Saham

Jawab Tantangan Industri Kesehatan, KAEF Gencarkan Riset dan Kembangkan Produk Baru

 

thedesignweb.co.id, Jakarta PT Kimia Farma Tbk (KAEF) terus melakukan penelitian dan pengembangan produk farmasi inovatif untuk mendukung pemerintah dalam meningkatkan kemandirian dan keberlanjutan kesehatan nasional. Hal ini sejalan dengan pilar pertama fleksibilitas obat dan alat kesehatan yang dicanangkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Alchemy Pharma saat ini sedang menjalani restrukturisasi portofolio produknya, yang secara tidak langsung merupakan bagian dari perubahan “wajah” Alchemy Pharma sebagai sebuah perusahaan. Alchemy Pharma adalah perusahaan obat generik yang besar. Saat ini, Kimia Pharma telah menjadi perusahaan yang fokus pada inovasi dalam penelitian dan pengembangan produk.

Selain mengembangkan teknologi kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup, Chemia Pharma juga memelopori pengembangan terapi masa depan (advanced terapeutiks), seperti produk berbasis sel atau sel.

Baru-baru ini, fasilitas manufaktur sel Kimia Farma yang bekerja sama dengan RSCM mendapatkan sertifikasi Cara Kefarmasian yang Baik (CPOB) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Hal ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan yang mengutamakan mutu, keamanan, dan mutu produk yang dihasilkannya.

Menanggapi tantangan tren medis di Indonesia, Kimia Pharma telah mengembangkan serangkaian produk baru. Pengembangan Meto Medicine (Meto Medicine) yang pertama merupakan upaya perusahaan untuk menghasilkan obat yang berkualitas tinggi. Obat mitu adalah obat yang hak patennya telah habis masa berlakunya dan diproduksi serta dijual oleh perusahaan farmasi lain.

Selain itu, Kimia Pharma juga menjalin kerja sama dengan mitra strategis dalam dan luar negeri untuk mendukung penelitian dan inovasi yang sedang berjalan.

“Kami melihat salah satu kunci inovasi adalah melalui kolaborasi lintas industri untuk membangun ekosistem layanan kesehatan yang lebih kuat. Kimia Pharma mendukung setiap kemitraan strategis,” kata Asmamin K. Carsono, Portfolio Director, Products & Services.

Kimia Pharma mendukung pemerintah dalam memerangi tuberkulosis, dimana tuberkulosis merupakan penyakit terbanyak kedua di dunia. Perusahaan berkolaborasi dengan mitra internasional untuk mengembangkan alat pengujian guna mendukung diagnosis TBC dan memperluas diagnosis TBC di seluruh wilayah.

“Pengembangan produk awal, terapi produk sel dan kolaborasi dengan mitra strategis merupakan upaya Kimia Farma untuk menjadi perusahaan kesehatan terkemuka yang memproduksi obat-obatan berkualitas tinggi dengan harga terjangkau bagi masyarakat Indonesia,” ujarnya. Harapannya, Kimia Farma dapat terus mendukung keberlanjutan kesehatan nasional untuk mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045. “

PT Kimia Farma Tbk (KAEF) berencana menutup 5 pabrik. BUMN telah memanggil petugas khusus hingga Menteri Arya Senulin untuk mendapatkan hak para pekerja Kimia Farma yang terdampak.

“Pendekatan kami, bagaimanapun caranya, harus menjadi win-win solution bagi Kimia Farma dan karyawannya,” ujarnya. Dia menjelaskan, keputusan menutup 5 pabrik Kimia Farma bukanlah hal yang mudah. Namun, pengusaha harus mencari solusi terbaik.

“Mau tidak mau, harus ya? Karena pabriknya tutup tentu masih ada lagi, tapi mereka harus memilih, tidak bisa atau tidak,” ujarnya. Kapasitas pabrik besar

Arya mengatakan, kapasitas pabrik Kimia Farma saat ini sangat besar. Pada saat yang sama, 10 pabrik sedang beroperasi sehingga memberikan tekanan pada biaya.

Seperti diketahui, penggunaan tanaman obat kimia masih sangat rendah. Data perusahaan menyebutkan, pabrik tersebut baru terpakai 40 persen.

“Ya, itu bukan kekuatan, bukan, itu kekuatan.”

Eric Toher dari staf khusus juga mengemukakan kemungkinan pabrik itu bisa ditutup atau dijual ke pihak lain. Sejauh ini, belum ada keputusan konkrit mengenai rencana tersebut.

 

Diberitakan sebelumnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) berencana mengurangi jumlah pabrik guna meningkatkan efisiensi bisnis. Saat ini Kimia Farma mengoperasikan sekitar 10 pabrik dan kemudian dikurangi menjadi hanya 5 pabrik. Lalu apa yang terjadi pada stafnya?

Direktur Manufaktur dan Rantai Pasokan Kimia Farma Hadi Karduku mengatakan perampingan pabrik merupakan langkah rasionalisasi fasilitas produksi. Kami berharap dapat menghidupkan kembali perusahaan melalui penghematan biaya dan restrukturisasi bisnis.

“Tentunya langkah ini merupakan salah satu langkah dalam tiga tantangan, restrukturisasi bisnis, restrukturisasi keuangan, dan efisiensi. Jadi, salah satu cara untuk mencapai efisiensi tentu saja dengan produksi kami. Rasionalisasi fasilitas. Kami memiliki 10 fasilitas produksi, kami akan meningkatkannya menjadi 5″ – katanya. (26/6/2024) dikutip.

Tujuan utama pengurangan 5 pabrik tersebut adalah untuk meningkatkan profitabilitas pabrik yang tersisa. Diperkirakan keuntungan hanya 40 persen jika 10 pabrik sudah beroperasi. Namun, dengan beroperasinya 5 pabrik, utilisasi kemungkinan akan semakin meningkat.

Di sisi lain, jumlah pabrik yang lebih sedikit juga dapat menurunkan biaya operasional suatu perusahaan. Pertimbangkan semua biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan setiap pabrik.

Jadi ke depan, melihat kinerja kemarin, kekuatan kita hari ini ya, tiga perubahan kita kurang dari 40 persen, ujarnya.

“Dengan demikian, setelah kontrak ini dilaksanakan, efisiensi kami akan meningkat lebih dari 40 persen dan efisiensi prosesnya juga akan lebih baik,” ujarnya.

 

Ia juga mengatakan ada kemungkinan sebagian pekerja akan di-PHK karena sepinya pabrik. Namun, meski secara angka, dia mengaku tetap mempertimbangkan dampaknya bagi semua pihak.

“Tentu saja, kami khawatir apakah akan ada dampak nyata terhadap keadilan karyawan.”

Hadi memastikan perseroan akan memenuhi kewajibannya terhadap karyawan yang terkena dampak PHK selama ini.

Oleh karena itu, Kimia Farma akan menjaga hak-hak karyawannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait, ini adalah tugas kita dalam hal ini, ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *