Saham

Konstituen Terbaru FTSE Fix Pekan Depan, Bagaimana Prospek BREN dan BRIS?

thedesignweb.co.id mengumumkan penyeimbangan kembali Indeks Russell FTSE Global Equity Series 2024 di Bursa Efek Jakarta Financial Times (FTSE), dengan komposisi indeks terbaru berlaku mulai 20 September 2024 dan perubahannya efektif mulai 23 September 2024. FTSE dapat masih melakukan revisi komponen indeks hingga penutupan pasar saham pada 6 September 2024.

Dua saham Indonesia berhasil masuk dalam Large Cap Index (FTSE), yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bank Syria Indonesia Tbk (BRIS). Pengamat pasar modal sekaligus pendiri Traderindo.com, Wahyu Laksono memperkirakan baik BREN maupun BRIS merupakan emiten besar dengan kinerja prima serta potensi jangka menengah dan panjang yang menjanjikan.

Berdasarkan catatannya, dari segi kinerja, BREN mencatatkan laba bersih sebesar USD 57,95 juta pada semester I 2024. Laba tersebut meningkat 0,5% year-on-year. Saat ini Wahyu melihat saham BREN bergerak pada kisaran 7.000-13.000 dengan target jangka menengah 13.000.

“Potensi beli. Kemungkinan ada kenaikan jangka panjang antara 14.000-15.000, tapi kemungkinan terjadi koreksi di atas 13.000. Kalau ada koreksi, beli saat pelemahan di sekitar 8.000 atau di bawahnya,” kata Wahew.

Sedangkan BRIS dari segi kinerja mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,4 triliun pada semester I 2024. Laba tersebut meningkat sebesar 22,3%. Hingga Juni 2024, BSI masih menjadi bank syariah terbesar di Indonesia dengan total aset Rp360,85 triliun, memang meningkat 15,1% dan berpotensi terus berkembang.

Menurut Wahyu, BRIS mempunyai potensi besar untuk meningkatkan kapitalisasi pasar. Saat ini, kapitalisasi pasar BRIS mencapai Rp 124,93 triliun. Berdasarkan pantauannya, saham BRIS saat ini terkonsolidasi bullish di kisaran 2.100-3.000.

“Di bawah 2.100, beli saat lemah. Kalau tembus 3.000 bisa naik terus untuk menguji level 4.000. Tapi dekat atau di atas 4.000 akan terkoreksi. Jual kekuatan,” jelas Wahu.

Sebelumnya, bursa mengumumkan jumlah perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana (IPO).

I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, mengatakan saat ini ada 23 perusahaan yang siap memasuki pasar saham pada 30 Agustus 2024.

Jumlah tersebut menurun dibandingkan sebelumnya sebanyak 28 emiten potensial yang masuk dalam pipeline IPO per 9 Agustus 2024. Sementara, jumlah total emiten tetap tidak berubah. Pada 9 Agustus hingga 30 Agustus 2024, terdapat 34 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa. Dana yang dihimpun dari IPO sebesar Rp 5,15 triliun.

Alasan penundaan itu karena keputusan internal perseroan atau evaluasi bursa yang belum bisa disetujui, kata Nyoman kepada wartawan, Kamis (5/9/2024). Sesuai prosedur

Menurut Nyoman, seluruh proses evaluasi dilakukan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku dan tidak ada kaitannya dengan hal lain.

Dari sisi aset, perusahaan yang sedang dalam proses IPO didominasi oleh perusahaan menengah. Sedangkan dari sektor ekuitas, sebagian besar berasal dari sektor konsumen non-siklus.

Merujuk POJK No 53/POJK.04/2017, terdapat 4 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. 20 perusahaan dengan aset menengah antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar. Sisanya 4 perusahaan memiliki aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

 

Sedangkan rincian sektor sahamnya adalah sebagai berikut: 3 perusahaan dari sektor Bahan Dasar 4 perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals 5 perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclical 3 perusahaan dari sektor Energi 2 perusahaan dari sektor Financial 1 perusahaan dari sektor Healthcare 4 perusahaan dari Sektor Industri 2 Perusahaan Sektor Infrastruktur 0 Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate 3 Perusahaan Sektor Teknologi 1 Perusahaan Sektor Transportasi & Logistik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *