflasi produsen AS juga akan dirilis pada hari Kamis. PPI bulanan AS untuk bulan Agustus diperkirakan sebesar 0,2%, naik dari 0,1% pada bulan sebelumnya.

Indikator ini juga digunakan oleh Federal Reserve ketika mempertimbangkan keputusan suku bunga.

Dia menjelaskan, “Evaluasi pelaku pasar terhadap data ini setara dengan inflasi tahunan dari sudut pandang konsumen,” dan menambahkan, “Jika data yang dirilis pada hari Kamis terlalu rendah, kekhawatiran terhadap melemahnya kondisi ekonomi AS akan meningkat.”

Berkaca dari rilis data perekonomian, PT Indo Premier Sekuritas mengungkap saham-saham yang menarik untuk diwaspadai pada 9-13 September 2024.

1. Beli saat breakout BBNI (support 5550, resistance 6000). Breakout resistance emiten ini dibarengi dengan peningkatan volume perdagangan yaitu Teori Dow, dimana volume mengkonfirmasi tren/harga saham. Masuknya dana asing ke BBNI pada pekan lalu juga kemungkinan akan mendorong kesinambungan kekuatan BBNI.

2. Beli PANI (Support 7.300, Resistance 8.200) Federal Reserve diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga mulai 18 September, memberikan sentimen positif bagi sektor real estate. PANI mempertahankan tren kenaikannya setelah menembus resistance di 6.300, level support terdekat di level 7.300-7.400.

3. Beli saat BREN turun (support 10.300, resistance 11.300) Aliran masuk modal asing berasal dari luar saham-saham bank besar, investor asing mencatatkan aliran masuk ke saham BREN sebesar Rp 247 miliar. Emiten ini terus membentuk nilai tertinggi yang lebih tinggi dan nilai terendah yang lebih tinggi, mempertahankan level 10,700 sebagai area support, yang merupakan area support historis Fibonacci.

 

Penafian: Semua keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis saham sebelum membeli atau menjualnya. thedesignweb.co.id tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu ditutup pada level 7.722 atau naik 0,67%. IHSG kembali mencatatkan rekor tertinggi pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat 6 September 2024.

Jika level 7.600 bisa dijadikan area support, maka IHSG kemungkinan besar akan terus menguat menuju level 7.900-8.000.

Menurut Dimas, penguatan pasar pada pekan lalu ditopang oleh dua saham unggulan terbesar yakni IDX Financials dan IDX Healthcare. IDX Financials naik 4,26% dan IDX Healthcare naik 2,33%, namun masih ada dua penurunan besar: IDX Basic Materials dan IDX Energy.

BEI Bahan Dasar turun 2,10% dan IDX Energi turun 0,68%. Dimas merinci pada pekan lalu, ada tiga sentimen yang mempengaruhi IHSG: inflasi tahunan Indonesia pada Agustus, PMI manufaktur AS pada Agustus, dan non-farm payrolls pada Agustus.

Terkait inflasi tahunan Indonesia bulan Agustus, Senin lalu BPS merilis data inflasi tahunan Indonesia bulan Agustus 2024 yang menunjukkan inflasi tahunan di bawah 2,12% dibandingkan bulan sebelumnya (2,13%). Jika dilihat dari laju inflasi tahunan sejak bulan Maret tahun ini, terlihat trennya mengalami penurunan.

“Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat mengalami penurunan pada periode tersebut. Namun kinerja tersebut sejalan dengan target inflasi tahunan yang ditetapkan Bank Indonesia pada tahun 2024 yaitu 2,5% plus minus 1,” kata Dimas.

Selain itu, sentimen PMI manufaktur AS pada Agustus 2024, sehari setelah rilis sentimen pasar di AS, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, mencapai level 47.2 (dibandingkan 46.8 pada Juli). 2024).

 

 

Namun demikian, ketika data ini diketahui, pelaku pasar bereaksi negatif, dan indeks Wall Street anjlok pada tanggal 3 September. Salah satu alasannya adalah kekhawatiran pelaku pasar terhadap krisis ekonomi di Amerika Serikat bahkan kemungkinan resesi kembali menjadi berita utama dalam waktu dekat.

Penting untuk dicatat bahwa jika PMI manufaktur turun di bawah 50, sektor manufaktur negara tersebut akan mengalami kontraksi.

Sebaliknya jika indikatornya melebihi level 50 maka sektor manufaktur akan mengalami ekspansi, jelas Dimas.

Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan pada Jumat lalu sehubungan dengan sentimen ketenagakerjaan non-pertanian di bulan Agustus bahwa permintaan tenaga kerja di bulan Agustus hanya sebesar 89,000, mencatat tambahan permintaan tenaga kerja lebih dari 142,000 pekerja dibandingkan bulan sebelumnya.

Namun, kinerja bulan Agustus ini masih belum mencapai target tambahan 160.000 pekerja yang disepakati. Pelaku pasar melihat indikator ini konsisten dengan data PMI AS dan khawatir bahwa perekonomian AS akan melambat karena jumlah staf yang kurang dari perkiraan.

“Hal ini juga menimbulkan pertanyaan apakah The Fed akan terlambat dalam melakukan penurunan suku bunga baru pada bulan ini, mengingat data tersebut,” kata Dimas.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *