Kanker Otak: Penyebab, Jenis, Faktor Risiko hingga Penanganan Terkini
thedesignweb.co.id, Jakarta Kanker otak tergolong jarang terjadi dibandingkan jenis kanker lainnya, namun tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia. Salah satu selebriti yang kita kenal yang berjuang melawan kanker otak adalah entertainer Agung Hercules.
Apa itu kanker otak?
Tumor otak adalah pertumbuhan sel abnormal pada jaringan otak yang menyebabkan kanker. Kehadiran sel kanker memberi tekanan pada jaringan otak sehingga menimbulkan gejala seperti sakit kepala, mual, dan gangguan keseimbangan.
Mengenai jenisnya, dokter bedah saraf Veenoman Gunawan mengatakan tumor otak secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Tumor otak primer: Timbul dari otak atau jaringan di sekitarnya, seperti glioma, meningioma, atau medulloblastoma, dan bisa jinak atau ganas tergantung jenisnya.
2. Tumor otak sekunder (metastatik): Kanker yang menyebar ke otak dari organ lain seperti paru-paru, payudara, atau kulit (melanoma) dan hampir selalu berakibat fatal.
Banyak orang bertanya-tanya tentang penyebab kanker otak. Sayangnya, penyebab pasti kanker otak masih belum diketahui sepenuhnya.
Namun, ada beberapa faktor risiko yang diduga meningkatkan kemungkinan terkena kanker otak, seperti:
1. Faktor genetik
Dokter asal RS Bethsaida Gading Serpong ini mengungkapkan, faktor genetik berperan penting terhadap risiko kanker otak. Beberapa orang memiliki mutasi genetik atau riwayat keluarga yang meningkatkan risiko kanker otak. Ini termasuk: Sindrom genetik tertentu: Orang dengan neurofibromatosis tipe 1 dan 2, sindrom Li-Fraumeni, sindrom Turcot, dan sindrom Gorlin memiliki peluang lebih tinggi terkena tumor otak dibandingkan populasi umum. Sejarah keluarga. Sekitar 5-10%, memiliki riwayat keluarga dapat meningkatkan risiko.
Selain faktor genetik, lingkungan juga meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini:
1. Paparan Radiasi: Radiasi pengion telah terbukti meningkatkan risiko tumor otak primer seperti glioma. Orang yang menjalani terapi radiasi di kepala berisiko lebih tinggi terkena glioma dan meningioma.
2. Paparan bahan kimia: Meski penelitian belum memberikan bukti yang meyakinkan, bahan kimia tertentu seperti pestisida, pelarut, dan bahan kimia industri diduga berperan dalam meningkatkan risiko kanker otak.
3. Faktor lain: Beberapa penelitian telah mencoba menghubungkan polusi udara dengan risiko kanker otak, namun buktinya terbatas dan tidak meyakinkan.
Wienorman mengatakan banyak kasus kanker otak tidak terdeteksi hingga pasien mengalami gejala. Itulah mengapa penting untuk mengenali gejala awal kanker otak dan segera mencari pertolongan medis, kata Wienorman.
Saat pasien mengunjungi dokter, hal pertama yang dilakukan dokter adalah menanyakan secara detail gejala yang dialaminya serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.
“Jika dicurigai adanya kanker otak, dokter akan merekomendasikan beberapa tes khusus untuk memastikan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab gejala lainnya,” kata Wienorman.
Di RS Bethsaida Gading Serpong, tempat Wienorman berpraktik sehari-hari, deteksi dini kanker otak dapat dilakukan dengan serangkaian pemeriksaan, seperti: Imaging (MRI dan RT scan): pemindaian untuk mendapatkan gambaran otak secara detail dan mendeteksi kanker. EEG: Digunakan untuk merekam aktivitas otak melalui elektroda di kulit kepala jika pasien mengalami kejang. Angiografi serebral: Pencitraan menggunakan sinar-X dan pewarna kontras untuk memeriksa aliran darah ke tumor. Fungsi: Mengambil sampel cairan serebrospinal untuk memeriksa tanda-tanda kanker. Biopsi jarum stereotaktik: Untuk tumor di area sensitif atau sulit dijangkau untuk mengumpulkan sampel jaringan.
Setelah serangkaian pemeriksaan dilakukan dan hasilnya positif kanker otak, maka perlu segera mendapat pengobatan yang tepat.
“Kombinasi deteksi dini dan pendekatan pengobatan yang tepat dapat meningkatkan peluang kesembuhan,” kata Wienorman.
Pengobatan kanker otak tergantung pada jenis, lokasi, ukuran dan kesehatan pasien.
Pendekatan utama terhadap kanker otak meliputi: Pembedahan: mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak yang sehat. Terapi radiasi: Sinar berenergi tinggi digunakan untuk membunuh atau memperlambat sel kanker. Kemoterapi: Pemberian obat untuk membunuh sel kanker atau memperlambat pertumbuhannya. Terapi bertarget: Digunakan obat yang secara khusus menargetkan sel kanker dengan efek minimal pada sel normal. Imunoterapi: Merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Setiap pasien akan menerima pengobatan yang disesuaikan dengan situasi spesifik mereka, dengan tujuan memperlambat perkembangan kanker, menghilangkan gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Direktur RS Bethsaida Gading Serpong, Pitono menjelaskan, rumah sakit tersebut memiliki klinik bedah saraf dengan fasilitas dan layanan khusus yang dirancang untuk menangani berbagai kondisi saraf, termasuk kanker otak.
“Mulai dari diagnosis hingga pengobatan, kami berkomitmen memberikan pendekatan holistik dan dukungan tim ahli untuk memberikan kenyamanan maksimal kepada pasien kami,” kata Pitono.