Regional

Kapal Dali Penabrak Jembatan di Amerika Lintasi Selat Sunda, Dikawal 2 Tugboat

Liputan6.com, Cilegon – Kapal barang Dali yang menabrak Jembatan Francis Scott Key di Baltimore, Maryland, AS pada Selasa 26 Maret 2024, melewati perairan Selat Sunda pada 29 Oktober 2024.

Kapal Dali menjemput dua kapal PT Pelabuhan Cilegon Mandiri (PCM) dari Samudera Hindia, kemudian melintasi Selat Sunda dan menuju Laut Jawa.

Dua kapal tunda PCM ditugaskan untuk membuka jalan agar tidak bertabrakan dengan kapal lain di Selat Sunda, selama 42 jam.

“Dia masuk dari Samudera Hindia, kita bawa keliling Samudera Hindia, kita kawal hingga keluar dari Selat Sunda dan sampai di Laut Jawa,” kata Eko Didik Harnoko, Direktur Operasi (Dirops) PT PCM, Senin. .

BUMD Pemerintah Kota Cilegon memanfaatkan Gunung Batur dan Gunung Cipala saat menemani pesawat Dali. Keduanya berkomunikasi dengan menara VTS di Pelabuhan Merak dan KSOP Banten untuk bisa melewati Selat Sunda dengan aman.

Dimana, ketika kapal sepanjang 289 meter menabrak Jembatan Francis Scott Key di Baltimore, Maryland, AS, pada Selasa 26 Maret 2024 sehingga menyebabkan kerusakan sebagian besar jembatan dan ambruk ke Sungai Patapsco. .

Penyebab kereta menabrak jembatan karena Dali mengalami mati listrik sehingga tidak banyak yang bisa dilakukan awak kapal untuk mengubah jalur atau menghentikan kereta barang.

Salah melewati perairan Selat Sunda, kapal Dali tak berlabuh untuk menghentikan lajunya.

Selain untuk menghindari tabrakan dengan kapal lain, awak kapal juga belum pernah melewati Selat Sunda sehingga memerlukan bimbingan dan pengawalan.

“Di depannya tidak ada jangkarnya, mungkin kemarin kecelakaan. Bukit kita di depan, jelas,” ujarnya.

Media lokal melaporkan enam pekerja jembatan yang berkewarganegaraan Meksiko, Guatemala, Honduras, dan El Salvador termasuk di antara korban. Menurut laporan, seluruh 22 awak kapal tidak mengalami luka serius.

Runtuhnya jembatan sejak dibuka 47 tahun lalu telah menyebabkan banyak warga kota, termasuk Gubernur Moore, berada dalam kekacauan. Karena sekitar 30.000 warga Maryland melintasi jembatan setiap hari.

Belakangan, pengadilan di Amerika Serikat mendenda perusahaan pelayaran tersebut sekitar Rp 1,5 triliun. “Mungkin dari Baltimore mau ke mana, mungkin ke China atau Korea ke pelabuhan (untuk perbaikan),” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *