Saham

Krakatau Steel Catat Pendapatan Rp 10,6 Triliun di Kuartal III 2024

thedesignweb.co.id, Jakarta PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mencatatkan pendapatan sebesar USD 657,5 juta atau sekitar Rp 10,6 triliun pada kuartal III 2024.

“Di tengah tantangan operasional akibat pabrik HSM yang tidak berfungsi, perseroan mampu meraih laba konsolidasi sebesar USD 657,5 juta hingga kuartal ketiga tahun 2024,” kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Tardi Krakatoa Steel. Dalam Public Expos PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 2024 yang tayang pada Senin (30/12/2024).

Pendapatan sebesar USD 657,5 juta ini mencakup pendapatan produk baja senilai USD 436,1 juta (Rp 7 triliun) dan pendapatan non-baja senilai USD 221,4 juta (Rp 3,5 triliun).

Tardi menjelaskan perseroan juga mampu membukukan laba kotor sebesar USD 64,3 juta (sekitar Rp 1 triliun) hingga kuartal III 2024.

Sementara itu, perseroan berhasil menekan beban administrasi dan umum sebesar 12% hingga kuartal III-2024. Upaya ini merupakan bentuk komitmen Krakatau Steel di tengah fasilitas utama perusahaan yang tidak berfungsi.

Selain itu, perseroan juga dapat memberikan kontribusi tetap kepada negara berupa kewajiban membayar pajak sebesar Rp 1,83 triliun hingga kuartal III tahun 2024, jelas Tardi.

 

Selain itu, Krakatau Steel juga telah menyiapkan usulan restrukturisasi utang, berupa amandemen perjanjian dan pernyataan kembali perjanjian restrukturisasi perseroan. Menyusul persetujuan rencana restrukturisasi keuangan perseroan pada rapat umum pemegang saham tahunan tahun buku 2023.

“Sekarang perseroan sedang dalam proses mendapatkan persetujuan dari seluruh pemberi pinjaman, sebagian besar pemberi pinjaman sudah memberikan persetujuan,” kata Tardi.

Sumber Pembayaran Hutang Krakatau Steel; Pertama, jumlah utang yang berjumlah sekitar USD 171 juta (Rp 2,7 triliun), yang direncanakan perusahaan untuk diatasi dengan mengoptimalkan kinerja operasional bisnis baja; termasuk melalui kerja sama operasional dengan mitra strategis.

 

Kedua, pinjaman tahap B dengan nilai sisa sekitar USD 234 juta (Rp 3,7 triliun) rencananya akan diselesaikan dengan optimalisasi aset perseroan dan divestasi anak usaha.

Ketiga, sisa pinjaman C sekitar USD 1.001 juta (Rp 16,1 triliun) yang rencananya akan dibayar kembali melalui penggalangan dana, akan memanfaatkan potensi pertumbuhan jangka panjang anak perusahaan.

“Perusahaan yakin perseroan akan menyelesaikan restrukturisasi utang di masa depan dengan dukungan seluruh kreditur dan pemangku kepentingan termasuk pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara,” tutup Tardi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *