Komdigi Mau Lelang Frekuensi 1,4GHz, ATSI Sebut Ekosistem Belum Matang
thedesignweb.co.id, Jakarta – Kementerian Komedi (Komunikasi dan Digital) Rencana untuk tingkat lelang 1,4 GHz. Rencananya, pelelangan ini akan berlangsung dalam waktu dekat.
Saat ini, Comdigi juga telah melakukan konsultasi publik tentang RPM (Proyek Komunikasi dan Regulasi Digital) 1.4 GHz Radio Frekuensi Grup tentang penggunaan spektrum frekuensi radio.
Menanggapi rencana tersebut, Ketua Rudy Purvanto, kelompok kerja Purwanto, mengatakan bahwa spektrum frekuensi 1,4 GHz masih memiliki ekosistem yang belum matang.
“Ketika datang ke 1,4 GHz di Indonesia, ia telah memasuki kelompok N50. N50 belum memiliki.
Menurut N75, penambahan ke bawah yang sebenarnya untuk optimalisasi jaringan seluler digunakan untuk membuat kecepatan penguncian lebih tinggi.
Dalam kondisi ini, Brown mengatakan bahwa setidaknya 1 hingga 1,5 tahun ekosistem frekuensi 1,4 GHz sepenuhnya matang.
Namun, dia tidak melewatkan bahwa menambahkan spektrum ini dapat membantu keterbelakangan Indonesia pada layanan internet, meskipun ini bukan solusi yang konstan. Selain itu, jika tujuannya adalah untuk membawa kecepatan tanah air tanah air.
“Kedua, ada jaringan kepadatan. Ini berarti Anda harus dapat. Agar dapat dapat, operator logis harus terlebih dahulu sehat,” katanya.
Untuk alasan ini, ia mengatakan ada frekuensi lain yang sebenarnya bisa menjadi kasus seperti 700MHz, 2,6 GHz dan 26 GHz. Karena frekuensi dianggap sebagai ekosistem yang lebih matang dan siap untuk mendukung teknologi 5G.
Misalnya, di Vietnam, Thailand, Malaysia, Filipina, Myanmar, Singapura dan Laos digunakan pita 2,6 GHz. Meskipun pita 3,5 GHz digunakan di Filipina, pita 26 GHz memisahkan Filipina dan Vietnam.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi (Komunikasi dan Digital) diketahui bahwa ia berencana untuk melelang spektrum frekuensi 1,4 GHz dalam waktu dekat. Langkah ini dilakukan tanpa alasan, karena komedi ini bertujuan untuk menarik internet murah ke jaringan broadband tetap.
Menurut PLT. Spektrum frekuensi radio, orbit satelit dan perusahaan infrastruktur digital Kemcomdig Adis Alfiawan, Direktur Broadband Tetap di Indonesia masih rendah.
Selain itu, ADIS mengatakan bahwa kualitas layanan kecepatan pengunduhan broadband tetap rata -rata masih relatif rendah, yaitu 32,07 Mbps. Data didasarkan pada Ookla pada bulan Desember 2025.
Selain itu, berdasarkan peta, Indonesia saat ini merupakan celah yang cukup besar. Artinya, kesenjangan antara listrik dan terhubung ke jaringan broadband internet dengan mereka yang tidak terkait dengan internet.
“Sebenarnya, ini adalah potensi karena terhubung ke listrik. Sudah ada kabel dan tiang, cukup kabel (serat),” katanya pada hari Senin, Jakarta, Jakarta, Jakarta, Forum Bisnis Seluler (10/2/2025).
Selain itu, pertumbuhan pengguna broadband tetap telah cukup stagnan sejak 2021. Di bawah aturan ini, Kementerian Anggota juga mencoba mengatasinya dengan lelang frekuensi 1,4 GHz untuk Layanan Telekomunikasi BWA (Broadband Wireless Access).
Layanan BWA dipilih karena mereka menawarkan tata letak yang lebih sederhana dan lebih cepat dengan harga yang relatif rendah daripada FO.
Jadi BWA akan menjadi aksesori untuk meningkatkan layanan broadband tetap serta melengkapi layanan jaringan.
“Jadi BWA bukan pengganti, tidak. Sebaliknya, itu pembesaran,” Adiss menjelaskan. Selain itu, layanan ini cenderung menjadi permintaan yang mudah untuk layanan broadband tetap di Indonesia.