Lebah Ganggu Rencana Meta Bangun Data Center AI Berbasis Nuklir, Kok Bisa?
thedesignweb.co.id, Jakarta – Meta, perusahaan di balik Facebook dan Instagram, rupanya punya cerita unik dengan ambisinya membangun pusat data AI bertenaga nuklir. Rupanya, Meta terpaksa menunda pembangunan fasilitas tersebut karena alasan sepele.
Seperti dilansir Financial Times, alasan kecil Meta harus mengurungkan niatnya membangun pusat data bertenaga nuklir ternyata terkait dengan keberadaan spesies lebah stepa di lokasi pembangunan tersebut.
Mengutip informasi dari Engadget, Jumat (11/8/2024), Meta menemukan lokasi di Amerika Serikat yang cocok untuk pusat data kecerdasan buatan bertenaga nuklir.
Perusahaan bahkan hampir mencapai kesepakatan dengan operator pembangkit listrik tenaga nuklir lokal. Namun, penemuan spesies lebah langka di darat memaksa perusahaan tersebut membatalkan rencananya.
Keputusan ini pun menggagalkan ambisi CEO Meta, Mark Zuckerberg. Faktanya, Meta bisa menjadi perusahaan pertama yang mengoperasikan infrastruktur AI bertenaga nuklir jika rencana tersebut berhasil.
Meskipun ambisi ini tertunda, perusahaan AS akan tetap berkomitmen untuk menemukan sumber energi berkelanjutan untuk pusat datanya.
Namun, saat ini belum diketahui apakah Meta telah menemukan lokasi alternatif untuk pusat data AI-nya.
FYI, raksasa teknologi lain seperti Microsoft, Google, dan Amazon diketahui banyak berinvestasi pada tenaga nuklir untuk menjalankan layanan AI mereka.
Misalnya, kita tahu bahwa Microsoft telah memulai kembali pembangkit listrik tenaga nuklir Three Mile Island.
Meskipun Google bekerja sama dengan Kairos Power untuk membangun reaktor modular kecil, Amazon telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan dalam proyek serupa.
Di sisi lain, Meta kini memungkinkan lembaga pemerintah AS dan kontraktornya menggunakan model AI Llama 3 sumber terbuka untuk aplikasi keamanan nasional.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Meta mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Amazon, Microsoft, IBM, Lockheed Martin, Oracle dan perusahaan lain untuk menyediakan koneksi dial-in kepada pemerintah.
Mengutip The Verge, Selasa (11/5/2024), sesuai kebijakan penggunaan Meta, pengguna tidak dapat menggunakan model Llama 3 terbaru untuk aplikasi industri, militer, perang, nuklir, atau spionase.
Meta menjelaskan, pembaruan ini membuka peluang bagi militer AS untuk menggunakan Llama untuk beberapa tujuan. Misalnya: menyederhanakan logistik dan perencanaan yang kompleks, melacak pendanaan teroris atau memperkuat pertahanan dunia maya.
Meta mengatakan Oracle telah mulai mengerjakan Llama untuk mensintesis dokumen pemeliharaan dan membantu teknisi pesawat melakukan perbaikan.
Sementara itu, Lockheed Martin menggunakan model AI ini untuk menghasilkan kode dan menganalisis data.
Meta mengatakan pihaknya akan menyediakan model kecerdasan buatan bagi pemerintah dalam laporan pendapatan kuartal ketiganya.
Sebelumnya, laporan Reuters mengungkapkan bahwa peneliti Tiongkok ingin menggunakan model Llama 2 Meta untuk membangun sistem kecerdasan buatan untuk militer lokal.
Seorang juru bicara Meta mengatakan pada saat itu bahwa versi open-source dari model AI yang digunakan oleh Amerika Serikat tidak relevan dengan kesadaran bahwa Tiongkok berinvestasi begitu banyak pada AI, sehingga membuat investasi AS di AI menjadi kerdil.
Dalam pesannya, Meta menyebutkan pentingnya partisipasi Amerika Serikat dalam perlombaan AI, termasuk di bidang militer.
Kini, perusahaan AI lainnya mulai terlibat dalam pengembangan AI untuk militer. Misalnya, Komando AS di Afrika membeli layanan komputasi awan dari Microsoft, menawarkan akses ke alat Open AI.
Selain itu, Google DeepMind juga memiliki perjanjian komputasi awan dengan pemerintah Israel.
Sementara itu, Meta AI by Meta sebelumnya diklaim berhasil menjangkau 500 juta pengguna hanya dalam waktu satu tahun setelah diluncurkan.
Merujuk informasi Engadget, Jumat (1 November 2024), pencapaian tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan. Dalam kesempatan tersebut, CEO Meta Mark Zuckerberg juga mengungkapkan optimismenya terhadap masa depan Meta AI.
Lebih lanjut dia menyatakan bahwa Meta AI berada di jalur yang tepat untuk menjadi asisten generatif berbasis AI paling populer pada akhir tahun 2024.
Selain asisten berbasis AI, Meta juga memanfaatkan AI secara ekstensif untuk meningkatkan platform intinya. Salah satunya adalah penyempurnaan algoritma rekomendasi berbasis AI di Instagram dan Facebook.
Perusahaan mengklaim telah mampu meningkatkan keterlibatan pengguna di Facebook dan Instagram berkat perbaikan berbasis AI.
Selain itu, pengiklan di Meta juga semakin banyak menggunakan alat berbasis meta untuk membuat iklan yang menarik. Dilaporkan bahwa lebih dari 15 juta iklan telah dibuat menggunakan AI dalam sebulan terakhir.