Kesehatan

Latiao Berpotensi Tercemar Salmonella, BPOM Imbau untuk Setop Konsumsi

thedesignweb.co.id, Jakarta – Jajanan pedas khas Cina, latiao, meracuni anak sekolah dasar di 7 daerah.

Terkait hal tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memutuskan untuk menarik kembali beberapa produk terkait Letiao.

“Karena mengandung bacillus cereus yang bisa menyebabkan keracunan dan ada 7 daerah yang terkena dampaknya. Tentu kita tidak ingin masyarakat kita mengalami kelainan lagi. Makanya BPOM mengambil langkah cepat untuk mencabutnya dan kemudian mengamankannya , dan kami juga akan memanggil perusahaan impor yang mengimpor produk ini,” kata Kepala BPOM Taruna Ikarar saat ditemui media di Jakarta, Senin (4/11/2024).

Mengingat risiko yang ada, BPOM pun mengimbau masyarakat untuk berhenti mengonsumsi jajanan tersebut terlebih dahulu. Pasalnya, tidak hanya Bacillus cereus, Laetitia juga bisa mengandung bakteri lain seperti Salmonella.

“Karena risikonya tinggi, kami mengambil tindakan yang tegas dan cepat, kami tidak ingin mikroorganisme itu berkembang biak. Hal pertama yang kami dapatkan adalah tes laboratorium baru untuk Bacillus cereus, tapi bakteri lain seperti salmonella, mungkin jamur, jamur bisa.” muncul. Dan itu dapat mempengaruhi sistem saraf kita, sistem metabolisme kita. Ada faktor lain,” jelasnya.

Sebelumnya, Taruna sempat menyampaikan bahwa makanan dibagi menjadi dua kategori. Ada risiko tinggi dan risiko rendah.

“Apa bedanya? Resiko tinggi biasanya makanan atau makanan yang sudah disterilkan. Resiko rendah itu pangan yang biasa dipakai. Seperti produk Indonesia, kita sebut saja home industri. Tapi pangan risiko rendah ini sangat sensitif terhadap tiga hal. “

“Yang satu sensitif terhadap waktu, biasanya berumur 1-2 hari. Lalu yang kedua juga sangat sensitif terhadap suhu. Kalau disimpan di suhu rendah, efeknya bertahan 1-2 hari lagi penuaan. Risikonya rendah, atau biasa dipakai, dalam bentuk kemasan yang beresiko tinggi,” jelas Taruna. “Yah, tadinya kita mengira itu beresiko rendah. Ternyata beresiko tinggi sudah tiba,” jelas Taruna.

Lebih lanjut Taruna mengatakan, berdasarkan rangkuman BPOM, terdapat 341 fasilitas yang diperiksa.

Mencakup 214 pengecer atau toko, 27 distributor, 100 kantin dan kios di lingkungan sekolah. Sebanyak 9,68 persen atau 33 sarana yang ada di lingkungan sekolah yakni 20 distributor, 12 pengecer, dan 1 warung ditemukan menjual kayu dengan total 77.219 paket berisi 95 item atau jenis.

“Dari 77.219 jas, atau 95 item berbeda, 750 potong telah diambil sampelnya, dikeluarkan dari rak pajangan dan diamankan. Sedangkan yang dimusnahkan sebanyak 76.420 lembar dan total 49 lembar karena habis masa berlakunya atau tanpa izin edar, jelas Taruna.

“Dari data tersebut kami menunjukkan bahwa kami bertindak cepat, tegas, dan hal ini tentu saja menarik perhatian masyarakat. Rekomendasi kami, masyarakat tidak boleh mengonsumsi produk ini,” sarannya.

Sebelumnya, anak-anak dilaporkan muntah, pusing, dan dibawa ke rumah sakit akibat Letiao. BPOM menyebut kejadian ini sebagai Kejadian Keracunan Makanan Luar Biasa (EWPO).

“Kami mendapat laporan kejadian keracunan makanan di berbagai wilayah Indonesia. Kasus pertama terjadi di Lampung, disusul Sukabumi, Wonosobo, Tangsel, Bandung Barat, Pamekasan, dan kasus terakhir di Riau,” kata Taruna Ikarar. Konferensi pers hybrid di Jakarta pada Jumat, 1 November 2024.

Taruna menjelaskan, latiao merupakan produk olahan pangan berbahan dasar tepung terigu yang memiliki tekstur kenyal dan rasa pedas. Jajanan tersebut viral di media sosial dan menjadi favorit masyarakat Tiongkok.

BPOM mengambil tindakan cepat untuk mengatasi tragedi anak sekolah dasar keracunan latiaos dengan menggandeng pihak terkait di masing-masing daerah untuk melakukan pengambilan sampel dan pengujian laboratorium.

Hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa sarapanlah masalahnya. “Kami menemukan indikasi adanya kontaminasi bakteri Bacillus cereus pada produk Letiao. Bakteri tersebut menghasilkan racun yang dapat menimbulkan gejala keracunan seperti sakit perut, pusing, mual dan muntah,” jelas Taruna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *