THE NEWS Kemenkes RI Mulai Survei Status Gizi Indonesia 2024, Target Turunkan Stunting dari 21 Persen ke 14 Persen
thedesignweb.co.id, Jakarta – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) baru-baru ini meluncurkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 untuk mengurangi keterlambatan yang saat ini masih tinggi. Perhatikan lebih dekat tujuan, proses dan harapan survei ini. Apa itu VSGI 2024?
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 merupakan program yang diluncurkan Kementerian Kesehatan RI untuk memantau dan menilai status gizi penduduk Indonesia, khususnya anak-anak.
Tujuan utama survei ini adalah untuk memperoleh data akurat mengenai status gizi anak di seluruh Indonesia. Data ini akan digunakan untuk mengembangkan kebijakan kesehatan dan program intervensi yang lebih efektif. Mengapa VNSP 2024 begitu penting?
Stunting merupakan masalah gizi kronis yang menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Saat ini, tingkat keterlambatan di Indonesia telah mencapai 21,6 persen, melebihi target nasional sebesar 17 persen.
Dengan penerapan VNSP 2024, Kementerian Kesehatan RI menargetkan penurunan backlog menjadi 14 persen pada tahun 2025.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saxono Harbuvonno menjelaskan survei ini tidak hanya dilakukan Kementerian Kesehatan saja, namun juga melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta perorangan. di industri. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan akurasi dan validitas data yang dikumpulkan. Apa yang harus ditonton di SSGI 2024?
VSGI 2024 berfokus pada empat isu utama gizi. Suspensi : Anak yang tumbuh kerdil karena kekurangan gizi. Wasting : Anak yang mengalami penurunan berat badan secara drastis. Underweight: Anak yang berat badannya di bawah standar umur. Obesitas: Anak-anak yang kelebihan berat badan.
Data dari survei ini akan digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan program intervensi yang lebih baik untuk mengatasi masalah gizi ini.
Setelah pendataan tersebut, Kementerian Kesehatan akan melakukan evaluasi dan merumuskan langkah konkrit penyelesaian masalah gizi tersebut. Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Syarifah Liza Munir menambahkan, survei tersebut juga akan menggunakan Sistem Registrasi dan Pelaporan Gizi Masyarakat (e-PPGBM).
Sistem ini diharapkan dapat memudahkan dalam mengidentifikasi anak-anak yang berisiko tertinggal dan memberikan tindakan yang tepat.
Dante Saxono Harbuvono menekankan pentingnya survei ini sebagai langkah strategis untuk menciptakan generasi sehat di tahun 2045. Apa yang terjadi pada anak-anak saat ini mencerminkan masa depan kita, katanya.
“Dengan data yang akurat dan tindakan yang tepat, kita bisa mempersiapkan Indonesia Emas di tahun 2045,” ujarnya.