Jurus Pemerintah Lepas dari Jebakan Penjualan 1 Juta Unit Mobil Baru di Indonesia
thedesignweb.co.id, Jakarta – Jebakan satu juta unit atau jebakan satu juta penjualan mobil baru di Indonesia masih menjadi kewajiban produsen mobil Tanah Air. Jebakan ini sudah terjadi dalam satu dekade terakhir.
Meski demikian, penjualan mobil masih tercatat baik, terutama yang memasuki era elektronik. Meski pada tahun 2024 pasar roda empat mengalami penurunan yang cukup tajam, sehingga Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target penjualannya dari 1,1 juta menjadi 850 ribu unit pada tahun 2024.
Menurut Ekko Harjanto, Wakil Menteri Pembangunan Industri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, ada beberapa cara untuk mengatasi permasalahan sejuta dolar tersebut, seperti pengembalian pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). ).
“Pemerintah memberikan keringanan PPnBM untuk beberapa kendaraan, terutama yang ramah lingkungan seperti Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) dan Battery Electric Vehicle (BEV). Langkah ini diharapkan bisa menurunkan harga jual sehingga bisa dibeli. .
Saat ini, Pemerintah juga telah memberikan beberapa alasan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), untuk mendorong penjualan kendaraan nasional, seperti PPnBM, pajak kendaraan impor 0 persen dengan melibatkan perakitan lokal, dan tunjangan pajak. ., “tegasnya. Gema.
Kemudian, menurut Ekko, Pemerintah ingin menggalakkan produksi mobil yang menggunakan energi dan murah (Low Cost Green Cars/LCGC) untuk memenuhi kebutuhan kelas menengah. Model LCGC diharapkan dapat memperluas basis pelanggan mobil di Indonesia.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Mobil Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, setiap produsen mobil harus meningkatkan produksinya, termasuk mobil listrik, hybrid, biofuel, serta berbagai jenis mobil terjangkau.
Tak hanya itu, pabrikan juga didorong untuk memproduksi mobil yang sesuai dengan kebutuhan pasar di luar Pulau Jawa yang pertumbuhannya semakin meningkat, jelas Kukuh.
Berdasarkan tren saat ini menunjukkan adanya perubahan permintaan mobil dari Jawa-Bali ke luar Pulau Jawa. Pangsa pasar di luar Pulau Jawa meningkat dari 38% pada tahun 2019 menjadi 62% pada tahun 2024. Hal ini akan memberikan peluang besar bagi produsen untuk meningkatkan distribusi dan memasuki wilayah yang belum tercadangan.