Kebo Giro: Gending Sakral Warisan Sunan Kalijaga dalam Prosesi Temu Panggih
thedesignweb.co.id, Yogyakarta – Di Jawa, musik tradisional tidak hanya sekedar hiburan. Namun juga mempunyai nilai luhur dan makna yang dalam. Salah satu yang paling luar biasa adalah Gending Kebo Giro, sebuah musik warisan ciptaan Sunan Kalijaga, salah satu anggota Walisongo yang terkenal dengan kearifannya dalam menyebarkan Islam melalui sarana budaya.
Menurut akun Tiktok @seputarjawaa Gending, Kebo Giro dikenal sebagai lagu termahal di Pulau Jawa. Bukan karena nilai materinya, tapi karena kekhidmatannya dan momentumnya yang luar biasa. Jenis kelamin ini mempunyai tempat khusus dalam upacara pernikahan adat Jawa. Hal ini terutama terjadi pada prosesi Temupangih. Inilah saat sakral bertemunya calon pengantin setelah akad nikah yang dihadiri ibu dan ayah.
Keindahan Gending Kebo Giro tidak hanya terletak pada melodi yang dibawakannya. Namun juga makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Dari sudut pandang Islam Nama ini memiliki akar yang dalam ‘Hubbu’ yang berarti cinta dan kasih sayang dipadukan dengan ‘ghirah’ yang berarti unsur spiritual yang menopang kehidupan.
Perpaduan kedua kata ini melambangkan pertemuan cinta dan hasrat yang mendalam. Dipilihnya Gending Kebo Giro dalam parade pangih bukan tanpa alasan.
Musik dipercaya mampu menciptakan suasana khusyuk. dan sekaligus melambangkan kesatuan dua jiwa yang bersatu dalam pernikahan. Momen ini sangat berarti karena menandai awal perjalanan pasangan baru menikah dalam membangun keluarga dengan cinta dan pengabdian.
Peninggalan Sunan Kalijaka ini menjadi bukti nyata bagaimana Walisongo berhasil memadukan nilai-nilai Islam dengan kearifan lokal Jawa. Gending Kebo Giro bukan sekadar pertunjukan dengan pesta adat. Namun juga sebagai sarana untuk mempelajari makna cinta dan pernikahan dalam konteks budaya Jawa dan Islam.
Keberadaan Gending Kebo Giro hingga saat ini menunjukkan bahwa karya musik tradisional mampu bertahan dalam ujian zaman. Masih relevan dan bagaimana terus menginspirasi dari generasi ke generasi Kita diingatkan akan pentingnya keseimbangan cinta, kasih sayang dan komitmen untuk membangun pernikahan melalui stres.
Pengarang : Ade Yofi Feidzun